Anda di halaman 1dari 78

Laporan Kasus

Asma Persisten Sedang dengan


Serangan Berat

Oleh :
Dr. Fanny Fadhilatunnisa
Dr. Hazar Arfita

Pembimbing :
Dr.Vonny M Deckert, Sp.A, M. Biomed

September 2019
Identitas Pasien
 Nama : An. F
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tanggal Lahir : 27 April 2011
 Umur : 8 tahun
 Alamat : Dandang Gendis Nguling
 Tanggal MRS : 26 Agustus 2019
 No. Reg : 043xxx
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 hari


sebelum masuk RS (Minggu malam 25/08/19).
Sesak muncul setelah bermain di lapangan. Sesak
disertai dengan mengi, hanya mampu bicara
perkata. Sulit tidur karena sesak. Batuk berdahak
(+), pilek (-), demam (-). Riwayat berpergian (-)
kontak dengan penderita batuk lama(-).
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat sesak berulang (+). Terdiagnosis


asma sejak usia 4 tahun. Dahulu asma
kambuh 1-3 kali/bulan. Kontrol ke poli anak
diterapi dengan Seretide Inhaler, berhenti
sejak 3 bulan yang lalu karena orang tua
merasa asma jarang kambuh.
• Riwayat penyakit jantung bawaan (-)
• Riwayat penyakit infeksi paru (-)
• Riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• DM (-)
• Asma (+). Kakek dari ibu pasien

Riwayat Pengobatan

Berobat ke IGD RSUD Tongas tanggal


26/08/2019 pukul 13.00, dinebul sebanyak 1 kali dan
sesak berkurang kemudian dipulangkan, diberi obat
pulang yang berisi erdostein, salbutamol, dan
methylprednisolon).
Sesak muncul kembali pukul 19.00 atau ±6 jam
pasca nebul, lalu pasien kembali ke IGD.
Riwayat Alergi
• Riwayat alergi dingin (+), debu (+) → Batuk (+),
sesak (+)
• Alergi makanan (-)

Riwayat Psikososial
Pasien merupakan pelajar kelas 3 SD, selalu naik kelas,
aktivitas harian sedang dan waktu istirahat cukup.
Tinggal bersama kedua orang tua dan 1 adik. Rumah
tinggal memiliki ventilasi cukup baik, dapur
menggunakan kompor gas, dekat pabrik (-). Ayah
pasien perokok.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN Morbiditas kehamilan (-)

Perawatan antenatal periksa ke bidan 1 kali/ bulan

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah sakit

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Partus Normal

Masa gestasi Cukup bulan (37 minggu)

Keadaan bayi Berat lahir 3200 gram


Panjang badan ibu lupa
Langsung menangis
Kulit kemerahan
Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik
Pemeriksaan Fisik
 KU : Sakit Status Antropometri
sedang, gelisah (+)  Usia : 8 tahun 4 bulan
 Kesadaran :  BB : 19 kg
Composmentis  TB : 118 cm
 GCS : 15
 BB/U : <P5
 PB/U : <P5
 LLA/U : <P5
Status Gizi Buruk
Tanda Vital :
 Nadi : 145x/menit
 RR : 40x/menit,
 Suhu : 36,8° C
 SpO2 : 90%
Status Generalis
Kepala : Normochepal, rambut hitam

Mata : Ø Pupil 3mm, Refleks pupil (+/+) Isokor, Konjungtiva


Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-).

Hidung: Deviasi septum (-), Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

Mulut : Mukosa bibir lembab

Leher :Trachea simetris, Pembesaran KGB Leher (-),


Pembesaran Tiroid (-)
Thorax
 Inspeksi : Simetris, retraksi otot pernapasan
(+)
 Palpasi : Vokal Fremitus sama kanan dan kiri, Ictus
Cordis Teraba
 Perkusi : Perkusi sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi :
Paru : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-),
Wheezing (+/+)
COR : BJ I dan II Regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Abdomen nampak datar, distensi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
 Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)

Ekstremitas
 Atas : Akral hangat, CRT > 2 detik, Edema (-/-)
 Bawah : Akral hangat, CRT > 2 detik, Edema (-/-)
Pemeriksan Hasil Nilai Normal

Hematologi: darah rutin

Hemoglobin 14,6 10,5 – 13,5 g/dL

Leukosit 20.100 L : 4.700-10.300/mm, P : 4.300-


1.300/mm
Hematokrit 41,6 L : 45-47%, P : 40-42%

Trombosit 446.000 150.000 – 400.000/mm3

Diff count 0/0/0/89,6/7,0/3,4 1-2/0-1/2-6/20-70/20-40/2-8

Eritrosit 5.310.000 4.000.000-5.400.000/mL

GDA 85 <150 mg/dL


RESUME
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang ke IGD
RSUD Tongas dengan keluhan keluhan sesak sejak 1 hari
sebelum masuk RS. Sesak muncul setelah bermain di
lapangan. Sesak disertai dengan mengi dan batuk berdahak,
hanya mampu bicara perkata, sulit tidur karena sesak.
Riwayat asma (+) terdiagnosis sejak usia 4 tahun.
Dahulu asma kambuh 1-3 kali/bulan.
Riwayat keluarga kakek menderita asma. Riwayat
alergi (+) → dingin dan debu.
Pemeriksaan fisik didapatkan TTV → Nadi :
115x/menit, reguler isi cukup, Nafas : 40x/menit, SpO2 : 90%,
Suhu : 37,6 °C. Pemeriksaan toraks : Retraksi dada (+),
Wheezing (+/+).
Pemeriksaan laboratorium : leukositosis dan
trombositosis.
Diagnosis
 Asma persisten sedang dengan serangan
berat terkendali sebagian
TATALAKSANA
Tatalaksana awal IGD
 Airway : Clear
 Breathing : Nasal kanul O2 2 lpm
 Circulation
 Nebulizer ventolin 1 respule → Nebule
Pulmicort 1 respule
 Loading aminofilin 120 mg dalam NS
100cc selama 30 menit → Evaluasi
Post Nebule
Ventolin 1 respule Pulmicort 1 respule
 Bicara kalimat, gelisah (-)  Bicara kalimat, gelisah (-)
 SpO2 : 95% (tanpa o2)  SpO2 : 96% (tanpa o2)
 HR : 125-135x/m  HR : 134x/m
 RR : 30-40x/m  RR : 28-30x/m
 Thorax : Retraksi (+),  Thorax : Retraksi (↓),
Wheezing (+/+) Wheezing (+/+)
 Cairan rumatan 24 jam : IVFD KA-EN 3B
1450 cc/24 jam
 Maintenance aminofilin 10 mg/jam
 IV Methylprednisolone 2 x 20 mg
 Nebule combivent 4 x 2,5 mg
FOLLOW UP
EVALUASI HARIAN
27 / 08/ 19 28 / 08/ 19 29 / 08/ 19

S Sesak (-), batuk (↓) Sesak (-), batuk (↓) Sesak (-), batuk (↓)
O N : 112/menit kuat angkat N : 110/menit kuat angkat N : 100/menit kuat angkat
R : 28 kali/menit, kussmaul R : 26 kali/menit, kussmaul R : 26 kali/menit, kussmaul
S : 36,8 S : 36,8 S : 36,8
SpO2 : 93% Tho : Wh (-/-), retraksi (-) Tho : Wh (+/+), retraksi (-)
Tho : Wh (+/+), retraksi minimal

A Asma Persisten Sedang dengan Serangan Berat Terkendali sebagian


P • IVFD KA-EN 3B1000 cc/24 • IVFD KA-EN 3B 500 cc/24 jam • IVFD KA-EN 3B 500 cc/24
jam • Pump Aminofilin 10 mg/jam jam
• Pump Aminofilin 20 mg/jam, • IV Methylprednisolon 2 x 20 • Pump Aminofilin STOP
bila terdapat intoksikasi mg • IV Methylprednisolon 2 x
turun bertahap 15 mg/jam • IV Ranitidin 2 x 20 mg 20 mg
• IV Methylprednisolon 2 x 20 • Nebule Combivent 4 x 2,5 mg • IV Ranitidin 2 x 20 mg
mg (1 respule/6 jam) • IV Ceftriaxone 2 x 1 gr
• IV Ranitidin 2 x 20 mg • Po pulv 3 x 1 (erdostein, • Nebule Combivent 4 x 2,5
• Nebule Combivent 4 x 2,5 methylprednisolon, salbutamol mg (1 respule/6 jam)
mg (1 respule/6 jam), 2 mg) • Po pulv 3 x 1 (erdostein,
• Diet alergi dan makanan • Diet alergi dan makanan lunak methylprednisolon,
lunak salbutamol 2 mg)
• Controller MDI Seretide 2
x 2 inhalasi (Fluticason 50
mcg+ Salmeterol 25 mcg)
• Diet alergi dan makanan
lunak
EVALUASI HARIAN
27 / 08/ 19

S Sesak (-), batuk (-)


O N : 98/menit kuat angkat
R : 26 kali/menit, kussmaul
S : 36,8
Tho : Wh (-/-), retraksi (-)

A Asma Persisten Sedang dengan Serangan Berat Terkendali sebagian


P • IVFD KA-EN 3B 500 cc/24 jam
• Pump Aminofilin STOP
• IV Methylprednisolon 2 x 20 mg
• IV Ranitidin 2 x 20 mg
• IV Ceftriaxone 2 x 1 gr
• Nebule Combivent 4 x 2,5 mg (1 respule/6 jam)
• Po pulv 3 x 1 (erdostein, methylprednisolon, salbutamol 2 mg)
• Controller MDI Seretide 2 x 2 inhalasi
• Diet alergi dan makanan lunak
• ACC KRS
Terapi KRS
• Puyer Batuk Asma 3x1
• Cefixime 2 x 100 mg
• Multivitamin 1 x 1 cth
PEMBAHASAN
Definisi Asma
 Penyakit saluran respiratori dengan dasar
inflamasi kronik yang mengakibatkan
obstruksi dan hiperreaktifitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi.
(UKK Respirologi IDAI)
Epidemiologi
 Prevalensi asma pada anak bervariasi
berkisar 1-18%
Patofisiologi
ANALISA KASUS
KU : Sesak

P. Penunjang Anamnesis Pemeriksaan Fisik


• (-) • Batuk, Produksi sputum, • HR ↑
sesak mengi • RR ↑
• Memberat malam hari • Retraksi
• Timbul karena pencetus • Wheezing
• Riwayat alergi • SpO2 ↓

ASMA?

Diagnosis

Kekerapan Derajat serangan Derajat kendali


Diagnosis
Anamnesis??




Gejala karakteristik khas
 Gejala timbul secara episodik atau
berulang
 Variabilitas → Variasi intensitas gejala
 Reversibilitas → Gejala membaik spontan
atau dengan obat
 Timbul bisa ada faktor pencetus (iritan,
alergen, aktifitas fisik, infeksi)
 Riwayat alergi
Pemeriksaan fisik
 Frekuensi napas ↑ ✔
 Frekuensi nadi ↑ ✔
 Retraksi dada ✔
 Auskultasi wheezing ✔
 SpO2 ↓ ✔
Pemeriksaan penunjang
 Spirometri
 Uji cukit kulit
 Uji inflamasi saluran respiratori
 Uji provokasi bronkus
Derajat & Klasifikasi

Kekerapan
Derajat serangan



Derajat kendali


Tatalaksana
1. Tatalaksana serangan asma
2. Tatalaksana jangka panjang
1. Tatalaksana serangan asma
 Mengatasi penyempitan saluran
respiratorik secepat mungkin
 Mengurangi hipoksemia
 Mengembalikan fungsi paru ke keadaan
normal secepatnya
 Mengevaluasi dan memperbarui
tatalaksana jangka







Terapi yang diberikan pada pasien di IGD
• Nasal kanul O2 2 lpm
• Nebule ventolin 1 respule → Nebule Pulmicort 1 respule
• Loading aminofilin 120 mg dalam NS 100cc selama 30
menit → Evaluasi

Terapi rawat inap


• Cairan rumatan 24 jam : IVFD KA-EN 3B 1450 cc/24 jam
• Maintenance aminofilin 10 mg/jam
• IV Methylprednisolone 2 x 20 mg
• Nebule combivent 4 x 2,5 mg
2. Tatalaksana jangka panjang
Obat asma dibagi menjadi :
 Pereda (reliever)
 Pengendali (controller) → Steroid inhalasi,
antileukotrien, kombinasi steroid-LABA,
teofilin lepas lambat, anti IgE
Cara pemberian obat
Tatalaksana non-medikamentosa
 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Diagnosis Pada Pasien Teori
(Asma persisten sedang Serangan (Asma persisten sedang Serangan
berat Terkendali sebagian) berat Terkendali sebagian)

Kekerapan • Kambuh 1-3x/bulan • >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Derajat • KU gelisah, kes CM • Bicara dalam kata


serangan • Bicara dalam kata • Duduk bertopang lengan
• N : 145x/m adekuat, R : 40 x/m S : • Gelisah
36,8C, SpO2 : 90% • Frekuensi napas ↑
• Retraksi dada (+) • Frekuensi nadi ↑
• Wheezing (+/+) • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar) <90%
• PEF <50% prediksi atau terbaik
• Auskultasi wheezing

Derajat • Terbangun malam hari karena asma • Gejala siang hari >2x/minggu
Kendali • Aktifitas terbatas
• Terbangun malam hari karena asma
• Pemakaian pereda >2x/minggu
Pada Pasien Teori
(Asma persisten sedang Serangan (Asma persisten sedang
berat Terkendali sebagian) Serangan berat Terkendali
sebagian)
Terapi awal • Nasal kanul O2 2 lpm • O2 1-2 lpm jika SpO2 <94%
• Nebulizer ventolin 1 respule → • Agonis beta 2 kerja pendek 3x tiap
Nebule Pulmicort 1 respule 20 menit dalam 1 jam, nebule ke-3
pertimbangkan kombinasi
ipatropium bromida
• Pada saat serangan :Steroid
sistemik
Terapi • Nebule combivent 4 x 2,5 mg • Inhalasi beta 2 agonis kerja pendek
Lanjutan • IV Methylprednisolone 2 x 20 mg + ipatropium bromida
• Loading aminofilin 120 mg dalam NS • Steroid IV
100cc selama 30 menit → Evaluasi • O2 untuk jaga SpO2 94-98%
• Maintenance aminofilin 10 mg/jam • Aminofilin IV
Terapi Oksigen pada Anak
 Tujuan: mencegah hipoksemia
◦ Neonatus: PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%.
◦ Bayi/anak: PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%.
 Indikasi:
◦ Hipoksemia.
◦ Henti jantung dan/atau henti napas.
◦ Gangguan sirkulasi.
◦ Asidosis metabolik.
◦ Distres pernapasan.
◦ Anemia berat.
 Manifestasi Klinis  Prinsip pemberian:
Hipoksemia: ◦ PaO2 ≥ 60mmHg dengan
◦ Sianosis konsentrasi O2 serendah
◦ Kelelahan mungkin.
◦ Disorientasi  Waktu pemberian:
◦ Penurunan kesadaran ◦ Jangka pendek: mempertahankan
◦ Dispneu hidup
◦ Takikardi/bradikardi ◦ Jangka panjang: kualitas hidup.
◦ Aritmmia  Cara pemberian:
◦ Hipertensi/hipotensi ◦ Low flow: konsentrasi O2 lebih
◦ Polisitemia vera sedikit dari yg dihirup pasien.
◦ Jari tabuh ◦ High flow
Alat untuk Terapi O2
 Nasal Kanul
◦ Low flow system  40% O2
1-6 lpm.
◦ Kelebihan:
 Lebih nyaman utk pasien.
 Murah.
 Penggunaan mudah.
◦ Kekurangan:
 Risiko membuat hidung terasa
kering bila O2 lebih dari 4 lpm.
 Mudah lepas.
 Tidak efektif utk pasien dg
polip, deviasi septum, bernapas
dg mulut.
 Simple face mask
◦ Low flow system  40-
60% O2 6-12 lpm.
◦ Kelebihan:
 Efektif utk pasien dg
obstruksi nasal dan bernapas
melalui mulut.
 Tersedia di banyak unit RS.
◦ Kekurangan:
 Sulit digunakan sambil
makan.
 Tidak nyaman utk pasien
klaustrofobia.
 Continuous Positive
Airway Pressure (CPAP).
◦ Memberikan tekanan
positif saat inspirasi dan
ekspirasi saat bernapas
spontan.
◦ Kelebihan:
 Mengurangi kerja utk
bernapas.
 Mengurangi hipoksia.
 Mencegah atelektasis.
 Non-rebreather mask
◦ High flow mask  60-80% FiO2 10-15 lpm.
◦ Kelebihan: konsentrasi O2 yg lebih tinggi.
◦ Kekurangan:
 risiko pasien mati lemas bila aliran gas terganggu.
Kantung udara tidak boleh sampai kempes.
 Risiko hiperoksigenasi.
 Tidak tersedia di semua faskes.
 Tidak nyaman,
Efek Samping Terapi Oksigen
 Sistem saraf pusat  kejang.
 Sistem respirasi  iritasi mukosa hidung,
kongesti nasal, epistaksis,
tracheobronchitis.
 Mata  iritasi, retinopati pada prematur.
 Sistem hematologi  abnormalitas
morfologi eritrosit dan hemolisi.
 Risiko kebakaran.
Indikasi terapi inhalasi pada anak dg
penyakit paru non-asma
 Prinsip dasar: obat dalam bentuk aerosol
dihirup langsung ke saluran napas.
Zat aktif utk terapi inhalasi:
 Zat nonmedikamentosa
◦ Normal salin
 memperbaiki hygiene saluran napas, melembabkan,
mengencerkan mukur kental.
 Indikasi: rhinitis akut dg sekret banyak, hipersekresi
bronkus.
◦ Aerosol hiperosmolar
 memperbaiki bersihan jalan napas dan membantu
diagnostik
 Efek samping: induksi batuk berlebihan,
bronkokonstriksi.
Zat medikamentosa
 Gol. Alpha adrenergik
◦ Dapat diberikan melalui inhalasi atau instilasi
obat langsung ke dalam paru dg ETT.
◦ Stimuasi reseptor alfa-1 vasokonstriksi 
mengurangi edema saluran napas
◦ Efek samping: takikardi, palpitasi
 Gol. Beta-2 adrenergik kerja cepat
◦ Relaksasi otot polos bronkus 
bronkodilatasi
◦ Stimulasi aktivitas bersihan jalan napas.
◦ Efek samping: sakit kepala, hipokalemia, mual,
hiperglikemia.
◦ Sediaan: cairan nebulisasi, MDI, DPI.
 Gol. Antibiotik
◦ Obat masih sangat terbatas dan butuh
penanganan khusus.
◦ Pentamidin  pneumonia ec Pneumocystis
jirovecii.
◦ Ribavirin  pada infeksi RSV.
 Insulin
◦ Utk penderita DMT2 yg tidak terkontrol dg
modifikasi diet.
 Antiinflamasi
◦ Steroid inhalasi utk tx jangka panjang kasus asma
persisten, rhinitis alergi persisten.
 Surfaktan
◦ Kasus HMD pada neonatus prematur, fibrosis
kistik, sindrom aspirasi mekonium, ARDS
 Zat mukoaktif
Pemilihan alat terapi inhalasi
 Target organ
 Kompetensi dan keterampilan penggunaan
alat
 Jenis obat yg digunakan.
Fisioterapi Dada (CPT) pada Pasien
dg Masalah Respiratori
 Tujuan:
◦ Membersihkan jalan napas
◦ Mencegah atelektasis pasca ekstubasi
◦ Mengurangi reintubasi
◦ Membantu ventilasi paru
◦ Mencegah imbalans ventilasi-perfusi
◦ Meningkatkan upaya bernapas
 Teknik:
◦ Aktif  perkusi atau vibrasi thoraks
◦ Non-aktif  positioning dan suction
Jenis tindakan (3)
1. Proses pengeluaran sekret
 Positioning
◦ Anak diposisikan sedemikian rupa  segmen/lobus
paru siap utk didrainase.
 Perkusi dan vibrasi
◦ utk melepaskan sekret dari dinding saluran napas.
◦ KI perkusi: penurunan kadar O2 transkutan/arterial
drastis, trauma thoraks, hemoptisis.
◦ Warning: kondisi koagulopati, osteoporosis, aritmia
jantung, bradikardi, emfisema subkutis.
◦ KI vibrasi: hemoptisis dan turunnya kadar O2 saat
terapi.
 Batuk dan suction
◦ Membuat anak tertawa/menangis  batuk.
 Drainase autogenik
◦ Dapat dilakukan mandiri.
◦ Diposisikan tegak  ambil napas dalam dg
kecepatan normal  saat sekret sampai pada
trakhea, sekret dikeluarkan dg batuk atau
ekspirasi paksa.
 Pernapasan ekspirasi tekanan positif
◦ Mempertahankan patensi jalan napas
2. Latihan pernapasan dan retraining
◦ Permainan/kegiatan tertentu yg mengajak anak
utk bernapas dg irama tertentu.
◦ Membuat/meniup gelembung udara 
menguatkan otot napas, memperlama fase
ekspirasi.
3. Rekondisi fisik
◦ Miopati/atrofi otot spinal, penyakit
muskuloskeletal  Olahraga  memperkuat
otot bahu dan thoraks
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai