Anda di halaman 1dari 54

PENANGANAN DAN REHABILITASI

KESEHATAN JIWA

H. MUHAMMAD BASRI
• Besaran masalah
 Setiap orang yang terkena bencana
mempunyai masalah yang sama
 Lebih kurang 50% membutuhkan dukungan
 Hanya 5-10% yang membutuhkan bantuan
profesional
• Intervensi sosial
• Intervensi psikologis
• Intervensi psikososial
• Setiap orang yang terkena bencana harus
dijangkau
• Perkiraan jumlah orang yang terkena
bencana
• Tokoh masyarakat dibutuhkan untuk
memeberikan bantuan pertama psikososial
(psychological first aid)
• Program yang dilakukan harus sensitif
dengan budaya setempat
• Budaya dapat mempengaruhi respons dari
masyarakat
• Budaya dapat mempengaruhi pilihan
intervensi
• Perhatian pada masalah sosial yang
sederhana
• Strategi untuk memperbaiki kesejahteraan
sosial
– Masalah-masalah relevan dengan kebutuhan
yang mendesak dan kebutuhan lokal
– Dukungan sosial harus sesuai dengan budaya
setempat
• Membangun dukungan psikososial secara
bersama kedalam kehidupan masyarakat
• Semua sistem dukungan yang hancur
• Banyak dukungan relawan pada awal
kejadian bencana
• Banyak orang dan organisasi yang peduli
• Melakukan sesuatu adalah lebih baik dari
pada tidak melakukan apapun
• Banyak orang melakukan hal yang sama
Respon dari orang-orang yang terkena bencana dapat dibagi atas
3 kategori utama
Respon psikologis normal, tidak membutuhkan
intevensi khusus
Respon psikologis disebabkan distres atau
disfungsi sesaat, membutuhkan bantuan pertama
psikososial (psychological first aid)
Distress atau disfungsi berat yang
membutuhkan bantuan profesi kesehatan jiwa
Reaksi segera ( dalam 24 jam)
 Tegang, cemas dan panik’
 Kaget, linglung, syok, tidak percaya
 Gelisah,bingung
 Agitasi, menangis, menarik diri
 Rasa bersalah pada korban yang selamat

Reaksi ini tampak hampir pada setiap orang didaerah bencana


dan ini dipertimbangkan sebagai
Reaksi Alamiah pada Situasi Abnormal
TIDAK membutuhkan
intervensi psikologis khusus
Reaksi terjadi dalam hari sampai minggu setelah bencana
 Ketakutan,waspada, siaga berlebihan
 Mudah tersinggung, marah, tidak bisa tidur
 Khawatir, sangat sedih
 “flashbacks’ berulang ( ingatan terhadap peristiwa yang
selalu datang berulang dalam pikiran)
 Menangis, rasa bersalah
 Kesedihan
 Reaksi positif termasuk pikiran terhadap masa depan
 Menerima bencana sebagai suatu Takdir
Semua ini adalah Reaksi Alamiah
Dan HANYA membutuhkan intervensi psikososial
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah bencana
Reaksi yang sebelumnya ada dapat menetap dengan gejala seperti:
 Gelisah
 Perasaan panik
 Kesedihan yang mendalam dan berlanjut, pikiran pesimistik yang tidak
realistik
 Tidak melakukan aktivitas keluar, isolasi, perilaku menarik diri
 Ansietas atau kecemasan dengan manifestasi gejala fiisk seperti
palpitasi, pusing, mual, lelah, sakit kepala

Reaksi ini TIDAK PERLU diperhitungkan sebagai gangguan jiwa


Gejala ini dapat diatasi oleh tokoh masyarakat yang telah dilatih agar
mampu memberikan intervensi psikologik dasar
Coping skills yang SEHAT
 Kemampuan untuk menghadapi sendiri masalah dengan
cepat
 Tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
 Tepat menggunakan bantuan
 Tepat mengekpresikan emosi yang menyakitkan
 Toleransi terhadap ketidak jelasan tanpa memilih perilaku
agresif

Tidak semua reaksi emosional dari orang yang terkena dampak bencana
adalah maladaptif
Kebanyakan mereka memperlihatkan respon coping yang SEHAT dan
MATANG terhadap situasi
Coping skills yang TIDAK SEHAT

 Menyangkal dan menghindar secara berlebihan


 Perilaku impulsif
 Sangat-Ketergantungan pada orang lain
 Ketidakmampuan untuk membangkitkan perasaan
dari orang lain
 Penekanan emosi
 Penyalahgunaan zat
Selama fase emergensi (3 minggu pertama)
 Menyediakan informasi yang sederhana dan mudah
diakses pada daerah yang banyak jenazah
 Tidak mengecilkan arti dari upacara pengurusan jenazah
 Menyediakan pencarian keluarga untuk yang tinggal
sendiri, orang lanjut usia dan kelompok rentan lainnya
 Menganjurkan mereka membentuk kelompok-kelompok
seperti, keagamaan, ritual dan sosio keagamaan lainnya
 Menganjurkan anggota tim lapangan untuk secara akif
berpartisipasi selama masa duka cita
Selama fase emergensi (3 minggu pertama)
 Menganjurkan kegiatan bermain untuk anak
 Memberikan informasi tentang reaksi psikologi normal
yang terjadi setelah bencana. Yakinkan mereka bahwa
ini adalah NORMAL, SEMENTARA, dan DAPAT HILANG
DENGAN SENDIRINYA, dan SEMUA AKAN MERASAKAN HAL
YANG SAMA
 Tokoh agama, guru dan tokoh sosial lainnya harus
terlibat secara aktif
Selama fase emergensi (3 minggu pertama)
 Menganjurkan mereka untuk bekerja bersama-sama menjaga apa
yang mereka butuhkan
 Libatkan korban yang sehat dalam pekerjaan bantuan
 Motivasi tokoh masyarakat dan tokoh kunci lainnya untuk mengajak
mereka dalam diskusi kelompok dan berbagi tentang perasaan
mereka
 Jamin distribusi bantuan secara tepat
 Sediakan layanan “ cara penyembuhan” yang dengan orang dan
memperlihatkan sikap peduli terhadap setiap orang (misalnya,
kelemahan atau minoritas) dari masyarakat
Ringkasan intervensi selama fase emergensi (3
minggu pertama)
 Menyampaikan perasaan turut berduka
 Mendengarkan
 Nilai kebutuhan
 Jamin kebutuhan fisik dasar
 Jangan paksa mereka untuk bicara
 Menyediakan atau memobilisasi lebih disukai dari
anggota keluarga
 Menganjurkan tapi tidak memaksa dukungan sosial
 Melindungi mereka dari dampak-dampak yang
merugikan
• Mengingatkan pada sekeliling yang dikenali
• Bermanfaat bagi bantuan yang jujur
• Memulai membangun
• Kembali pada kegiatan rutin sehari-hari
• Ekspresikan emosi anda
• Coba untuk membantu yang lain
• Sediakan waktu untuk istirahat
• Makan makanan yang sehat dan tidur dengan baik
• Tidak mengkonsumsi alkohol atau obat penenang secara
berlebihan
Yang boleh dilakukan (DO’s)
• Dekati mereka secara aktif
• Dengarkan mereka
• Empati, hindari simpati
• Hargai martabat mereka
• Terima dan hargai pandangan mereka tentang
masalahnya
• Ketahui kebutuhan mereka untu “privacy” dan
“confidential”
• Jamin perawatan yang berkelanjutan
Yang tidak boleh dilakukan (DONT’s)
• Jangan paksakan dukungan dan bantuan pada
mereka
• Jangan interupsi mereka bila mereka sedangan
menyampaikan emosinya
• Jangan mengasihani mereka
• Jangan menghakimi mereka
• Jangan sebarkan rumor
• Jangan melabel mereka dengan gangguan
psikiatri ( lebih baik rujuk ke dokter atau profesi
keswa)
Empati Simpati
• Saya dapat memahami • Sungguh malang anda, ini benar-
apa yang terjadi pada benar nasib buruk yang terjadi
pada anda
anda
• Saya juga marah dan kita akan
• Saya dapat memahami mengatasinya bersama-sama
bahwa anda merasa • Jangan takut, Saya disini untuk
marah terhadap apa yang membantu anda apapun yang
terjadi pada anda anda butuhkan
• Saya dapat menerima • Saya mohon maaf sama anda,
jangan khawatir semuanya akan
bahwa anda sangat takut, menjadi lebih baik
hampir semua orang juga
merasakan seperti yang
anda rasakan
• Lakukan kontak mata ketika anda berbicara
dengan mereka
• Dengarkan
• Respon dengan gerakan dan kata-kata (
hmmm…) untuk menyatakan bahwa anda
mendengarkan mereka
• Jangan lakukan interupsi sedapat mungkin
• Berika mereka dukungan sampai akhir
• Melakukan kontak mata ketika berbicara dengan
mereka
• Mendengarkan
• Menggunakan kata-kata singkat
• Merefleksikan dan mengklarifikasi hal-hal yang
perlu
• Menyimpulkan
• Empati
• Memberkan dukungan tapi tidak mebuat janji-
janji palsu
Siapa yang membutuhkan bantuan:
• Individu yang melaporkan gejala distres
• Orang yang diisolasi
• Individu yang menarik diri
• Orang yang kehilangan
• Melakukan need assessment
Bagaimana cara membantu mereka:

• Psikososial umum
• Psikososial khusus
• Kapan merujuk ke spesialis
Tentukan psikososial umum:
• Berikan perhatian khusus pada mereka
selama memberikan pelayanan rutin
• Bina hubungan (rapport) dengan mereka
• Tanyakan tentang…. Dan tawarkan
bantuan
• Dorong mereka untuk berbicara jika
mereka ingin bicara
• Pertolongan pertama psikososial (psychological
first aid)
• Konseling traum
• Konseling berkabung
• Petunjuk
• Antisipasi
• Konseling krisis
• Konseling pemecahan masalah
• Irritabel, sering menangis
• “Clinging”
• Sangat ketakutan dan merasa tidak aman
• Ketergantungan yang sangat
• Takut air- termasuk pada air yang digunakan untuk
kebutuhan dirumah (air minum, air untuk mandi, dan
lain-lain)
• Menghisap jempol, ngompol, temper tantrum
• Aktivitas bermain dapat secara spontan melibatkan
bagian dari peristiwa bencana
• Mimipi yang menakutkan sering terbangun ketika tidur
• Menarik diri
• Rasa bersalah
• Perasaan gagal
• Marah, mengamuk dan perilaku agresif
• Merasa ketakutan, cemas atau kecurigaan
• Perasaan (mood) yang menurun, menurunnya berbagai
aktifitas dan tingkat interaksi
• Merasa gugup, tidak bisa konsentrasi
• Pikiran yang berulangan atau bayangan tentang
peristiwa
• Khayalan dan permainan sebagai penyelamat “rescuer”
• Preokupasi yang mendalam dengan peristiwa secara
rinci
• Perilaku yang berhaya dan berisiko, menolak peran
sosial yang tampak pada perilaku agresif (hanya pada
remaja)
• Kehilangan minat belajar, menolak pergi ke sekolah,
penampilan akademik yang menurun
• Gejala psikosomatik seperti nyeri perut yang tak dapat
dijelaskan, sakit kepala, pusing, muntah, nafas cepat
atau pingsan tiba-tiba
• Menjamin bayi dan anak dekat kembali denan ibu atau
keluarga
• Menjamin nutrisi yang cukup and kebutuhan fisik lain yang
dibutuhkan
• Menganjurkan dan membantu keluarga untuk
mengembalikan anak-anak pada kegiatan rutin semual
seperti; makan, bermain, belajar, tidur dan berinterkasi
dengan orang lain
• Mengajak anak dalam kegiatanL menggambar, bercerita,
drama, games ( janganmenganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan yang berhubungan dengan
bencana melalui kegiatan ini)
• Mengizinkan anak untuk memutuskan apakah ia mau
membicarakan trauma yang dialami nya atau tidak serta
untuk mengekspresikan perasaan tentang ini
• Mengajak keluarga ( dalam kelompok) untuk
memfasilitasi kegiatan bermain khusus dalam kelompok
bermain anak-anak
• Mengajak keluarga atau tokoh masyarakat untuk
mememulai beberapa bentuk kegiatan mengajar (
termasuk non formal) untuk anak sekolah sampai anak-
anak dapat pergi kesekolah kembali untuk belajar seprti
biasa. Memobilisasi bantuan pendidikan relawan remaja
untuk kegiatan ini
• Menasehatkan orang tua dan keluarga untuk tidak
mengecilkan hati anak bila mereka menyampaikan
perasaan mereka
Meminta ibu atau guru melaporkan gejala-gejala yang
tampak pada anak-anak walaupun setelah satu bulan
dan meskipun sesuai dengan daftar yang telah dicarakan
diatas

Anak-anak seperti ini membutuhkan


perawatan spesialis kesehatan jiwa
• Menjamin privasi dan konfidensialitas ketika melakukan
wawancara tentang masalah mereka
• Berhati-hati terhadap isu gender) interaksi dengan dan
kontak fisik dengan orang yang berlawanan jenis
• Bantu mereka dalam memutuskan apa yang akan
dilakukan kedepan
• Mnganjurkan agar tetap melanjutkan pendidikan formal
khususnya pelajar tingkat SLTP dan SLTA
• Libatkan mereka dalam kelompok-kelompok masyarakat
• Menganjurkan partisipasi dari remaja yang lebih besar
dalam kegiatan kemanusiaan masyarakat
Kemungkinan reaksi psikososial terhadap bencana
• Respon ketakutan yang diikuti dengan marah dan
frustrasi
• Merasa gelisah, kesepian dan putus asa dengan
perasaan kehilangan yang banyak
• Meningkatnya ketergantungan pada keluarga dan
menolak bantuan dari pemerintah
• Perilaku menarik diri menangis dan perasaan depresi
• Gangguan tidur
• Tendensi bunuh diri
• Disorientasi
• Kesulitan konsentrasi dan komunikasi
Orang usia lanjut, khususnya masuk dalam kelompok
rentan bila
• Ketidak mampuan secara fisik
• Tingal sendir
• Kurangnya bantuan dari berbagai sumber]
• Syok karena kehilangan …..
Membantu orang usia lanjut
• Jamin bahwa mereka tidak terkucilkan
• Jamin keselamatan fisik dan kebutuhan fisik sehari-hari
• Fasiliatsi kemudahan untuk mendapatkan akses bantuan dan pelayanan
dukungan termasuk fasilitas kesehatan
• Bantu mereka untk membangun kembali kebiasaan rutin sehari-hari
• Bantu mereka untuk memelihara identitas mereka (sense of identity)
• Keep them informed of the happenings
• Libatkan mereka dalam pekerjaan kemanusiaan dengan meminta saran
dan bimbingan mereka
• Interaksi dengan mereka tentang kejadiam dan meminta mereka dengan
hati-hati untuk mengekspresikan perasaan ; Biarkan mereka menangis.
• Memberikan kesempatan untuk merasakan kontinuitas, budaya dan
sejarah ( melalui diskusi kelompok)

Bila gejala menyebabkan disfungsi pada hampir semua fungsi kehidupan


dasar sehari-hari selama dua minggu, pertimbangkan untuk merujuk ke
profesi kesehatan jiwa (jika tersedia) atau pada dokter umum
Perempuan cenderung untuk dihadapkan pada
gejala depresi dan ansietas juga psikosoamtik

Tentu, mereka juga dapat menyediakan tenaga


dan kemampuan yang lebih besar untuk
mendukung orang lain
• Melibatkan mereka dalam kegiatan di masyarakat
seperti dapur, kebersihan, aktivitas keagamaan
• Melibatkan mereka dalam kegiatan untuk meringan
gejala seperti mengadakan kelompok bermain atau
mengajar anak – anak , mengidentifikasi orang-orang
yang mempunyai penyakit fisik di masyarakat dan
lain-lain.
• Mengajak mereka untuk membentuk kelompok
tolong diri untuk menemukan jalan keluar mengatasi
perasaan mereka dan situasi saat ini
• Memberikan pelayanan khusus pada ibu hamil dan
perawatan untuk menjamin nutrisi, perawatan medik
yang sesuai, keamanan fisik dan menjamin privacy
• Spesialis kesehatan jiwa tidak tersedia untuk melayani semua
orang
• Sebagian besar masalah psikososial dapat diatasi secara
adekuat oleh dokter yang telah dilatih secara sesuai
• Beberapa orang lebih suka mendapatkan pengobatan dari
dokter umum dibandingkan oleh psikiater disebabkan oleh
stigma
• Orang menunnjukan masalah psikologisnya dalam bentuk
gejala fisik dan sebab itu mencari pertolongan dari dokter
umum

• Sangat efektif biaya dan praktis bila pelayanan masalah


psikologis dan kesehatan jiwa diselenggarakan secara
terintegrasi dengan pelayanan masalah kesehatan fisik
Pasien mana yang dapat ditangani oleh dokter

• Pasien dengan gejala psikologik yang jelas menunjukan


gangguan psikiatrik yang spesifik
• Individu dengan gejala psikologis yang jelas tapi tidak
diperhitung untuk suatu diagnosis gangguan psikiatrik.
• Individu dengan gejala psikologik dikaitkan dengan
penyakit fisik
• Individu dengan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan
penyakit fisiknya dan merupakan bagian dari penyakit
psikiatri atau manifestasi dari stres
 Reaksi stres akut
 Kehilangan dan Berduka
 Gangguan jiwa yang dapat diagnosis
 Depresi (vs kesedihan)
 Gangguan cemas (vs cemas)
 Gangguan penyesuaian (vs kesulitan penyesuaian )
 Gangguan somatoform
 Penyalahgunaan zat dan alkohol
 Gangguan stres pasca trauma (Post-traumatic stress
disorder (PTSD))
 Kambuh/ relaps gangguan jiwa yang sudah ada
 Penyakit psikosomatik

Gangguan jiwa ini membutuhkan intervensi spesialis


kesehatan jiwa dan kebutuhan rujukan
• Berbeda dengan depresi tidak ada bukti terjadinya
peningkatan gangguan neuropsikiatrik utama
• Beberapa kasus yang sebelumnya tidak terdiagnosis
mungkin tidak bisa mengatasi stress dan mencari
pertolongan
• Kasus yang diketahui sebelumnya dalam
pengobatan dan kemudian tidak memiliki akses
sehingga gejalanya dapat kambuh
Gejala psikologis hanya dapat dinyatakan bila memenuhi
kriteria dibawah ini:

• Gejala hebat dan menunjukkan gangguan yang


bermakna pada fungsi sosial dan pekerjaan.

• Gejala menetap selama beberapa minggu (4–6 minggu)


(kecuali psikosis dimana cukup satu minggu bila ada gejala sudah dapat
ditegakkan diagnosis)
• Gejala harus Symptoms should be present most of the
time lebih dari rather than occasionally atau secara
sporadis
Gejala depresi dapat disebut sebagai “Kesedihan”
dan tidak membutuhkan terapi yang khusus

Gangguan depresi membutuhkan terapi yang


khusus

Gangguan depresi harus didiagnosis hanya bila


seseorang mempunyai gejala yang berat,
berkelanjutan dan ada gangguan pada fungsi
seseorang
Tanda dan Gejala
– Suasana hati (Mood) yang depresif: perasaan sedih, menderita,
mudah tersinggung atau gelisah
– Kehilanganminat dan rasa senang
– Berkurangnya tenaga, mudah lelah, menurunnya aktifitas, tanda
kelelahan pada upaya yang sangat ringan
– Menurunnya konsentrasi dan perhatian terhadap tugas
– Berkurangnya rasa percaya diri dan rendahnya harga diri
– Rasa bersalah dan rasa tidak berguna
– Pandangan suram dan pesismistik terhadap masa depan
– Merusak diri atau usaha bunuh diri
– Gangguan tidur
– Berkurangnya libido dan nafsu makan
Terapi farmakologi
– Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI )
(Fluoxetine: 20 – 40 mg/ hari)
– Imipramine (150 – 250 mg/ hari). Saat ini kurang disukai karena
efek sampingnya
– Mulailah semua obat dengan dosis rendah dan tingkatkan
secara bertahap setelah 7- 10 hari
– Lanjutkan pemberian antidepresan selama 6–8 minggu
– Bila respon masih kurang naikkan dosis
– Bila pasien memperlihatkan hasil yang baik lanjutkan
pengobatan sampai 6–9 bulan
– Turunkan dosis obat setelah 4–6 minggu setelah menyelesaikan
pengobatan .
Kapan dirujuk ke psikiater
– Depresi berulang
– Depresi berat
– Depresi dengan gejala psikotik
– Depresi yang resisten terhadap pengobata
– Gangguan bipolar pada fase depresi
– Pasien dengan ko-morbiditas fisik dan
gangguan psikiatrik lain
– Pasien dengan ide dan percobaan bunuh diri
• Ansietas biasanya tampak dengan gejala somatik,
kognitif dan emosional
• Gangguan ansietas termasuk Gangguan Cemas
Menyeluruh Gangguan Panik, Fobia sosial dan
spesifik, Gangguan stres pasca trauma (post
traumatic stress disorder (PTSD)

• Gejala dapat terjadi secara episodik atau


berlanjut, mereka dapat muncul secara tiba-tiba
tanpa sebab atau sebagai respon atas situasi
tertentu.
Tanda dan Gejala
– Gejala somatik yang menonjol: palpitasi, tremor pada
otot, berkeringat, perasaan tidak enak pada perut, ,
hyperventilation
– Gejala kognitif yang menonjol seperti buruknya
konsentrasi dan daya ingat
– Gejaal emosional yang menonjol seperti gugup dan
ketakutan
– Pada pemeriksaan :
• Pasien memperlihatkan tanda kelelahan
• Tampak cemas dan Gelisah
• Sering tremor dan berkeringat pada telapak tangan dengan
meningkatkannya denyut jantung dan tekanan darah
Terapi farmakologi
– Gangguan ansietas menyeluruh:
• Diazepam 5mg dua kali sehari pada kasus ringan dan 3 kali
10 mg sehari pada kasus berat atau
• Alprazolam 0.75 – 1.5 mg/ hari atau
• Buspirone 30 – 60 mg/ hari

• Propranolol 40 – 80 mg/hari dibagi dua dosis

– Gangguan Panik
• Fluoxetine 20 – 40 mg/ hari atau
• Alprazolam 1.5 – 6 mg /hari dalam dua atau tiga dosis atau
• Imipramine 50mg/hari dalam dua dosis sampai maksimum
150 – 250 mg/ hari

Anda mungkin juga menyukai