DERMATITIS VENENATA
Pembimbing;
dr. Ika S. Sp. KK
Disusun oleh :
Yohana Elviani Jemumu
112016369
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. TI
• Umur : 52 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Vilajasmini no.18, Candi,
Sidoardjo
• Pendidikan : Sarjana
• Suku : Jawa
• Bangsa : Indonesia
• Agama : Islam
ANAMNESA
• Keluhan Utama • Keluhan Tambahan:
• Dermatitis Kontak
Dermatitis Venenata Iritan
• Dermatitis kontak
alergi
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pacth Test
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa Medikamentosa
• Menghindari pajanan Topikal
terhadap serangga • Kortikosteroid
penyebab (betamethasone
• Menyarankan pasien untuk dipropionate 0,05% cream)
tidak menggaruk lesi 2 x sehari
• Menjaga kebersihan tubuh
dan lingkungan
• Menggunakan obat sesuai
anjuran
PROGNOSIS
Obyektif
Didominasi oleh makula eritem, Pada perubahan morfologi menunjukkan
hiperkeratosis, fissure tingkat konsentrasi menghasilkan sedikit
Terdapat gambaran epidermis kering, perbedaan, sedangkan waktu kontak
seperti terbakar menghasilkan perbedaan yang banyak pada
Proses penyembuhan dimulai dengan tingkat kerusakan kulit
menghindari iritan
Patch tes negative
Pada Dermatitis Venenata terdapa gejala klinis berupa :
• Tidak ada gejala prodormal
• Lesi muncul tiba – tiba pada pagi hari atau setelah berkebun
dan terasa gatal serta pedih.
• Lesi berbentuk garis linear dan berwarna merah dengan batas
yang tegas serta terdapat jaringan nekrosis ditengahnya.
• Adany akissing phenomenon, yang berarti kulit yang
tertempel atau terkena lesi akan berubah menjadi lesi yang
baru
Pemeriksaan Fisik
Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis
primer untuk DKI sebagai berikut :
• Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura
predominan setelah terbentuk vesikel
• Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh
• Bentuk sirkumskripta tajam pada kulit
• Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan
Pemeriksaan Penunjang
UJI TEMPEL
• Dermatitis harus sudah tenang atau sembuh, bila masih
dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi angry back
• Tes dilakukan sekurang - kurangnya 1 minggu setelah
pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan. Dapat hasilkan
rx negative palsu
• Uji tempel dibuka setelah 2 hari, kemudian dibaca, pembacan
kedua dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh setelah
aplikasi.
• Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji
tempel menjadi longgar ( tidak menempel dengan baik )
karena memberi hasil negatif palsu. dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung selalu
kering
• Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakuka terhadap penderita yang
mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan atau immediate urtikaria type
karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi
anafilaksis.
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan
pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang
diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicatat sebagai berikut :
• 1 = reaksi lemah ( non vesikular ) : eritema, infiltrat, papul ( + )
• 2 = reaksi kuat : edema atau vesikel ( ++ )
• 3 = reaksi sangat kuat ( ekstrim ) : bula atau ulkus ( +++ )
• 4 = meragukan : hanya makula eritematosa ( ? )
• 5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura ( IR )
• 6 = reaksi negatif ( - )
• 7 = excited skin
• 8 = tidak di tes ( NT = not tested )
• Pembacaan kedua perlu dilakukn sampai 1
minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96
jam setelah aplikasi.
• membedakan antara respon alergi atau iritasi,
dan juga mengidentifikasi lebih banyak lagi
respon positif alergen.
Diagnosi Banding
Perbedaan DKI DKA
Keluhan Gatal, nyeri, perih menyengat Nyeri, gatal
Lesi Batas tegas, terbatas pada daerah yang Lesi dapat melebihi daerah
terpapar bahan iritan yang terpapar bahan
alergen, biasanya berupa
vesikel yang kecil
Bahan Bahan iritan, tergantung pada konsentrasi Bahan alergen, tidak
dan letak kulit yang terpapar, semua orang tergantung konsentrasi
bisa kena bahan, hanya pada orang
yang mengalami
hipersensitivitas
Reaksi yang muncul Akibat kerusakan jaringan Proses reaksi
hipersensitivitas tipe 4
Uji tempel Eritema berbatas tegas bila uji temple Eritem tidak berbatas tegas,
diangkat reaksi berkurang bila uji temple diangkat
reaksi menetap atau
bertambah
Penatalaksanaan
• Kompres dingin dengan Burrow’ssolution
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan
membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3
jam.
• Glukokortikoid topikal
Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian
prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tapperingoff
10mg.
• Antibiotik dan antihistamin
Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk
mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan.
Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga
digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang
disebabkan oleh dermatitis akibat iritan.
PROGNOSIS
Prognosisnya baik bila pasien menjauhi pajanan terhadap bahan
iritan dan patuh dalam menjalani pengobatan untuk
menanggulangi keluhan. Prognosis menjadi kurang baik jika
bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna. Keadaan ini sering terjadi pada
DKI kronis yang penyebabnya multifaktor, juga pada penderita
atopi