Anda di halaman 1dari 32

PRESENTASI KASUS

DERMATITIS VENENATA

Pembimbing;
dr. Ika S. Sp. KK

Disusun oleh :
Yohana Elviani Jemumu
112016369
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. TI
• Umur : 52 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Vilajasmini no.18, Candi,
Sidoardjo
• Pendidikan : Sarjana
• Suku : Jawa
• Bangsa : Indonesia
• Agama : Islam
ANAMNESA
• Keluhan Utama • Keluhan Tambahan:

Bercak-bercak tidak ada


kemerahahan disertai rasa
panas pada pipi kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bercak-bercak kemerahahan
disertai rasa panas pada pipi kanan sejak pagi tadi. Saat bangun
pagi, pasien tiba-tiba kaget karna pipi sebelah kanannya terasa
panas dan kemerahan.
Pada hari sebelumnya, pasien tidak merasakan perih ataupun
gatal. Sehari-harinya pasien mengaku selalu menjaga kebersihan
tubuhnya.
Pasien mandi 2 kali sehari. Seprei kamar tidur pasien selalu
diganti setiap 2 minggu. Keluhan tidak dipengaruhi waktu
maupun makanan tertentu. Pasien menyangkal melakukakan
aktivitas berkebun ataupun kontak dengan serangga. Riwayat
demam sebelum muncul bercak merah disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit
Pasien tidak Keluarga :
memiliki riwayat alergi Tidak ada
dan sebelumnya belum
pernah mengidap
penyakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum: Compos Mentis
• BB : 67 Kg
• TB : 167cm
Buccal dextra

• Terdapat bercak-bercak eritematosa dengan ukuran 3 x 0,5 cm


berbentuk linier, batas tegas dan terdapat beberapa vesikel berukuran
milier diatasnya.
Resume
• Pasien Tn. TI dengan keluhan Bercak-bercak kemerahahan disertai rasa
panas pada pipi kanan sejak pagi tadi. Pada hari sebelumnya, pasien
tidak merasakan perih ataupun gatal. Sehari-harinya pasien mengaku
selalu menjaga kebersihan tubuhnya. Pasien mandi 2 kali sehari. Seprei
kamar tidur pasien selalu diganti setiap 2 minggu. Keluhan tidak
dipengaruhi waktu maupun makanan tertentu Pasien menyangkal
melakukakan aktivitas berkebun ataupun kontak dengan serangga.
Riwayat demam sebelum muncul bercak merah disangkal. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi.
• Pada pemeriksaan fisik lokalis ditemukan regio buccal dextra ,
efloresensi Terdapat bercak-bercak eritematosa dengan ukuran 3 x 0,5
cm berbentuk linier, batas tegas dan terdapat beberapa vesikel
berukuran milier diatasnya.
DIAGNOSIS
BANDING
DIAGNOSIS KERJA

• Dermatitis Kontak
Dermatitis Venenata Iritan
• Dermatitis kontak
alergi
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pacth Test
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa Medikamentosa
• Menghindari pajanan Topikal
terhadap serangga • Kortikosteroid
penyebab (betamethasone
• Menyarankan pasien untuk dipropionate 0,05% cream)
tidak menggaruk lesi 2 x sehari
• Menjaga kebersihan tubuh
dan lingkungan
• Menggunakan obat sesuai
anjuran
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad fungsionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.

Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang disebabkan


terpaparnya kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang
menimbulkan kelainan klinis efloresensi polimorfik berupa eritema,
vesikula, edema, papul, vesikel, dan keluhan gatal, perih serta
panas.Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan hanya
beberapa saja

Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan


oleh terpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput,
bunga, pohon mahoni, kopi, mangga, serta sayuran seperti tomat,
wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi
penyebab.(1)
EPIDEMIOLOGI
DKI adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling sering
ditemukan, diperkirakan sekitar 70%-80% dari semua penyakit
kulit akibat kerja. Insiden dari penyakit kulit akibat kerja di
beberapa negara adalah sama, yaitu 50-70 kasus per 100.000
pekerja pertahun. Pada DKI akibat serangga khususnya yang
disebabkan kumbang Paederus kejadiannya meningkat pada
musim penghujan, karena cuaca yang lembab merupakan
lingkungan yang sesuai bagi organisme penyebab dermatitis
venenata (misal: Genus Paederus).
ETIOLOGI
Faktor Eksogen Faktor Endogen
(1) Sifat kimia bahan iritan: pH, • Genetik: TNF-α polimorfi
kondisi fisik, konsentrasi, ukuran
molekul, jumlah, polarisasi, • Jenis Kelamin
ionisasi, bahan dasar, kelarutan ; • Usia
(2) Sifat dari pajanan: jumlah, • Suku
konsentrasi, lamanya pajanan
dan jenis kontak • Lokasi kulit
(3) Faktor lingkungan: lokalisasi • Riwayat atopi
tubuh yang terpajan dan suhu,
dan faktor mekanik seperti
tekanan, gesekan atau goresan.
ETIOLOGI
Dermatitis venenata
• paling banyak disebabkan oleh Paederus peregrines
• Paederus dewasa panjang tumbuhnya 7-10 mm dan lebar 0,5
mm seukuran dengan nyamuk. Meskipun paederus dapat
terbang, namun paederus lebih sering berlari dan meloncat.
• Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, namun tepukan
keras pada kumbang ini diatas kulit akan memicu pengeluaran
bahan aktifnya yang berupa paederin.
PATOGENESIS

Ada 4 mekanisme yang berhubungan dengan


DKI.
• Hilangnya membran lemak (Lipid Membrane)
• Kerusakan dari sel lemak fosfolipasi
• Denaturasi keratin epidermal TNF-α (proinflamasi)
• Efek sitotoksik secara langsung (eritem,edem, panas, nyeri)
GEJALA KLINIS

• pada stadium akut kelainan kulit berupa


eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah.
• Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat
mengering menjadi krusta
• stadium kronis tampak lesi kronis, skuama,
hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, mungkin
juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena
garukan.
Diagnosis
Anamnesis
• Pasien mengklaim adanya pajanan yang
menyebabkan iritasi kutaneus
• Onset
• Penderita merasakan sakit, rasa terbakar, rasa
tersengat, dan rasa tidak nyaman akibat
pruritus yang terjadi
Kriteria Diagnostik DKI
Mayor Minor
Subyektif
 Onset dimulai dari beberapa menit hingga  Onset dimulai 2 minggu setelah paparan
beberapa jam kemudian dari paparan
 Pada awalnya terdapat rasa nyeri, rasa  Banyak orang mempunyai gejala sama pada
terbakar, perasaan tidak enak yang berlebih, lingkungan tersebut
gatal

Obyektif
 Didominasi oleh makula eritem,  Pada perubahan morfologi menunjukkan
hiperkeratosis, fissure tingkat konsentrasi menghasilkan sedikit
 Terdapat gambaran epidermis kering, perbedaan, sedangkan waktu kontak
seperti terbakar menghasilkan perbedaan yang banyak pada
 Proses penyembuhan dimulai dengan tingkat kerusakan kulit
menghindari iritan
 Patch tes negative
Pada Dermatitis Venenata terdapa gejala klinis berupa :
• Tidak ada gejala prodormal
• Lesi muncul tiba – tiba pada pagi hari atau setelah berkebun
dan terasa gatal serta pedih.
• Lesi berbentuk garis linear dan berwarna merah dengan batas
yang tegas serta terdapat jaringan nekrosis ditengahnya.
• Adany akissing phenomenon, yang berarti kulit yang
tertempel atau terkena lesi akan berubah menjadi lesi yang
baru
Pemeriksaan Fisik
Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis
primer untuk DKI sebagai berikut :
• Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura
predominan setelah terbentuk vesikel
• Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh
• Bentuk sirkumskripta tajam pada kulit
• Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan
Pemeriksaan Penunjang
UJI TEMPEL
• Dermatitis harus sudah tenang atau sembuh, bila masih
dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi angry back
• Tes dilakukan sekurang - kurangnya 1 minggu setelah
pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan. Dapat hasilkan
rx negative palsu
• Uji tempel dibuka setelah 2 hari, kemudian dibaca, pembacan
kedua dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh setelah
aplikasi.
• Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji
tempel menjadi longgar ( tidak menempel dengan baik )
karena memberi hasil negatif palsu. dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung selalu
kering
• Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakuka terhadap penderita yang
mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan atau immediate urtikaria type
karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi
anafilaksis.
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan
pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang
diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicatat sebagai berikut :
• 1 = reaksi lemah ( non vesikular ) : eritema, infiltrat, papul ( + )
• 2 = reaksi kuat : edema atau vesikel ( ++ )
• 3 = reaksi sangat kuat ( ekstrim ) : bula atau ulkus ( +++ )
• 4 = meragukan : hanya makula eritematosa ( ? )
• 5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura ( IR )
• 6 = reaksi negatif ( - )
• 7 = excited skin
• 8 = tidak di tes ( NT = not tested )
• Pembacaan kedua perlu dilakukn sampai 1
minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96
jam setelah aplikasi.
• membedakan antara respon alergi atau iritasi,
dan juga mengidentifikasi lebih banyak lagi
respon positif alergen.
Diagnosi Banding
Perbedaan DKI DKA
Keluhan Gatal, nyeri, perih menyengat Nyeri, gatal
Lesi Batas tegas, terbatas pada daerah yang Lesi dapat melebihi daerah
terpapar bahan iritan yang terpapar bahan
alergen, biasanya berupa
vesikel yang kecil
Bahan Bahan iritan, tergantung pada konsentrasi Bahan alergen, tidak
dan letak kulit yang terpapar, semua orang tergantung konsentrasi
bisa kena bahan, hanya pada orang
yang mengalami
hipersensitivitas
Reaksi yang muncul Akibat kerusakan jaringan Proses reaksi
hipersensitivitas tipe 4
Uji tempel Eritema berbatas tegas bila uji temple Eritem tidak berbatas tegas,
diangkat reaksi berkurang bila uji temple diangkat
reaksi menetap atau
bertambah
Penatalaksanaan
• Kompres dingin dengan Burrow’ssolution
Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan
membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3
jam.
• Glukokortikoid topikal
Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian
prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tapperingoff
10mg.
• Antibiotik dan antihistamin
Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk
mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan.
Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga
digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang
disebabkan oleh dermatitis akibat iritan.
PROGNOSIS
Prognosisnya baik bila pasien menjauhi pajanan terhadap bahan
iritan dan patuh dalam menjalani pengobatan untuk
menanggulangi keluhan. Prognosis menjadi kurang baik jika
bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna. Keadaan ini sering terjadi pada
DKI kronis yang penyebabnya multifaktor, juga pada penderita
atopi

Anda mungkin juga menyukai