Anda di halaman 1dari 27

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT TIDAK
FAKTOR RISIKO KEJADIAN
MENULAR HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS
BANGKALA KABUPATEN
JENEPONTO TAHUN 2012
LATAR BELAKANG

• Hipertensi kini menjadi • Hipertensi adalah keadaan


masalah yang besar, peningkatan tekanan darah
karena prevalensinya tinggi yang dapat menimbulkan
dan cenderung meningkat, berbagai komplikasi,MIS:
diperkirakan prevalensi stroke, gagal ginjal, dan
hipertensi di seluruh dunia hipertrofi ventrikel kanan
sekitar 15-20% (Bustan MN, 2007).
• American Society of
• Kenaikkan HT di negara
Hypertension (ASH)
berkembang 80 % pd th mendefinisikan hipertensi
2025 dr 639 juta kasus di sebagai suatu sindrom
tahun 2000, di perkirakan Kardiovaskuler yang Progresif
menjadi 1,15 milyar kasus sebagai akibat dari kondisi lain
di tahun 2025 yang kompleks
dan saling berhubungan.
Bagaimana dgn HT di • Data Riskesdas (2010) juga
Indonesia ? menyebutkan hipertensi sebagai
penyebab kematian nomor tiga
Di Indonesia banyaknya setelah stroke dan tuberkulosis,
penderita hipertensi
diperkirakan
jml mencapai 6,8% dari proporsi
15 juta orang tetapi hanya
penyebab kematian pada semua
4% yang merupakan umur di Indonesia (Depkes,
hipertensi terkontrol. 2010).
Prevalensi 6-15% • Berdasarkan data yang diperoleh
pada orang dewasa, 50% dari Puskesmas Bangkala
diantaranya tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi
menunjukkan bahwa jumlah
sehingga mereka cenderung
kasus hipertensi meningkat
untuk menjadi hipertensi dari tahun 2011 hingga tahun
berat karena tidak 2012. Pada tahun 2011
menghindari sebanyak 997 kasus, dan
dan tidak mengetahui faktor tahun 2012 sebanyak 1.260
risikonya, dan 90% kasus
merupakan hipertensi
esensial
(Armilawaty, 2007).
ETIOLOGI

• Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua


yaitu:
• 1. Hipertensi Primer atau Esensial.
• Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi Taropatik terdapat sekitar 95 %
kasus. Banyak factor yang mempengaruhi seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis, sistim
rennin angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca Intraseluler dan factor-faktor yang meningkatkan
resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisetemia.
• 2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
• Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya dan biasnya
disertai keluhan atau gejala-gejala dari penyakit yang
menyebabkan hipertensi tersebut
PATOFISIOLOGI
• TD dipengaruhi oleh curah
jantung dan tahanan perifer
membutuhkan aliran darah
mlli pembuluh darah yg
ditentukan oleh kekuatan
pompa jantung dan tahanan
perifer
• Cardiac output dan tahanan
perifer dipengaruhi oleh
faktor faktor yg slaing
berinteraksi ( asupan natrium
, stress , obesitas , genetik ,
dll
• HT tjd jk tdpt abnormalitas
faktor2 tsb
MANIFESTASI KLINIK
• Gejala yang timbul bervariasi,
tergantung dari tinggi rendahnya
derajat hipertensi.
• 1. Sakit kepala
• 2. Vertigo
• 3. Perdarahan retina
• 4. Gangguan penglihatan
• 5. Proteinuria
• 6. Hematuria
• 7. Tachhicardi
• 8. Palpitasi
• 9. Pucat dan mudah lelah
• Tetapi kebanyakan pula pasien
yang menderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan.
KOMPLIKASI HIPERTENSI
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• 1. Faktor Ginetik • 2. Faktor Lingkungan
• Usia, dimana usia diatas 45 tahun • Pola makan, diet, makan makanan
kadar garam tinggi, makan kudapan
akan lebih banyak mengalami dalam jumlah banyak.
hipertensi.
• Merokok, sering minum-minuman
• JenisKelamin, pria maupun wanita yang beralkohol.
memiliki resiko untuk menderita • Inaktivitas fisik, olahraga tidak
hipertensi, pada umur < 45 tahun teratur, istirahat kurang, pekerja
proporsi laki-laki lebih banyak untuk berat. 7
hipertensi sedangkan diatas 55 tahun • Obesitas.
resiko pria dan wanita terhadap • 3. Faktor Psikologis
hipertensi relatif sama. • Beban ekonomi, dimana yang telah
• Ras (Suku), berdasarkan riwayat awal mengalami hipertensi harus
memikirkan biaya pengobatan, biaya
orang yang banyak mengalami hidup.
hipertensi adalah orang-orang • Stress, adanya beban psikologis
Amerika. dalam diri, pekerjaan yang berat. 7
• Keturunan, adanya riwayat penyakit
hipertensi pada garis keluarga (30-
60% diturunkan secara genetis). 7
BAHAN DAN METODE

• Pengumpulan data diperoleh • PENELITIAN DILAKUKAN DI 10 DESA


dengan dua cara,: /KELURAHAN WIL. KERJA PUSKESMAS
BANGKALA
1. data primer (wawancara
langsung dengan berpedoman • PENGUMPULAN DATA DILAKUKAN
pada kuesioner) SEJAK TANGGAL 1-28 FEB 2013
2. data sekunder diperoleh dari • MENGGUNAKAN OBSERVASI ANALITIK
Dinas Kesehatan Provinsi • RANCANGAN CASE CONTROL STUDY
Sulawesi Selatan, Dinas DIIKUTI DENGAN RETROSPEKTIF / ADA
Kesehatan Kabupaten Jeneponto TIDAKNYA FAKTOR RESIKO
dan Puskesmas Bangkala. • POPULASI YG DIGUNAKAN ADALAH
DATA SDH DIOLAH DGN ORG YG DTNG BEROBAT KE PUSKESMAS
MENGGUNAKAN SPSS DAN TAHUN 2012
DISAJIKAN DALAM BENTUK TABEL • PENARIKAN SAMPEL YG DIGUNAKAN
DAN NARASI ADALAH KELOMPOK KASUS ADLH
PURPOSIVE SAMPLING 82 ORG
• KELOMPOK KONTROL DENGAN CARA
RANDOM SAMPLING 82 ORG
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangkala Kab. Jeneponto Tahun 2012
JUMLAH
KARAKTERISTIK RESPONDEN
n %
JENIS KELAMIN
Laki laki 98 59,8
Perempuan 66 40,2
UMUR
20 -33 46 28,0
34 - 47 38 23,2
48 - 61 48 29,3
62 - 75 29 17,7
76 - 89 3 1,8
TINGKAT PENDIDIKAN
Tidak Tamat SD 24 14,6
SD / SEDERAJAT 73 44,5
SMP / SEDERAJAT 29 17,7
SMA / SEDERAJAT 27 16,5
DIII / PT 11 6,7
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangkala Kab. Jeneponto Tahun 2012
KEJADIAN HIPERTENSI

VARIABEL JNDEPENDENT KASUS KONTROL


n % n %
RIWAYAT KELUARGA
RESIKO TINGGI 69 84,1 45 54,9
RESIKO RENDAH 13 15,9 37 45,1
PERILAKU MEROKOK
RESIKO TINGGI 47 57,3 30 36,6
RESIKO RENDAH 35 42,7 52 63,4
AKTIFITAS FISIK /OR
RESIKO TINGGI 24 29,3 11 13,4
RESIKO RENDAH 58 70,7 71 86,6
KONSUMSI KOPI
RESIKO TINGGI 9 11,0 6 7,3
RESIKO RE3NDAH 73 89,0 76 92,7
KONSUMSI GARAM
RESIKO TINGGI 57 69,5 29 35,4
HASIL PENELITIAN
• KARAKTERISTIK RESPONDEN • ANALISA BIVARIAT
• Responden dengan Jenis • Analisis bivariat pada
Kelamin, Kelompok umur, penelitian ini bertujuan untuk
tingkat pendidikan, desa / melihat hubungan antara
kelurahan variabel dependen dengan
• Responden laki-laki lebih variabel independen.
banyak dr perempuan 59,8 % Berdasarkan hasil penelitian
• Rentang umur 48 – 61 = 29,3 pada Tabel 2, riwayat
% keluarga, perilaku merokok,
aktivitas fisik, dan konsumsi
• Tingkat pendidikan SD = 44,5 garam merupakan faktor
% risiko
• Petani / buruh = 50,6 % • kejadian hipertensi dan
bermakna secara statistik.
Hasil Analisa penelitian hubungan faktor resiko
• Riwayat keluarga yang hipertensi berisiko
4,36 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan
yang tidak memiliki riwayat keluarga yang hipertensi,
sehingga riwayat keluarga merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi
• Hasil analisis variabel perilaku merokok dengan kejadian
hipertensi menunjukkan bahwa lebih banyak responden
yang merokok Perilaku merokok berisiko 2,32 kali
menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak
merokok
• Hasil analisis variabel aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi menunjukkan bahwa lebih banyak responden
yang beraktivitas fisik/olahraga Kurang aktivitas
fisik/olahraga berisiko 2,67 kali menderita hipertensi
dibandingkan dengan yang sering beraktivitas fisik/olahraga
Hasil Analisa penelitian hubungan faktor resiko
• Hasil analisis variabel konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi menunjukkan bahwa
lebih banyak responden yang mengkonsumsi kopi .
Konsumsi kopi ≥ 4 cangkir per hari berisiko 1,56 kali
menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak
mengkonsumsi kopi atau mengkonsumsi kopi
• Hasil analisis variabel konsumsi garam dengan
kejadian hipertensi menunjukkan bahwa lebih
banyak responden yang skor konsumsi garamnya
melebihi dari nilai rata-rata seluruh responden
Konsumsi garam berlebih berisiko 4,16 kali
menderita hipertensi dibandingkan dengan yang
konsumsi garamnya cukup
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
• Riwayat keluarga secara statistik
• RIWAYAT KELUARGA bermakna merupakan faktor risiko
• Riwayat klg yg memiliki HT terhadap kejadian hipertensi, hal
resiko HT primer ini dikarenakan sebagian besar
• HT cenderung penyakit • responden yang menjadi sampel
keturunan , jk slh satu org tua dalam penelitian baik untuk
kena maka kemungkinan kena kelompok kasus maupun
25%, apabila ke dua org tua HT • kelompok kontrol memiliki riwayat
kemungkinan 60 % keluarga yang menderita hipertensi
• Hasil penelitian = RK mrpkn baik dari orang tua (bapak/Ibu)
Faktor Resiko kejadian HT utk maupun dari kakek/nenek ataupun
responden yg memiliki RK HT dari paman/bibi. Sebagaimana
4,36 kali > dr yg tdk memiliki RK yang dikemukakan oleh Aris
Sugiharto (2007), hasil penelitiannya
menyatakan bahwa orang yang
• mempunyai riwayat keluarga
hipertensi, berisiko terkena
hipertensi sebesar 4,04 kali
Perilaku merokok

• Nikotin dalam tembakau • Perilaku merokok bermakna secara


merupakan penyebab statistik atau dengan kata lain
meningkatnya tekanan perilaku merokok merupakan
• darah segera setelah hisapan faktor risiko terhadap kejadian
pertama. Seperti zat-zat kimia hipertensi. Hal ini dikarenakan
lain dalam asap rokok, sebanyak 58,9%
• nikotin diserap oleh pembuluh- • responden yang merokok, bahkan
pembuluh darah amat kecil di ada beberapa dari jenis kelamin
dalam paru-paru dan perempuan yang juga merokok.
• diedarkan ke aliran darah • Hal tersebut disebabkan perilaku
merokok sudah menjadi kebiasaan
masyarakat yang sudah tidak
melihat perbedaan gender. Selain
itu sebagian besar pekerjaan
• masyarakat adalah petani
sehingga untuk mengisi waktu
disaat beristirahat kebanyakan
mengisi waktu dengan merokok.
AKTIFITAS FISIK
• Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan
risiko menderita hipertensi karena • Aktivitas fisik merupakan faktor
meningkatkan risiko kelebihan berat risiko kejadian hipertensi dengan
badan OR = 2,67 (CI 95%LL=1,20
• Tekanan darah dipengaruhi oleh UL=5,90). Hal tersebut
aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih menunjukkan bahwa responden
tinggi pada saat melakukan aktivitas yang kurang beraktivitas
fisik dan lebih rendah ketika • fisik/olahraga berisiko 2,67 kali
beristirahat. Aktivitas fisik adalah
menderita hipertensi
gerakan yang dilakukan oleh otot
tubuh dan sistem penunjangnya.
dibandingkan dengan responden
yang sering melakukan aktivitas
• hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa orang yang kurang melakukan
fisik. Hasil analisis menunjukkan
aktivitas fisik berisiko untuk terkena bahwa sebanyak 86,6%
hipertensi sebesar 1,05 kali responden yang sering
dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik
melakukan aktivitas fisik cukup. dibandingkan yang kurang
Dengan demikian dapat disimpulkan melakukan aktivitas fisik
• bahwa aktivitas fisik merupakan faktor
risiko terhadap kejadian hipertensi.
KONSUMSI KOPI
• Minum kopi berbahaya bagi
penderita HT karena senyawa • . Padahal Hasil analisis
kafein bisa menyebabkan tekanan menunjukkan bahwa responden
darah meningkat tajam. yang mengkonsumsi kopi sebesar
63,6% atau lebih dari separuh
• Konsumsi kopi merupakan faktor responden sementara hasil yang
risiko kejadian hipertensi dengan didapatkan menunjukkan hasil
OR = 1,56 (CI 95% LL=0,52 yang tidak bermakna. Hal ini
UL=4,60). Hal tersebut disebabkan karena kebanyakan
menunjukkan bahwa responden responden mengkonsumsi kopi
yang mengkonsumsi kopi berisiko hanya 1 cangkir saja dalam
1,56 kali menderita hipertensi sehari sementara standar yang
dibandingkan dengan yang tidak digunakan dalam penelitian ini ≥4
mengkonsumsi kopi. Namun jika cangkir/hari baru dikatakan
dilihat nilai LL dan UL, maka berisiko tinggi.
variabel konsumsi kopi tidak
bermakna secara statistik
KONSUMSI GARAM
• Konsumsi garam merupakan faktor
• Garam merupakan hal yang risiko kejadian hipertensi dengan
sangat penting pada ekanisme OR = 4,16 Hal tersebut
menunjukkan bahwa responden
timbulnya hipertensi. yang konsumsi garamnya tinggi
• Pengaruh asupan garam atau skor yang diperoleh lebih dari
nilai rata-rata seluruh responden
terhadap hipertensi melalui berisiko 4,16 kali menderita
peningkatan volume plasma hipertensi dibandingkan dengan
(cairan tubuh) dan tekanan yang konsumsi garamnya rendah
atau skor yang diperoleh kurang
darah. Keadaan ini akan diikuti dari nilai rata-rata seluruh
oleh peningkatan ekskresi responden. Jika dilihat nilai LL dan
UL, maka variabel konsumsi garam
kelebihan garam shg kmb pada bermakna secara statistik. Hal ini
keadaan hemodinamik (sistem dikarenakan sebanyak 52,4%
pendarahan) yang normal responden yang konsumsi
garamnya tinggi dengan melihat
• Pengaruh asupan terhadap skor yang diperoleh melebihi nilai
timbulnya hipertensi terjadi rata-rata seluruh responden.
melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan TD.
MODIFIKASI LIFESTYLE
• 1. Fase Pre-Pathogenesis • 2. Fase Pathogenesis
• (pencegahan Primer) • (Pencegahan Sekunder)
• Meningkatkan pengetahuan dan
pendidikan tentang bahaya - Pemeriksaan berkala
penyakit hipertensi • 1. Pengukuran Tekanan Darah
• Menerapkan dan meningkatkan • 2. Mengendalikan tensi secara
perilaku hidup sehat
teratur agar tetap stabil
• Makan cukup sayur dan buah
• Rendah garam dan lemak - Pengobatan/Perawatan
• Tidak merokok dan tidak • 1. Pengobatan segera
konsumsi alkohol • 2. Menghindari komplikasi
• Istirahat yang cukup dan olahraga • 3. Menstabilkan tekanan darah
• Hindari kegiatan yang • 4. Memperkecil efek samping
menimbulkan stress
pengobatan
• Mengenali penyakit lain pemicu
hipertensi • 5. Mengobati penyakit penyerta
seperti; DM, PJK, dll
• 6. Menghindari faktor risiko hipertensi
media pencegahan hipertensi
MODIFIKASI LIFESTYLE

• (Pencegahan Tersier)
• 1. Menurunkan tekanan darah
ketingkat normal
• 2. Mencegah memberatnya
tekanan darah tinggi sehingga
tidak menimbulkan
kerusakan pada jaringan tubuh
• 3. Memulihkan kerusakan organ
dengan obat anthipertensi
• 4. Mengontrol tekanan darah
sehingga tidak menimbulkan
komplikasi penyakit seperti stroke,
PJK dll
• 5. Melakukan penanganan tepat
dan cepat, menghindari kecacatan
dan kematian akibat hipertensi
tak terkendali
EDUKASI
 Seimbangkan gizi –> Diet rendah
garam
 Tidak rokok
 Hindari stress
 Awasi tekanan darah
 Teratur olahraga
 Turunkan berat badan
 Batasi asupan alkohol
 Kurangi makanan dengan kandungan
lemak jenuh dan kolesterol tinggi
 Kontrol/follow up tiap 1 bulan dan
lebih sering untuk hipertensi stage 2
atau yang dengan comorbid
 Cek serum potasium dan cretinine 1-
2 kali per tahun
PENCEGAHAN HIPERTENSI
KESIMPULAN DAN SARAN
• KESIMPULAN • SARAN
• Hasil penelitian menunjukkan • Sebaiknya masyarakat
bahwa faktor risiko kejadian melakukan pemeriksaan
hipertensi di wilayah kerja tekanan darah secara rutin
• Puskesmas Bangkala terutama
Kabupaten Jeneponto adalah • bagi masyarakat yang
riwayat keluarga, perilaku memiliki riwayat keluarga
merokok, aktivitas fisik, dan hipertensi agar tekanan
konsumsi garam. Adapun darahnya bisa
untuk variabel konsumsi kopi • dikontrol setiap waktu.
merupakan faktor risiko yang Selain itu perlunya tindakan
tidak bermakna terhadap pencegahan melalui upaya
kejadian hipertensi karena promosi
secara statistik hasil yang • kesehatan, penyuluhan dan
• didapatkan tidak bermakna. sosialisasi.
IT’S BETTER TO PREVENT THAN CURE

Anda mungkin juga menyukai