Anda di halaman 1dari 40

Merancang Proposal Penelitian

D I S U S U N O L EH :
1. EST I A N A N P M . 175030064
2. HA N I FAT HA RA NI N P M . 175030081 Bagian 1
3. D I N DA Y U L I A NDA N P M . 175030087
4. M ER I D EWI N P M . 175030089
A. Masalah Penelitian
1. Pengertian Masalah

Sugiyono (2013,hlm.32)
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi antara teori dengan praktek, antara
aturan dengan pelaksanaan,antara rencana dengan pelaksanaan.

Stonner (1982) dalam Sugiyono


masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
Simpulan
Masalah adalah sebuah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang
terjadi dan menjadi permasalahan yang nantinya akan dipecahkan melalui
proses penelitian. Penelitian yang dilakukan bermaksud untuk memecahkan
sebuah masalah.
2. Sumber Masalah

Stonner dalam Sugiyono (,hlm.)

a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.

Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun seiring perubahan itu tidak
diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah.

b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan


kenyataan

Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari
rencana tersebut,maka tentu ada masalah.
c. Ada pengaduan

Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata
setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang
diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.

d. Ada kompetisi

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak
dapat memanfaatkan untuk kerja sama.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukan
dengan data, misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah
SDM harus ditunjukan dengan data.

Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat.


Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti.
3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan


yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data.

Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian

1 2 3

Deskriptif Komparatif Asosiatif


a. Rumusan Masalah Deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang


berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri,baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri).

Contoh: “Seberapa efektifkah metode


ceramah terhadap pemahaman isi cerpen?”
a. Rumusan Masalah Komparatif

Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian


membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Contoh: “Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari


sekolah negeri atau swasta? (variabel penelitian adalah prestasi
belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri atau swasta)”
a. Rumusan Masalah Asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian


yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

1) Hubungan Simetris 2) Hubungan Kausal 3) Hubungan Interaktif

hubungan antara dua variabel Hubungan kausal adalah


hubungan yang saling
lebih yang kebetulan hubungan yang bersifat
mempengaruhi.
munculnya bersama. sebab akibat.

Contoh:“ Adakah hubungan Contoh: “Adakah Hubungan Contoh: ” Hubungan antara


antara warna rambut dengan antara jumlah murid dengan motivasi dan prestasi belajar
kedisiplinan belajar siswa”. keefektifan belajar- anak SD di Kecamatan A.
mengajar?”.
Rumusan Masalah Kuantitatif Rumusan Masalah Kualitatif

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyatakan


menyajikan rumusan masalah dan hipotesis rumusan masalah, bukan sasaran penelitian (seperti,
penelitian, terkadang sasaran penelitian juga. hasil-hasil akhir yang ingin diperoleh dalam
penelitian) ataupun hipotesis-hipotesis (seperti,
prediksi-prediksi yang melibatkan variabel-variabel
Rumusan masalah kuantitatif pada umumnya dan pengujian-pengujian statistik).
digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan
lebih khusus dalam penelitian survei.
Rumusan masalah kualitatif mengandaikan dua
bentuk: satu rumusan masalah utama dan
beberapa subrumusan masalah spesifik.

Creswell (2000, hlm.205)


Petunjuk menulis rumusan masalah
dalam penelitian kuantitatif yang baik:

1) Variabel-variabel dalam rumusan masalah 2) Salah satu hal yang paling sering muncul dalam
atau hipotesis biasanya hanya digunakan penelitian kuantitatif adalah pengujian terhadap
dengan tiga pendekatan dasar. suatu teori dan spesfikasi rumusan masalah
atau hipotesis
Pertama, peneliti membandingkan
kelompok-kelompok dalam variabel bebas 3) Variabel bebas dan variabel terikat harus diukur
untuk melihat dampaknya terhadap variabel secara terpisah. Prosedur ini sekaligus
terikat. memperkuat logika sebab-akibat dalam
Kedua, peneliti menghubungkan satu atau penelitian kuantitatif.
beberapa variabel bebas dengan satu atau
beberapa variabel terikat. 4) Gunakanlah pola urutan kata-kata yang
konsisten dalam menulis rumusan masalah atau
Ketiga, peneliti mendeskripsikan respons- hipotesis penelitian agar pembaca mudah
respons terhadap variabel bebas, variabel mengidentifikasi variabel-variabel utama.
mediator, atau variabel terikat.
Petunjuk menulis rumusan masalah atau pertanyaan umum
dalam penelitian kualitatif:

1. Ajukanlah satu atau dua pertanyaan utama (rumusan masalah) yang


diikuti oleh lima hingga tujuh subpertanyaan.

2. Kaitkanlah pertanyaan utama (rumusan masalah) dengan strategi


penelitian kualitatif tertentu.

3. Awalilah rumusan masalah penelitian Anda dengan kata-kata "apa“ atau


"bagaimana" untuk menunjukkan keterbukaan penelitian Anda.

4. Fokuslah pada satu fenomena atau konsep utama.

5. Gunakanlah verba-verba eksploratif sesuai dengan jenis strategi kualitatif


yang Anda terapkan.
6. Karena ini penelitian kualitatif maka gunakanlah verba-verba
eksploratoris berupa kata-kata tidak langsung (nondirectional words)
daripada kata-kata langsung (directional words), seperti "berdampak
pada," "memengaruhi," "menentukan," "menyebabkan," dan
"menghubungkan."

7. Upayakan rumusan masalah terus berkembang dan berubah selama


penelitian berlangsung, namun tetap konsisten dengan asumsi-asumsi
dasar rancangan penelitian tersebut.

8. Gunakanlah rumusan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu


merujuk pada literatur atau teori tertentu

9. Rincilah para partisipan dan lokasi penelitian, itu pun jika sebelumnya
informasi mengenai keduanya belum dijelaskan.
B. Variabel Penelitian
1. Pengertian Variabel
Sugiyono (2013, hlm.60)

variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk


apa saja yang ditetapkan oleh peneliti, untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Kidder dalam Sugiyono (2013, hlm.61)

variabel adalah suatu kualitas yang mana peneliti


mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Kerlinger dalam Widoyoko (2013, hlm.1)

variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil


dari suatu nilai yang berbeda.

Sudjarwo dan Basrowi dalam Widoyoko (2013, hlm.1)

variabel adalah konsep yang dapat diukur dan


mempunyai variasi nilai.
Simpulan

variabel adalah Segala sesuatu yang ditetapkan peneliti sebagai suatu


konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi nilai.
2. Kategori Variabel

Variabel Kuantitatif Variabel Kualitatif

Menonjolkan unsur numerik atau angka. Menonjolkan unsur deskripsi atau narasi tekstual.
Contoh: Contoh:
Jumlah siswa, luas ruangan, Motivasi belajar, efektivitas belajar,
jarak tempat duduk. kreativitas siswa.
3. Macam-macam Variabel
Sugiyono dalam bukunya (2013, hlm.61),
membedakan macam-macam variabel berdasarkan hubungan antara satu variabel
dengan variabel yang lain, yaitu:

Independen Moderator Kontrol

Dependen Intervening
4. Skema Hubungan Variabel
Skema hubungan variabel oleh Tuckman dalam Sarwono (2006, hlm.58).
5. Definisi Operasional Variabel
Sarwono (2006, hlm. 27)

“Definisi Operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel


yang sedang diteiliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan
proses pengukuran variabel-variabel tersebut.”

Young, dikutip oleh Koentjaraningrat dalam Sarwono (2006, hlm. 68)

“Definisi Operasional didasarkaan pada kriteria


yang dapat diobservasi”
6. Manfaat Operasionalisasi Variabel
Sarwono (2006, hlm.67)
memaparkan manfaat operasionalisasi variabel sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang


sedang didefinisikan;
2) Menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin
mempunyai lebih dari satu definisi operasional;
3) Mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik
dalam situasi di mana definisi tersebut harus digunakan.
7. Cara Menyusun Definisi Operasional
Ada tiga pendekatan definisi operasional dalam Sarwono (2006, hlm.68-69):

1) Definisi Operasional Tipe A

disusun didasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau
keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi.

Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan


dua orang atau lebih pada situasi di mana masing-masing orang mempunyai tujuan yang
sama, tetapi hanya satu orang yang akan mencapainya.
2) Definisi Operasional Tipe B

disusun didasarkan pada bagaimana objek tertentu yang didefinisikan dapat


dioperasionalkan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun
karakteristik-karakteristik dinamisnya.

Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan


nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3) Definisi Operasional Tipe C

disusun didasarkan pada penampakkan seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan
tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karakteristik-karakteristik statisnya.

Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan
kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan
mempunyai kemampuan berhitung secara cepat.
C. Anggapan Dasar
1. Asumsi dan Hipotesis Penelitian atau Pertanyaan Penelitian

“Asumsi berfumgsi sebagai landasan


bagi perumusan hipotesis”.

Oleh karena itu, asumsi penelitian yang diajukan dapat berupa


teori-teori, evidensi-evidensi, atau dapat pula berasal dari
pemikiran peneliti.

“Rumusan asumsi berbentuk kalimat yang bersifat deklaratif,


bukan kalimat pertanyaan, perintah, pengharapan, atau kalimat
yang bersifat saran”.
2. Pertimbangan dalam Merumuskan Hipotesis

Harus mengekspresikan hubungan antara


1
dua variabel atau lebih

Harus dinyatakan secara jelas dan tidak


2
bermakna ganda

3 Harus dapat diuji secara empiris


D. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis

Mahsun (2008,
hlm. 72)

“Hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap


masalah yang hendak dipecahkan melalui penelitian,
yang dirumuskan atas dasar pengetahuan yang ada
dan logika yang kemudian akan diuji kebenarannya Menurut Sarwono
melalui penelitian yang hendak dilakukan”. (2006, hmn. 26)

“Hipotesis merupakan jawaban sementara dari


persoalan yang kita teliti. Hipotesis merupakan
kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya
oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai
kemungkinan untuk menguji suatu teori”.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution dalam Sarwono (2006, hlm. 37)

Hipotesis ialah “pernyataan tentatif yang


merupakan dugaan mengenai apa saja yang
sedang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya.”.

Menurut Sugiono (2012, hlm. 96)

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap


rumusan masalah penelitian, di mana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan.
SIMPULAN

“Rangkaian kata atau kalimat yang berasal dari persoalan atau


permasalahan yang masih perlu diuji dan dikaji
kebenarannyakarena bersifat dugaan yang berlandaskan pada
teori-teori yang dianggap benar oleh peneliti.”
2. Jenis-jenis Hipotesis

a. Hipotesis b. Hipotesis
c. Hipotesis Statistik
Penelitian/Kerja Operasional/Nol

Hipotesis penelitian
Hipotesis operasional Hipotesis statistik merupakan
merupakan anggapan dasar
merupakan hipotesis yang jenis hipotesis yang dirumuskan
peneliti terhadap suatu masalah
bersifat obyektif. (-) dalam bentuk notasi statistik.
yang sedang dikaji. (+)

Hipotesis Hipotesis
Kerja Alternatif
3. Bentuk-bentuk Hipotesis

a. Hipotesis Deskriptif c. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif merupakan jawaban


sementara terhadap masalah asosiatif
Hipotesis deskriptif merupakan yaitu yang menanyakan hubungan
jawaban sementara terhadap antara dua variable atau lebih.
masalah deskriptif.

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan


jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif.
Contoh 1:

Hipotesis Asostiatif
Rumusan masalah : Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai ?
Hipotesis penelitian : Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai.

Gaya Kepemimpinan” dioperasionalkan sebagai cara memberikan instruksi terhadap


bawahan. “Kinerja pegawai” sebagai tinggi rendahnya pemasukan perusahaan.

Maka bunyi hipotesis operasionalnya :


a. H0 : Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruktsi terhadap bawahan agar tinggi-
rendahnya pemasukan perusahaan.
b. H1: ada hubungan antara cara memberikan instrukti terhadap bawahan agar tinggi-rendahnya
pemasukan perusahaan.
Contoh 2 :

Hipotesis deskriptif
Rumusan masalah : Seberapa besar penguasaan bahasa Inggris di kalangan mahasiswa ?
Hipotesis penelitian : Penguasaan bahasa Inggris di kalangan mahasiswa kurng dari standar.

Hipotesis operasional bunyinya

a. H0 = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa sama dengan standar


b. H1 = penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa tidak sama dengan standar
Hipotesis statistik

a. H0 : r = 80% (0,8)
b. H1 : r 1 80% (0,8)
Diasumsikan standar sama dengan 80% penguasaan Bahasa Inggris nya.
Contoh 3:
Rumusan masalah : Bagaimana sikap mahasiswa di Bandung terhadap penyalahgunaan
narkoba dibandingkan dengan sikap mahasiswa di Yogyakarta.
Hipotesis penelitian : Ada perbedaan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa di
Bandung dan mahasiswa di Yogyakarta.

Hipotesis operasional :

a. H0 = Tidak ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada


mahasiswa di Bandung dan di Yogyakarta
b. H1 = ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa
di Bandung dan di Yogyakarta

Hipotesis statistik
a. H0 : r Bandung = r Yogyakarta
b. H1 : r Bandung 1 r Yogyakarta
Selesai

Anda mungkin juga menyukai