Anda di halaman 1dari 42

KONSELING DAN TES HIV

Misutarno.M.Kep
RSUD Dr Soetomo Surabaya 2019
(Permenkes No. 21 /2013 tentang
Penanggulangan HIV AIDS )

3 ZERO 2030
Zero Zero Zero
new HIV infection AIDS related death discrimination

90% 90% 90%


ODHA ODHA yang ODHA on ART
mengetahui tahu status
status HIVnya
mengalami
mendapat supresi VL
ARV
Peta Jalan Menuju
Eliminasi HIV 2030

2012 2018 2022 2027 2030


LKB & Strategi Eliminasi Target Eliminasi
SUFA Jalur Cepat HIV, 90/90/90 HIV AIDS
TOP Hepatitis B,
Sifilis dari
Ibu ke Anak
(Triple
Eliminasi)
Tes HIV
Istilah “Layanan Tes HIV” digunakan untuk
memperbarui istilah “Konseling dan Tes HIV”,
untuk mencakup kisaran lengkap layanan tes
HIV—tes atas inisiasi petugas, tautan dengan
layanan perawatan, hasil tes yang benar,
konseling, jaminan kualitas, dll
Tes HIV
Tes HIV “dimintakan secara rutin” (untuk menggantikan
“ditawarkan”), pada:
 Di Papua dan Papua Barat: pada semua pasien yang ada di
fasyankes
 Di daerah selain itu (Jatim):
- Pasien dengan gejala terkait HIV-AIDS (termasuk
pada anak dengan malnutrisi)
- Semua pasien TB, semua ibu hamil, semua
pasien IMS, semua pasien hepatitis B dan C
- Populasi kunci HIV (LSL, Waria, WPS, Penasun)
- Warga Binaan Pemasyarakatan
- Pasangan ODHA
Pengertian VCT dan PITC
VCT:
–Voluntary Counselling and Testing
–Client-initiated HIV testing and counselling
–Konseling dan testing HIV sukarela (KTS)

PITC
–Provider-initiated HIV testing and counselling
–Konseling dan Tes HIV atas Prakarsa Petugas Kesehatan
(TIPK)
Pengertian VCT dan PITC
• VCT:
– Layanan konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien
secara aktif dan individual
– Menekankan :
• pengkajian dan penanganan faktor risiko dari klien
• diskusi keinginan untuk menjalani tes HIV dan implikasinya
• pengembangan strategi untuk mengurangi faktor risiko
– Oleh konselor
Pengertian VCT dan PITC
PITC
–Tes HIV dan konseling yang diprakarsai oleh
petugas kesehatan
–Pengunjung UPK
–Bagian dari standar pelayanan medis.
–Bertujuan membuat keputusan klinis dan/atau
menentukan pelayanan medis secara khusus yang
tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui
status HIV seseorang
Layanan PITC
• Sebagai Diagnostik
Pasien datang dengan gejala dan keluhan yang
kemungkinan terkait dengan HIV yang diagnosis dan
tatalaksana klinisnya tergantung pada diagnosis HIV

• Sebagai prosedur Rutin


Penawaran Tes HIV sebagai bagian dari evaluasi
setiap pasien di layanan yang terletak didaerah
prevalensi HIV yang tinggi
Konseling dan tes HIV
Tantangan dan Realita

• Banyak orang perlu di tes HIV untuk mengidentifikasi yang perlu


ART
• Jangkauan layanan Tes HIV perlu ditingkatkan
• Prioritas di tempat yang kemungkinan banyak ditemukan orang
yang perlu ART
• SDM terbatas terutama nakes dan konselor terlatih
• Yang paling praktis model layanan konseling dan tes HIV yang
terintegrasi dg layanan kesehatan
Konseling dan tes HIV
Tantangan dan Realita

 Model layanan yang terintegrasi maka petugas titik pelayanan


kesehatan perlu;
– Menawarkan dan menganjurkan tes HIV
– Menyampaikan hasil tes
 Waktu untuk konseling pra-tes tidak lagi menjadi masalah
 Perlu pelatihan yang singkat, agar petugas kesehatan tidak perlu
lama2 meninggalkan tugas
Keuntungan PITC pada Program
• Membiasakan Konseling dan Tes HIV di sarana layanan
kesehatan dan masyarakat
• KT HIV menjadi standar perawatan
• Menyediakan model layanan KT alternatif
• Meningkatkan cakupam layanan KT
• Mengidentifikasi pasien yang memerlukan ART
• Memperbaiki tatalaksana IO dan HIV
Pelaksanaan PITC
• Tingkat epidemi HIV yang meluas (generalized epidemic)
Bertujuan mengidentifikasi infeksi HIV pada seluruh pasien
yang berobat ke UPK - mungkin penyakit tidak terkait dengan
HIV sekalipun.
• Di tingkat epidemi HIV yang terkonsentrasi dan rendah
(concentrated and low epidemic)
Pasien yang mempunyai indikasi atau infeksi tertentu.
Pelaksanaan PITC
• Mencakup 5C ?
• Petugas kesehatan
- memprakarsa- menganjurkan-menawarkan tes HIV
• Komunikasi Pra-tes
- Informasi dan edukasi berupa dorongan dan motivasi
- mendapatkan persetujuan pemeriksaan dan atau tindakan
dengan model opt-in dan opt out,
• Konseling pasca tes diseuaikan dg hasil tes pasien
• Disertai rujukan untuk mengakses ART
• Pencatatan serta pelaporan
Pelaksanaan PITC
(Kebijakan Tes HIV)
Mencakup 5 C yaitu :
 Counseling
 Confindentiality
 Concent
 Correct testing and
 Conection/linkage to prevention ,care and
treatement services
Kontak awal antara petugas dan pasien
KIE untuk pasien Petugas menginformasikan pentinya tes HIV

Bagan Alur
(optional) •Banyak pasien tertentu juga mengidap HIV
Edukasi diberikan selama pasien •Diagnosis HIV untuk kepentingan perawatan medis
menunggu giliran, pilih salah satu cara: •Sekarang tersedia obat untuk HIV
•Edukasi kelompok oleh petugas atau Informasi tentang kebijakan UPK
dengan AVA •Semua pasien tertentu akan dites HIV nya kecuali

PITC
•Poster pasien menolak
•Brosur Petugas menjawab pertanyaan pasien

Pasien setuju Tes HIV Pasien menolak Tes HIV


(dengan inforemd consent) Petugas mengulang informasi ttg pentinya tes HIV
Bila masih menolak juga
•Sarankan sebagai alternatif untuk ke klinik KTS dan
Tes Cepat HIV pulangkan
•Pada kunjungan berikutnya diulangi informasi ttg
Tes Cepat HIV dilaksanakan oleh
pentinya tes HIV
Petugas atau di Laboratorium

Petugas menyampaikan hasil tes


kepada pasien

Pasien dengan hasil tes HIV Pasien dengan hasil Tes HIV Positif
negatif •Petugas informasikan hail ts HIV positf
•Petugas memberikan hasil tes negatif •Berikan dukungan lepada pasien dalam
•Berikan pesan tentang pencgahan secara menanggapi hasil tes
singkat •Informasikan perlunya perawatan dan pengobatan
•Sarankan untuk ke klinik KTS untuk HIV
konselin pencegahan lebih lanjut •Informasikan cara pencegahan penularan kepada
•Anjurkan agar pasangannya mau pasangan
menjalani tes HIV karen ada kemungkinan •Sarankan agar pasangan di tes HIV
dia positif •Catat hasil tes di Klinik Layanan KTS

Rujukan
•Berikan surat rujukan ke PDP
Rujukan •Informasikan sumber dukungan yang ada di
Beri informasi tentang klinik KTS terdekat masyarakat
PITC
 Dokter, perawat, dan bidan di layanan kesehatan primer dan
sekunder

 Meningkatkan ketrampilan dalam memprakarsai atau


menawarkan tes dan konseling HIV.

 Bagian dari pelatihan Perawatan, dukungan dan pengobatan


ODHA, namun juga dapat digunakan untuk pelatihan
kolaborasi TB-HIV, klinik KIA, klinik IMS dan layanan kesehatan
bagi populasi berisiko tinggi (PS, Penasun, LSL/ Waria).

 Untuk memberikan konseling bagi pasien yang menolak untuk


tes, perlu mengikuti pelatihan tambahan lain yaitu pelatihan
konselor KTS/ VCT yang memerlukan waktu lebih panjang
 Konseling dan tes HIV atas prakarsa petugas atau
provider-initiated testing and counseling (PITC)
bukan menggantikan voluntary counseling and
testing (VTC).

 Disamping menawarkan tes sukarela, program yang


komprehensif ditawarkan dalam PITC/PITC,
dukungan pencegahan yang berkesinambungan, dan
rujukan ke berbagai program lainnya.

 Dengan demikian dapat mendorong pasien untuk


mengambil pilihan yang lebih sehat. Idealnya, pasien
yang ternyata seropositif akan dirujuk untuk
menjalani pengobatan dan perawatan
SYARAT MENERAPKAN PITC
1. Tersedianya layanan konseling pasca-tes bagi semua pasien
yang menjalani tes HIV

2. Tersedianya rujukan ke layanan perawatan medis dan


dukungan psikososial bagi pasien dengan HIV (+).

3. Diterapkannya model option-out, (contoh:”saya sarankan


anda untuk menjalani tes HIV. Bila anda tidak keberatan
maka saya akan laksanakan”) harus dipastikan bahwa
persetujuan yang diberikan benar-benar sukarela, maka
harus selalu mendapatkan informed consent sebelum
melakukan tes HIV dan tes HIV mandatori tidak dibenarkan.
Harus dijelaskan pula bahwa pasien berhak untuk menolak
tes HIV tanpa mempengaruhi kualitas layanan atau
perawatan yang tidak terkait dengan diagnosis HIVnya
PITC RUTIN
• Ketika menerapkan model penawaran tes HIV secara rutin,
maka konseling pra-tes (VCT)disederhanakan tanpa sesi
edukasi dan konseling yang lengkap. Informasi yang diberikan
sekedar untuk meyakinkan bahwa persetujuan pasien
didasarkan atas pemahaman yang memadai.

• Namun harus diantisipasi perlunya konseling tambahan yang


lebih mendalam bagi pasien tertentu, melalui rujukan kepada
konselor khusus.

• Sesuai dengan kondisi setempat, informasi prates dapat


diberikan secara individual atau kelompok.

• Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus


selalu diberikan secara individual, pribadi dengan kesaksian
petugas kesehatan.
PERTIMBANGAN INISIASI TES HIV
 semua layanan kesehatan harus berdasarkan atas kepentingan
pasien.

 Seseorang akan melakukan suatu tindakan apabila ia


mengetahui bahwa tindakannya mempunyai dampak baik bagi
dirinya.

 Dan petugas kesehatan akan berhasil memotivasi pasiennya


untuk menjalani suatu tindakan medis apabila ia mampu
membantu menyelesaikan kendala yang dihadapi pasiennya.

 Manfaat Tes HIV yang mendorong orang untuk menjalaninya,


serta hambatan yang mungkin di hadapi pasien sehingga ia
menolaknya meskipun banyak manfaat yang akan dapat ia
petik
INFORMASI MINIMAL
• Alasan menawarkan tes-HIV dan konseling

• Keuntungan dari aspek klinis dan pencegahan dari tes-HIV dan


potensi risiko yang akan dihadapi, seperti misalnya
diskriminasi, pengucilan, atau tindak kekerasan.

• Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV
negatif ataupun positif, termasuk ketersediaan terapi
antiretroviral

• Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara


konfidensial dan tidak akan diungkapkan kepada orang lain
selain petugas kesehatan yang terkait langsung pada
perawatan pasien tanpa seizin pasien
INFORMASI MINIMAL…
• Kenyataan bahwa pasien mempunyai hak untuk menolak
menjalani tes-HIV. Tes akan dilakukan kecuali pasien
menggunakan hak tolaknya tersebut.

• Kenyataan bahwa penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak


akan mempengaruhi akses pasien terhadap layanan yang
tidak tergantung pada hasil tes HIV.

• Dalam hal hasil tes HIV–positif, maka sangat dianjurkan untuk


mengungkapkannya kepada orang lain yang berisiko untuk
tertular HIV dari pasien tersebut.

• Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada


petugas kesehatan
STRATEGI TESTING HIV

Biakan virus
Deteksi antigen : p24
Deteksi materi genetik : DNA provirus /
RNA
Deteksi antibodi : penyaring & konfirmasi
DIAGNOSIS HIV
• Ditemukannya antibodi HIV dalam darah

• Jenis tes antibodi HIV :


• RAPID TEST 3 METODE
• ELISA
• Western Blot
PASCA TES
• Konseling pasca-tes merupakan bagian integral dari proses tes-HIV.
Semua pasien yang menjalani tes-HIV harus mendapatkan konseling
pasca-tes pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil
tes HIV-nya.
• Konseling bagi yang hasilnya negatif, minimal harus meliputi
hal sebagai berikut :
- Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang
periode jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi-HIV dan
anjuran untuk menjalani tes kembali manakala sudah terjadi
pajanan HIV pada akhir-akhir ini.

- Nasehat dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan


HIV

- Pemberian kondom laki-laki atau perempuan


LANGKAH PENYAMPAIAN HASIL TES HIV

• Nilailah kesiapan pasien menerima hasil tes. Perlu


diingat bahwa hampir semua pasien pada dasarnya
sangat siap untuk mendengar berita mengenai hasil
tes mereka, sehingga tidak perlu mengulur-ulur
waktu lagi.

• Lakukan pengecekan singkat (misalnya: ”Anda sudah


siap mendengar hasil tes anda?”) akan
memungkinkan pasien untuk dapat mengendalikan
proses tersebut dan beri peluang pasien untuk
bertanya atau mendapat informasi lainnya
LANGKAH PENYAMPAIAN HASIL TES HIV…

• Sampaikan dan tafsirkan hasil tes HIV: Sampaikan


hasil tes dengan segera, dengan penjelasan
mengenai makna hasil tes tersebut. Salah satu
strategi komunikasi yang efektif adalah

• “Hasilnya adalah negatif yang mengisyarat bahwa


anda MEMANG atau TIDAK mengidap HIV di dalam
sistem darah anda”. Melalui cara ini pasien
menerima hasil tes, dengan lebih baik karena
menggunakan bahasa yang dimengerti, dan tidak
hanya mengandalkan kata-kat seperti reaktif/non-
reaktif atau bahkan istilah-istilah positif atau negatif
yang mungkin saja malah membingungkan
LANGKAH PENYAMPAIAN HASIL TES HIV…

• Beri kesempatan meledaknya reaksi emosional: Dengan


hening sejenak setelah menyampaikan hasil, pasien diberi
kesempatan untuk mengolah gejolak emosinya.

• Khususnya untuk hasil positif. Berikan komentar simpatik


(misalnya:” Ini merupakan berita buruk”) akan memberi
pasien berpeluang membahas perasaannya, yang mungkin
saja bentuknya ingin lebih meyakinkan lagi.

• Jika anda memiliki cukup waktu dan merasa nyaman,


penggunaan pertanyaan terbuka mengenai perasaan mereka
merupakan strategi yang sangat baik
LANGKAH PENYAMPAIAN HASIL TES HIV…

• Berikan arahan tindak lanjut/informasi medis seperlunya.

• Mungkin penting bagi anda untuk mengingatkan pasien


mengenai paparan-paparan terakhir pasien dengan faktor
risiko, dan perlunya dilakukan tes ulang jika hasil tes mereka
negatif.

• Pasien dengan hasil tes positif perlu diberi konseling


mengenai perlunya tindak lanjut medis, adanya berbagai
layanan pendukung tambahan, dan perlunya memberi tahu
pasangan sehingga pasangan juga perlu dites
LANGKAH PENYAMPAIAN HASIL TES HIV…

• Catatan: laporan terakhir mengenai penyakit IMS terbaru dan


paparan HIV terakhir mengisyaratkan bahwa pasien ini
mungkin sangat menular karena terjadinya viremia kadar
tinggi setelah terjadinya pajanan. Temuan ini, mengisyaratkan
perlunya penekanan khusus pada deteksi infeksi HIV akut dan
edukasi mengenai perlunya melakukan tes ulang.

• Tawarkan rujukan dan pilihan tindak lanjut: Perkenalkan


Lembaga Swadaya Masyarakat yang dapat membantu
memecahkan permasalahan pasien, khususnya bagi ODHA,
yang merupakan dukungan yang sangat mendasar bagi
layanan kesehatan yang melakukan konseling dan tes HIV.
Ingatkan kembali pasien akan jenis layanan lain yang terkait di
sarana anda sendiri, atau kenalkan RS untuk rujukan lebih
tinggi.
PASIEN DENGAN HASIL TES NEGATIF

– Berikan kesempatan pada pasien untuk merasa


lega atau bereaksi positif yang lain.
– Berikan konseling tentang pentingnya tetap negatif dengan
cara menggunakan kondom secara benar dan konsisten,
atau perilaku seksual yang lebih aman lainnya.

– Buat rencana pengurangan perilaku berisiko bersama


pasien
• ‘Hasil tesnya negatif, artinya bahwa dalam darah anda belum
dikenali alat laboratorium adanya virus HIV..”

• Artinya ada peluang bahwa virus HIV sudah masuk tubuh


karena ada paparan infeksi terbaru, namun belum
menghasilkan antibodi sehingga belum terdeteksi oleh
pemeriksaan laboratorium. Jadi saya sarankan agar anda
menjalani tes lagi di (sebutkan nama pusat KTS-nya) dalam
jangka waktu enam minggu ini. Mereka juga dapat memberi
anda informasi lebih banyak mengenai cara yang dapat anda
lakukan untuk tetap tidak terinfeksi, jika memang virus HIV
belum masuk dalan tubuh anda”

• Sementara itu, infeksi HIV memang lazim di dalam masyarakat


kita. Anda perlu mengambil berbagai langkah untuk
memastikan bahwa anda tidak akan terinfeksi di masa yang
akan datang.
• Mungkin anda sudah faham bahwa penularan dapat terjadi dari hubungan
seksual dengan orang yang sudah terinfeksi. Karena itu anda perlu
meminta pasangan anda untuk dites.

• Jika pasangan anda juga tidak terinfeksi HIV, anda berdua harus saling
setia dan tidak berhubungan seksual dengan orang lain agar anda berdua
terlindung dari kemungkinan tertular HIV.

• Jika pasangan anda mengidap HIV, atau anda tidak mengetahui statusnya,
atau jika anda berhubungan seks dengan lebih dari satu orang, anda dapat
melindungi diri anda dari risiko tertular HIV dengan cara:

• Tidak melakukan hubungan seks sampai pasangan anda dites dan anda
telah memastikan bahwa pasangan anda mengidap HIV atau tidak

• Atau dengan menggunakan kondom secara benar setiap kali anda


berhubungan seks.

• Kami menyediakan kondom di klinik dan anda kami persilakan untuk


membawanya. …….. (Sebutkan nama lembaga pusat KTS atau lembaga
lainnya) juga menyediakan kondom.
PASIEN DENGAN HASIL TES POSITIF

• Memberikan informasi hasil tes HIV kepada pasien secara


sederhana dan jelas, dan beri kesempatan kepada pasien
sejenak untuk mencerna informasi tersebut.

• Yakinkan bahwa pasien mengerti akan arti hasil tes HIV

• Beri kesempatan pasien untuk bertanya

• Bantu pasien untuk mengatasi emosi yang timbul karena


hasil tes positif
 Berikan konseling pasca-tes dan dukungan

 Tawarkan perawatan berkelanjutan dan


rencanakan kunjungan tindak lanjut

 Berikan nasehat pentinganya melakukan perilaku


seks yang lebih aman agar tidak menularkan
kepada orang lain dan terhindar dari IMS lain, dan
terhindar dari infeksi virus HIV jenis lain. Buat
rencana pengurangan perilaku berisiko bersama
pasien
 Berikan saran kepada pria dewasa untuk tidak melakukan
hubungan seksual dengan remaja di luar nikah, untuk
menghindari penularan kepada generasi muda

 Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan


pencegahan dan perawatan lebih lanjut, seperti kepada
dukungan sebaya dan layanan khusus untuk kelompok
rentan.

11/19/2019 37
LANGKAH EFEKTIF DALAM MERUJUK

 Lakukan rujukan ke sumber yang sudah dikenal dan


terpercaya: rujukan yang paling efektif adalah rujukan kepada
penyelenggara layanan yang telah bekerja sama baik dengan
anda atau lembaga anda;

 Tawarkan rujukan sebagai salah satu pilihan: dalam


pendekatan yang berpusat kepada pasien, pasien ditawari
rujukan sebagai salah satu sumber yang mungkin dapat
dimanfaatkannya;

 Nilai reaksi pasien atas rujukan: perlu diperhatikan bahwa


kadang-kadang pasien punya pengalaman buruk dengan salah
satu lembaga tempat mereka akan dirujuk, seperti stigma
atau diskriminasi
LANGKAH EFEKTIF DALAM MERUJUK...

 Minta pasien dan persiapkan pasien untuk menyetujui


pelayanan lembaga yang anda beri rujukan: berikan
informasi khusus tentang yang perlu dibawa, kendaraan yang
harus dinaiki untuk ke sana, dan dukungan yang dapat
diperoleh dari lembaga tersebut;
 Nilai jenis bantuan yang diperlukan pasien agar rujukannya
efektif: Kadang, pasien yang sudah berdaya hanya perlu
sedikit arahan dan sudah mampu untuk mengikutinya, tapi
ada pasien lain yang perlu dibantu membuat janji pertemuan
atau disusunkan rencana bantuan yang diperlukannya.
 Lakukan tindak lanjut dengan pasien dan sumber rujukan
seperlunya: tentukan mekanisme untuk mengetahui bahwa
pasien memang mengikuti arahannya dan sejauh mana
keberhasilan rujukannya baik dari pasien atau institusi rujukan
A1

Strategi III A1 + A1 -
Diagnosis
Laporkan
negatif
A2

Anggap
Negatif A1+A2+ A1+A2-
Anggap
indeterminate
Ulangi A1 dan A2

Risiko Risiko
tinggi rendah A1+A2+ A1+A2- A1-A2-

Laporkan
A3 negatif

A1+ A2- A3- A1+ A2+ A3- A1+ A2- A3+ A1+ A2+ A3+

Laporkan
positf
Anggap
indeterminate
Tehnik membuka status HIV
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai