Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

KONDILOMA AKUMINATA

Pembimbing:
dr. Prasti Adhi Dharmasanti, Sp. KK

Disusun oleh :
Yohana Elviani Jemumu
112016369
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. D
• Umur : 24 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Surabaya
• Pekerjaan : Pekerja salon
• Status pernikahan : belum menikah
• Suku : Jawa
• Bangsa : Indonesia
ANAMNESA
• Keluhan Utama • Keluhan Tambahan:

Terdapat benjolan pada daerah Tidak ada


anus
Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan pada daerah Pasien mengaku bahwa
anus sejak tiga bulan dirinya adalah seorang
SMRS homoseksual dan memiliki
Pasien menyadari adanya 1 orang pasangan seksual
benjolan pada anus yang sejenis dengan
tersebut ketika pasien dirinya. Pasien aktif
sedang membersihkan berhubungan seksual
area anus setelah BAB. anogenital tanpa
Benjolan mulanya kecil pengaman (kondom)
dan makin membesar Adanya pertumbuhan benjolan dengan pasangan sesama
hingga seperti sekarang. pada rongga mulut, alat jenis. Pasien tidak
kelamin maupun tempat mengetahui keluhan BAB berdarah dan nyeri saat
Tidak ada rasa gatal atau lainnya disangkal oleh pasien. BAB disangkal. Pasien, pasien
nyeri pada benjolan ini. pasangannya.
Pasien mengatakan tidak juga menambahkan sering
terdapat keluhan pada kulit makan-makanan yang
bagian tubuh lain dan pasien berserat.
tidak demam.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien belu pernah mengidap Tidak ada
penyakit seperti ini
STATUS GENERALIS

Keadaan umum: Compos Mentis


• BB : 64
• TB : 164
ANUS

• vegetasi, jumlah 1 (soliter), permukaan tidak rata


(cauliflower), konsistensi lunak, ukuran 2 cm x 1 cm x 0.5
cm, warna kehitaman / gelap
Resume
• Seorang laki-laki berumur 24 tahun datang ke poliklinik kulit
RS Bhayangkara Surabaya dengan keluhan terdapat benjolan
pada daerah anus sejak tiga bulan SMRS. Awalnya, pasien
menyadari adanya benjolan pada anus tersebut ketika
pasien sedang membersihkan area anus setelah BAB.
Benjolan mulanya kecil dan makin membesar hingga seperti
sekarang. Tidak ada rasa gatal atau nyeri pada benjolan ini.
Pasien mengaku bahwa dirinya adalah seorang homoseksual
dan memiliki 1 orang pasangan seksual yang sejenis dengan
dirinya. Pasien aktif berhubungan seksual anogenital tanpa
pengaman (kondom) dengan pasangan sesama jenis.
• Dari pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan pada daerah
anus terdapat efloresensi vegetasi, jumlah 1 (soliter),
permukaan tidak rata (cauliflower), konsistensi lunak, ukuran
2 cm x 1 cm x 0.5 cm, warna kehitaman / gelap
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA BANDING

• Kondilomata Lata
Kondiloma Akuminata
• Hemoroid
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes VDRL dan TPHA
• Cek tes HIV
PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa Medikamentosa


• Menjaga kebersihan daerah anus Asam Triklorasetat (TCA) 80-90%
• Dianjurkan untuk tidak melakukan dioleskan oleh dokter 1 kali
hubungan seksual anogenital. seminggu
• Gunakan kondom untuk
menyingkirkan adanya penularan
seksual pada saat berhubungan
intim dengan pasangan
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad fungsionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Kondiloma Akuminatum ialah lesi proliferasi
jinak berbentuk papilomatosis, dengan
permukaan verukosa yang disebabkan oleh
Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu yaitu
terutama tipe 6 dan 11, yaitu terdapat pada
daerah kelamin dan anus.
EPIDEMIOLOGI

• Penyakit ini termasuk kelompok Infeksi Menular Seksual


(IMS) dimana 98% penularan terjadi melalui hubungan
seksual dan sisanya melalui barang yang tercemar HPV
• Jenis kelamin pria 13% dan wanita 9% yang pernah
mengalami kondiloma akuminata. Umur diderita pada
kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun
ETIOLOGI

Virus penyebab adalah Human • Tipe yang tersering yaitu


Papilloma Virus (HPV), yaitu virus sebanyak 70-100% adalah tipe 6
DNA yang tergolong dalam dan 11.
keluarga papovavirus.
PENULARAN

Transmisi HPV terjadi melalui kontak dengan lesi epitel yang tampak
atau dalam bentuk subklinis, dan/atau cairan genital yang mengandung
HPV.

Infeksi HPV anogenital saat ini dianggap sebagai infeksi menular seksual
(IMS) tersering.

melalui kontak langsung dengan tangan, atau secara tidak langsung


melalui barang-barang yang terkontaminasi HPV, meskipun jarang
terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vaginalis saat partus
dapat menimbulkan lesi di saluran napas bayi
GEJALA KLINIS

Terinfeksi HPV, kutil pada kelamin • Pada laki-laki tempat predileksinya diperineum dan
timbul 2-3 bulan setelah terinfeksi sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, di dalam
meatus uretra, korpus, dan pangkal penis.
• Pada perempuan didaerah vulva dan sekitarnya,
introitus vagina, kadang-kadang porsio uteri.
Bentuk klinis berupa lesi seperti kembang kol,
berwarna seperti daging atau sama dengan
mukosa.
Ukuran lesi berkisar dari beberapa millimeter
sampai beberapa sentimeter.
Tiap kutil tersebut dapat bergabung menjadi
massa yang besar.
Bentuk Akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan yang
hangat, lembab dan tidak berambut. Terlihat
vegetasi bertangkai. Beberapa kutil dapat bersatu
membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak
seperti kembang kol
• Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah
dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis,
vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum.
Kelainan berupa papul dengan permukaan verukosa
atau yang halus dan licin, soliter atau multipel dan
tersebar secara diskret

• Bentuk keratotik
Karena berkeratin maka menyerupai kutil biasa dan
umumnya dijumpai di daerah yang kering yaitu di
kulit anogenital
PATOGENESIS
Diagnosis
asam asetat 5% selama 3-5 menit. Hasil tes yang positif
disebut sebagi positif acetowhite, terjadi warna putih
akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang
terinfeksi HPV.

VDRL memakai formula antigen terdiri digunakan sebagai screening atau


untuk menilai hasil pengobatan. Hasil kuantitatif dalam bentuk titer
misalnya 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, dst.
Sedangkan TPHA merupakan tes treponemal yang menerapkan teknik
hemaglutinasi tidak langsung untuk mendeteksi antibody spesifik
terhadap Treponema pallidum

Indikasi untuk dilakukannya pemeriksaan histopatologi


yaitu bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsive
terhadap terapi dan curiga kea rah keganasan, pasien
imunokompromais berusia lebih dari 40 tahun
Diagnosi Banding
• Kondiloma lata: merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, klinis berupa
plakat yang erosif dan basah. Terdapat papul dengan permukaan lebih halus dan
lebih bulat dari pada kondiloma akuminata

• Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih


vena hemoroidalis di daerah anorektal.
Penatalaksanaan
Terapi topikal

• Tinktura podofilin 25%


Menggunakan tinktura podofilin 25 %, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau agar tidak
terjadi iritasi dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada penyembuhan dapat diulang setelah 3 hari,
setiap kali pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik.

• Asam Trikloroasetik (TCA) konsentrasi 80-90%


Dioleskan oleh dokter yaitu setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat
menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.

• Topikal 5-Fluorourasil (5 FU)


Krim 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil di meatus uretra dengan
konsentrasinya 1-5%. Pemberian dilakukan setiap hari oleh pasien sampai lesi hilang dan dianjurkan
tidak miksi 2 jam setelah pengobatan.
• Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Dapat digunakan untuk lesi internal dan eksternal
• Bedah beku (N2, N2O cair)
Target terapi adalah terbentuk halo beberapa millimeter di sekitar lesi. Terapi dikatakan berhasil bila timbul lepuh
dalam beberapa hari dengan proses inflamasi pada area lesi dan perilesi, lepasnya lesi diikuti fase penyembuhan.
• Bedah scalpel
• Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut bila dibandingkan alektrokauterisasi.
• Interferon
Diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) dan topical (krim). Indikasinya adalah lesi kondiloma
akuminatum terbatas pada area anogenital eksterna, tidak dapat digunakan pada lesi di membrane mukosa dalam
(uretra, vagina, serviks) dan kehamilan.
• Imunoterapi
Penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama dengan
imunostimulator. Krim imiquimod dengan konsentrasi 5% digunakan 3 kali dalam seminggu yang dapat digunakan
sampai 16 minggu.
PROGNOSIS

Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor


predisposisi misalnya hygiene, kelembaban pada pria akibat tidak
sirkumsisi atau keadaan imunosupresi.

Anda mungkin juga menyukai