Anda di halaman 1dari 28

Tradition of Excellence

Desiminasi Akhir
Ruang Tulip
Kelompok Tulip
Kumala Nur Zakiah, S.Kep NIM 182311101101
Nova Detalia Saputri, S.Kep NIM 182311101120
Ryan Dwi Lesmana, S.Kep. NIM 182311101130
Andini Zahrotul Fauziah, S.Kep. NIM 182311101155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
PRIORITAS MASALAH DAN
POA Tradition of Excellence
Tabel 4.1 Daftar Masalah Umum

No. Pernyataan Masalah

Ketenagaan (Man/M1)
1. Ketidaksesuaian masalah kesehatan di ruang tulip dengan visi ruangan yang berfokus pada psikiatri, THT dan mata, sedangkan
masih banyak pasien bedah dan interna.

2. Ketidakoptimalan tugas kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana, sehingga penjadwalan shift yang kurang efektif,
terkadang karu dan katim harus berdinas di hari minggu

3. Jumlah tenaga perawat di ruang tulip yang kurang dari standar AIPNI 2016
4. Tidak adanya perawat yang mempunyai kekhususan dan pelatihan khusus pada keperawatan jiwa

Sarana dan Prasarana (Material/M2)


5. Terdapat 3 tempat tidur pasien yang tidak memiliki side rail, dan 1 tempat tidur dengan siderail rusak

6. Belum tersedianya alat kesehatan secara lengkap di ruang tulip seperti EKG, syringe pump, dan set rawat luka

7. Tidak terdapat gorden pembatas antar bed pasien


8. Tidak adanya almari khusus untuk alat medis
9. Hanya terdapat satu wastafel untuk semua ruang pasien
Metode (Methods/M3)
10. Tidak optimalnya metode tim yang diterapkan di ruangan tulip
11. Ruangan tidak memiliki falsafah dan tujuan
12. Ruangan tidak memiliki SAK terutama yang berfokus pada keperawatan jiwa, THT dan mata
Tradition of Excellence
13. Timbang terima bedside sudah dilakukan namun belum maksimal dan sering terlupa atau tidak sempat

14. Identifikasi pasien telah dilakukan namun belum maksimal dan kadang masih berpacu pada nomor bed pasien

15. Loker obat pasien hanya tertulis nomer bed pasien, sudah ada etiket yang terpasang di dalam loker obat namun nama dan No. RM
pasien tidak tertulis di dalamnya

16. Belum optimalnya penggunaan tanda segitiga untuk pasien resiko jatuh di bed pasien

17. Pengoplosan obat belum dilakukan oleh bagian farmasi untuk pemakaian dosis sekali pakai (one day one dose) dan terkadang juga
persediaan obat sering terlambat dan juga habis

Sumber Keuangan (Money/M4)


18. Distribusi konsumsi hanya diberikan kepada perawat yang shift sore, sebenarnya tindakan asuhan keperawatan paling banyak
dilakukan pada pagi hari

Pemasaran (Marketing/M5)
19. Belum adanya pengukuran tingkat beban kerja perawat dalam satu tahun terakhir

20. Tidak adanya garis evakuasi di lantai ruangan


21. Tidak adanya program rumah sakit terkait dengan penilaian kepuasan perawat di setiap ruang
Tabel 4.2 Daftar Masalah Khusus

No. Pernyataan Masalah


Identifikasi Pasien

Tradition
Beberapa perawat sudah melakukan identifikasi pasien yang sesuai dengan ketentuan, tetapi sebagian ada yang
of Excellence
hanya berpatokan pada nomer bed pasien

Komunikasi Efektif
√ Timbang terima dan klarifikasi ke pasien langsung masih jarang dilakukan oleh perawat

Peningkatan Keamanan Obat (High Alert Medications)


√ Loker obat pasien hanya tertulis nomer bed pasien, sudah ada etiket yang terpasang di dalam loker obat namun
nama dan No. RM pasien tidak tertulis di dalamnya

Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien


Tidak ada masalah
Pengurangan Resiko Infeksi
√ Program edukasi cuci tangan setiap pagi belum terlaksana
√ Baik perawat, dokter, mahasiswa, transporter, CS, gizi, apoteker sudah memahami tentang 5 momen hand
hygiene namun belum semua melakukan

√ Terdapat 2 bed pasien yang tidak tersedia handrub


Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
√ Belum maksimalnya penggunaan tanda segitiga sebagai pengendalian resiko jatuh
Penampisan Prioritas Tindakan
1. Tindakan Pencegahan Resiko Jatuh Belum Optimal

Skor Tradition of Excellence


No. Prioritas Tindakan Jumlah Prioritas
C A R L
Lakukan pengkajian ulang untuk menilai pasien
1. 4 5 3 3 15
resiko jatuh
2. Monitor risiko jatuh pasien 4 3 5 4 16
Gunakan tanda segitiga risiko jatuh bagi pasien
dengan risiko jatuh sedang dan tinggi yang
3. terpasang di tempat tidur pasien 5 4 4 4 17

4. Pasang side rail pada bed pasien 4 2 3 3 12 Total = 113


Beri edukasi pada pasien, keluarga, dan Prioritas 1
perawat tentang pentingnya pencegahan risiko
5. 4 4 4 4 16
jatuh

Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan


6. pasien disebelah tempat tidur pasien 4 5 5 4 18

Libatkan keluarga dalam pendampingan pasien


7. 4 5 5 5 19
2. Prioritas Tindakan Edukasi Cuci Tangan yang Belum Optimal
Skor
No. Prioritas Tindakan Jumlah Prioritas
C A R L Tradition of Excellence
Lakukan pengkajian ulang terkait cuci tangan pada
1. pasien, perawat, dan semua yang berada diruang 4 4 3 3 14
tulip

Identifikasi terkait edukasi cuci tangan belum


2. 4 5 4 3 16
optimal dilaksanakan

Susun jadwal untuk dilaksanakan edukasi cuci


3. tangan secara teratur terutama kepada pasien 4 4 3 4 15 Total= 79
dan keluarga Prioritas 2

Lakukan edukasi terkait cuci tangan dan five


4. 4 5 3 4 16
moment sebelum melakukan tindakan

Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk


5. menerapkan 6 langkah cuci tangan yang baik dan 4 5 5 4 18
benar
3. Prioritas Tindakan Pembuatan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
Skor
No. Prioritas Tindakan Jumlah Prioritas
C A R L
1. Kaji terkait buku SAK di ruangan 4 4 3 3 14
Cari literatur diagnosa, luaran dan intervensi Tradition of Excellence
2. 4 5 4 3 16
tentang keperawatan jiwa
Konsultasikan terkait penyusunan SAK yang telah
3. 4 4 3 4 15
dirancang Total= 76
Prioritas 3
Susun diagnosa, luaran, dan intervensi yang
4. 4 5 3 4 16
berfokus pada keperawatan jiwa dalam bentuk SAK

Berikan pada ruangan sebagai panduan intervensi


5. 5 4 3 3 15
keperawatan yang terbaru
4. Prioritas Tindakan Pada Masalah Tingkat Beban Kerja Perawat
Skor
No. Prioritas Tindakan Jumlah Prioritas
C A R L

Kaji tingkat beban kerja perawat secara rutin tiga


1. 4 4 3 3 14
bulan sekali

Diskusikan dengan perawat terkait pentingnya Total= 45


2. 4 5 4 3 16
monitor beban kerja perawat secara rutin Prioritas 4

Lakukan evaluasi 3 bulan sekali untuk membahas


3. 4 4 3 4 15
tingkat beban kerja perawat
Planning of Action
Penanggung
No. Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
1. Pencegahan 1. Monitor risiko jatuh pasien 1.
Tradition of
Tanda segitiga risiko jatuh Andini Zahrotul 30 Oktober – 16
Excellence
risiko jatuh 2. Pasang side rail pada bed pasien sedang dan tinggi sudah Fauziah November
belum optimal 3. Maksimalkan penggunaan label terpasang bed pasien yang 2019
segitiga risiko jatuh yang di update berisiko jatuh sedang dan
setiap handover pagi tinggi
4. Beri edukasi pada pasien, keluarga, 2. Perawat melakukan secara
dan perawat tentang pentingnya rutin update tanda risiko
pencegahan risiko jatuh jatuh setiap pagi
5. Gunakan tanda segitiga risiko jatuh 3. Pemasangan Side rail pada
bagi pasien dengan risiko jatuh bed pasien sudah dilakukan
sedang dan tinggi.
2. Edukasi cuci 1. Lakukan pengkajian ulang terkait 1. Pasien dan keluarga baru di Ryan Dwi 30 Oktober – 16
tangan yang cuci tangan pada pasien, perawat, ruang tulip dapat Lesmana November
belum optimal dan semua yang berada diruang menerapkan cuci tangan 6 2019
dilaksanakan tulip langkah
2. Identifikasi terkait edukasi cuci 2. Perawat dapat melaksanakan
tangan belum optimal dilaksanakan edukasi cuci tangan pada
terutama pada pasien baru semua pasien baru secara
3. Lakukan edukasi terkait cuci tangan teratur
pada semua pasien baru 3. Poster cuci tangan dalam
4. Buat poster cuci tangan dalam bahasa madura terpasang di
bahasa madura. masing-masing ruangan
pasien
3. Belum adanya 1. Kaji terkait buku SAK di ruangan 1. Ruang Tulip telah memiliki Nova Detalia 30 Oktober – 16
SAK di ruang 2. Cari literature terbaru tentang SAK khususnya tentang Saputri November
Tulip terutama diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan psikiatri 2019
pada tentang keperawatan psikiatri 2. Perawat ruang Tulip telah
keperawatan 3. Susun diagnose, luaran, dan memahami tentang isi dari
Tradition of Excellence
jiwa intervensi yang berfokus pada SAK
keperawatan psikiatri dalam 3. Perawat Tulip mampu
bentuk SAK melaksanakan intervensi
keperawatan sesuai dengan
SAK yang ada
4. Pengukuran 1. Diskusikan dengan perawat 1. Terukurnya beban kerja Kumala Nur 30 Oktober – 16
beban kerja terkait pentingnya monitor beban perawat Zakiah November
perawat belum kerja perawat secara rutin 2. Perawat memahami tentang 2019
dilakukan 2. Cari kuisioner yang valid tentang pengukuran beban kerja
beban kerja perawat 3. Pengukuran beban kerja
3. Lakukan pengukuran beban kerja dapat sebagai bahan evaluasi
perawat
4. Lakukan diskusi evaluasi beban
kerja perawat
5. Rencanakan pengukuran beban
kerja perawat rutin setiap 3 bulan
sekali
EVALUASI KEGIATAN
1. Penggunaan Label Segitiga Risiko Jatuh
Tradition of Excellence
• Evaluasi Struktur
Dengan adanya permasalahan tersebut, kami memiliki inovasi yaitu dengan
melakukan pemasangan segitiga risiko jatuh sambil bedside handover dan
perkenalan perawat pada pagi hari. Dengan begitu pemasangan segitiga
risiko jatuh akan lebih mudah dilakukan dan tidak menyita waktu. Setelah
berdiskusi dengan kepala ruang dan ketua tim, keduanya menyetujui
adanya metode ini. Sehingga mulai dari tanggal 6 November 2019 metode
ini mulai dilaksanakan. Fasilitas di ruang tulip sudah mencukupi untuk
melakukan metode ini karena ruang tulip sudah memiliki tanda segitiga
risiko jatuh warna merah sebanyak 25 buah dan tanda segitiga risiko jatuh
warna kuning sebanyak 13 buah.
• Evaluasi Proses
Metode awal yang dirancang didiskusikan terlebih dahulu dengan kepala ruang, ketua tim, dosen,
dan kepala instalasi rawat inap. Setelah mendapatkan persetujuan maka mulai mensosialisasikan
metode tersebut kepada perawat dan mulai roleplay untuk melaksanakan metode pemasangan Tradition of Excellence
segitiga risiko jatuh setiap bedside handover pada pagi hari. Dalam prosesnya sendiri kami
mendapatkan saran dari dosen bahwasanya lebih baik tanda segitiga risiko jatuh diletakkan didalam
wadah tersendiri agar tidak sulit dalam mencari dan mudah untuk membawa saat bedside handover.
Dalam 2 minggu tindakan tersebut dievaluasi mendapatkan hasil sebagai berikut:
No Tanggal D TD

1. Rabu, 6 November 2019 √


2. Kamis, 7 November 2019 √
3. Jumat, 8 November 2019 √
4. Sabtu, 9 November 2019 √
5. Senin, 11 November 2019 √
6. Selasa, 12 November 2019 √
7. Rabu, 13 November 2019 √
8. Kamis, 14 November 2019 √
9. Jumat, 15 November 2019 √
10. Sabtu, 16 November 2019 √
• Evaluasi Hasil
Hasil yang didapatkan dari 2 minggu percobaan menggunakan metode pemasangan segitiga risiko jatuh
pada saat bedside handover menyatakan 72,7% tindakan ini sudah dilakukan. Hanya saja terdapat momen-
momen tertentu misalnya saat perawat yang sedang dinas pagi datang terlambat sehingga Tradition
waktu of Excellence
handover dan preconference menjadi lebih sedikit atau suasana menjadi crowded pada saat pagi hari
karena harus menyiapkan injeksi dan tindakan lain sehingga menjadikan tindakan ini tidak dilakukan
dengan maksimal.
2. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
• Evaluasi Struktur
Penyelasaian masalah terkait dengan standar asuhan keperawatan (SAK) di ruang tulip, maka
mahasiswa memfasilitasi dengan membuat buku standar asuhan keperawatan yang berfokus
terhadap masalah psikiatri atau kejiwaan. Pembuatan buku standar asuhan keperawatan ini
disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) terbaru. Di
dalam buku standar asuhan keperawatan ini diangkat 10 diagnosis keperawatan jiwa yaitu
waham, defisit perawatan diri, resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, gangguan sensori
persepsi, resiko bunuh diri, harga diri rendah (kronis dan situasional), distress spiritual, ansietas,
dan koping individu tidak efektif. Standar asuhan keperawatan ini berisi terkait langkah-langkah
yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
• Evaluasi Proses
Referensi atau buku panduan standar asuhan keperawatan (SAK) sudah dipersiapkan
oleh mahasiswa yaitu dengan meminjam buku standar asuhan keperawatan di ruang
Tradition of Excellence
seruni RSD dr. Soebandi Jember. Kemudian menyusun diagnosa keperawatan jiwa yang
dilakukan dengan berkonsultasi kepada ketua tim ruang tulip. Standar asuhan
keperawatan (SAK) pada awalnya berisi 8 diagnosa yang berfokus pada keperawatan
jiwa, setelah dikosulkan kembali kepada ketua tim ruang tulip, terdapat 2 lagi diagnosa
tambahan keperawatan jiwa. Selanjutnya setelah proses finishing selesai, buku standar
asuhan keperawatan (SAK) yang telah dibuat dikonsulkan kembali apakah terdapat revisi
atau perbaikan. Setelah dikonsulkan tidak ada revisi maupun tambahan lagi sehingga
buku standar asuhan keperawatan siap dicetak dan diberikan di ruang tulip.
• Evaluasi Hasil
Hasil dari konsultasi yaitu pada awalnya disarankan untuk mengangkat 8 diagnosa
keperawatan jiwa. Setelah dikonsulkan kembali, ketua tim menyarankan untuk
menambahkan 2 diagnosa tambahan lagi di buku standar asuhan keperawatan (SAK)
yang telah disusun dan dibuat oleh mahasiswa.
3. Pembuatan Poster Cuci Tangan dalam Bahasa Madura
• Evaluasi Struktur
Penyelesaian masalah terkait poster tersebut, maka mahasiswa memfasilitasi dengan membuat
Tradition of Excellence
poster cuci tangan dengan Bahasa madura. Sebelum membuat poster ini mahasiswa
mengkonsulkan kepada kepala ruang dan CI yang berada di ruang Tulip. Mahasiswa mendapat
arahan berupa membuat poster cuci tangan dengan menggunakan Bahasa Madura untuk
memudahkan pengunjung dan pasien dalam membaca poster tersebut serta nantinya dapat
dengan mudah mengaplikasikannya. Proses pembuatan poster disepakati mulai tanggal 4
November 2019 sampai dengan 15 November 2019. Selain itu kami juga memberikan edukasi
terkait cuci tangan kepada keluarga dan pasien baru, biasanya kami melakukan setelah
pengkajian dengan diberi lampiran leaflet cuci tangan yang diberikan kepada keluarga.
Tradition of Excellence

• Evaluasi Proses
Referensi yang digunakan oleh mahasiswa merupakan acuan cuci
tangan sesuai standar World Health Organisation (WHO) dengan melihat langsung dari
internet yang telah disediakan. Kemudian melakukan proses pengeditan dengan aplikasi
Coreldraw untuk memaksimalkan hasil yang di inginkan. Untuk perubahan Bahasa
Indonesia ke Madura mahasiswa meminta bantuan dari orang-orang yang memahami
Bahasa Madura asli dan menterjemahkannya dalam Bahasa Madura. Setelah dikonsulkan
oleh bidang manajemen rumah sakit, mahasiswa mendapat evaluasi untuk memeriksa
kembali tatanan Bahasa Madura.
• Evaluasi Hasil
Poster yang telah dibuat oleh mahasiswa dikonsulkan kembali kepada kepala ruang dan ketua tim
ruang Tulip serta pembimbing klinik. Setelah mendapat persetujuan poster, mahasiswa
Tradition of Excellence
melanjutkannya dengan proses pencetakan poster dalam ukuran A3 yang nantinya akan di
tempel pada dinding ruangan Tulip serta akan dilakukan sosialisasi terkait poster cuci tangan
dalam bahasa Madura.
4. Pengukuran Beban Kerja Perawat
• Evaluasi Struktur
Penyelesaian masalah terkait dengan data beban kerja perawatan, maka mahasiswa
memfasilitasi sebuah kuesioner untuk mengukur tingkat beban kerja perawat dengan
menggunakan kuesioner National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index
atau NASA-TLX. Beban kerja perawat dikatakan ringan jika nilai < 50, sedang dengan
rentan nilai 50-80, dan berat dengan nilai > 80. Kuesioner ini diadopsi dari Human
Performance Research Group, NASA Ames Research Center Moffett Field, California dan
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas (versi Indonesia) oleh Prabawati (2012) yang
didapatkan nilai α = 0,538; r hitung = 0, 459-0,812; r tabel = 0381; p = 0,000.
Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa kuesioner beban kerja perawat NASA-TLX
dinyatakan valid dengan realiabel moderat. Sehingga kuesioner ini layak digunakan
sebagai instrument dalam mengukur beban kerja perawat di Ruang Tulip. Mahasiswa
Tradition of Excellence
telah melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan kepala ruang terkait izin pembagian
kuesioner kepada seluruh perawat di Ruang Tulip dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat beban kerja perawat. Rencana pembagian kuesioner telah disepakati pada
tanggal 4 November 2019 – 8 November 2019. Sebelum pengisian kuesioner oleh
perawat, mahasiswa menjelaskan tujuan pemberian kuesioner dan cara pengisiannya.
Setelah perawat memahami dan mengisi kuesioner, kemudian kuesioner tersebut
dikumpulkan kembali kepada mahasiswa.
• Evaluasi Proses
Kuesioner telah dipersiapkan kemudian dibagikan sesuai dengan shift perawat, sehingga
setiap mahasiswa harus membagikan kuesioner kepada perawat sesuai dengan shiftnya.
Kuesioner dibagikan kepada 10 perawat. Saat proses pengisian ada beberapa perawat
yang masih bertanya terkait pernyataan di dalam kuesioner yang belum dimengerti.
Kuesioner berisi data demografi perawat yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan
pendidikan terakhir. Kemudian dilanjutkan pengisian dengan memberi centang () pada
jawaban yang dirasa lebih dominan pada diri perawat tersebut. Selanjutnya 6 indikator
yang terdapat didalam kuesioner diberi penilaian sesuai dengan tingkatan yang dirasakan
• Evaluasi Hasil
Kuesioner yang dibagikan kepada 10 perawat kemudian di analisis oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil
skor pembobotan akhir diperoleh nilai tertinggi yaitu 67,5 sedangkan nilai terendah adalah 30. Sehingga
jika disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tradition of Excellence
Variabel Frekuensi Persentase

Ringan 4 40%

Sedang 6 60%

Berat 0 0
PEMBAHASAN
Penggunaan Label Segitiga Risiko Jatuh
Tradition of Excellence
1. Tinjauan Pustaka
Upaya peningkatan keselamatan pasien telah diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit menjelaskan bahwa setiap rumah
sakit yang ada di Indonesia wajib untuk menerapkan keselamatan pasien (Permenkes, 2011).
2. Tinjauan Kasus
Di ruang Tulip sendiri sudah terdapat Standar Prosedur Operasional (SPO) terkait pencegahan risiko jatuh
yang terdiri dari risiko sedang dan risiko tinggi. Dari beberapa tindakan pencegahan risiko jatuh yang sudah
dilakukan, mahasiswa melakukan observasi selama 3 hari kepada 8 perawat dan menghasilkan
bahwasanya tindakan pencegahan yang paling banyak belum dilakukan perawat adalah memasang tanda
risiko jatuh di gelang dan bed pasien; dan merendahkan bed pasien.
3. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Pada Hasil penelitian sebuah jurnal dengan uji korelasi dengan Spearman Rank menunjukkan bahwa nilai
signifikansi antara motivasi perawat dengan pelaksanaan risiko jatuh yaitu 0,000 yang berarti terdapat
hubungan yang signifikasn antara motivasi perawat dengan kepatuhan pelaksanaan SPO pencegahan jatuh
di ruang rawat inap. Dalam penelitian ini memiliki 3 indikator motivasi yaitu kebutuhan berprestasi,
berafiliasi dan berkuasa. Kebutuhan prestasi tertinggi yaitu dalam bentuk tanggung jawab dan merasa puas
serta bangga atas prestasi yang pernah dicapai namun hal itu berbanding terbalik dengan parameter
menerima saran dan kritikan orang (Ahsan, 2018).
4. Asumsi Pelaksanaan
Asumsi pelaksanaan dari metode memasang segitiga risiko jatuh pada bed pasien pada saat bedside
handover adalah karena bedside handover dipimpin langsung oleh kepala ruang sehinga peran kepala
ruang disini sangat dijalankan yaitu dengan selalu memotivasi perawat dan mengawasi secaraTradition
langsungof Excellence
kepada perawat saat bedside handover untuk melakukan pemasangan tanda segitiga risiko jatuh pada bed
pasien.
5. Rencana Tindak Lanjut
• Mengoptimalkan pelaksanaan pemasangan tanda segitiga risiko jatuh pada saat bedside handover
• Membuat standar prosedur operasional khusus untuk pemasangan segitiga risiko jatuh pada saat
bedside handover
• Mengevaluasi pelaksanaan pencegahan risiko jatuh melalui bedside handover setiap bulan
• Berkoordinasi dengan Instalasi Sarana Prasarana (IPS) untuk perbaikan bed dengan siderail yang rusak
6. Faktor Penghambat
• Masih kurangnya motivasi perawat untuk melaksanakan pencegahan risiko jatuh dengan memasang
tanda segitiga risiko jatuh pada bed pasien
• Belum adanya supervise tentang pencegahan risiko jatuh.
7. Faktor Pendukung
• Adanya dukungan penuh dari kepala ruang untuk menertibkan pelaksanaan pencegahan risiko jatuh
• Perawat yang datang tepat waktu sehingga tidak menyita waktu Tradition of Excellence
• Telah tersedianya tanda segitiga risiko jatuh merah dan kuning yang telah siap digunakan
• Adanya tempat khusus tanda segitiga risiko jatuh sehingga memudahkan perawat dalam mencari dan
membawa tanda segitiga risiko jatuh
• Adanya lembar assessment risiko jatuh lanjutan pada status pasien yang telah diisi oleh perawat
sehingga memudahkan dalam menentukan tanda segitiga yang harus dipasang.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
1. Tinjauan Pustaka
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang diberikan
kepada klien pada berbagai tatanan layanan kesehatan dengan proses keperawatan yang berpedoman
pada standar keperawatan, yang dilandasi etika dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggungjawab keperawatan. Menurut Nursalam (2002), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan
kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan melalui proses keperawatan yang merupakan suatu
siklus yang terus berlanjut.
2. Tinjauan Kasus
Penyusunan standar asuhan keperawatan di Ruang Tulip ini disesuaikan dengan format standar asuhan
keperawatan yang ada di RSD dr. Soebandi Jember dan juga disesuaikan dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Tradition of Excellence
Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) terbaru. Proses penyusunan standar asuhan keperawatan juga selalu
didiskusikan baik dengan kepala ruang maupun ketua tim ruang tulip untuk mendapatkan hasil yang
sesuai.
3. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harahap (2018) yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi
dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rs. Martha
Friska Brayan Medan” menjelaskan bahwa penerapan standar asuhan keperawatan merupakan bentuk
nyata dari seluruh aspek pelayanan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dalam pelayanan keperawatan pada ruang rawat inap di rumah sakit yang dilihat dari 6 (enam) proses
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
dokumentasi keperawatan.
4. Asumsi Pelaksanaan
Pelaksanaan pembuatan standar asuhan keperawatan hendaknya dilakukan melalui koordinasi antara
pihak rumah sakit terutama bagian komite etik keperawatan rumah sakit dengan kepala ruang tulip.
Kepala ruang sangat berperan terhadap kinerja perawat yang dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang dibuat, dan juga dengan pembuatan standar asuhan keperawatan dapat
dijadikan sebagai acuan ketika diadakannya supervisi keperawatan kepada perawat oleh kepala ruang.
5. Rencana Tindak Lanjut
Perawat dapat meningkatkan kinerja mereka di rumah sakit dalam memberikan pelayanan prima
yang secara optimal serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi tindakan apa yang kurang
Tradition of Excellence
sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang sudah dibuat.
6. Faktor Penghambat
• Belum adanya kebijakan dari pusat terkait standar asuhan keperawatan terbaru terutama pada
masalah psikiatri/jiwa.
• Kurangnya koordinasi antara ruangan dengan komite etik keperawatan bahwa ruang tulip tidak
mempunyai standar asuhan keperawatan baik yang terbaru maupun yang lama.
7. Faktor Pendukung
• Adanya dukungan dari kepala ruang serta ketua tim terkait pembuatan standar asuhan
keperawatan yang berfokus pada masalah psikiatri/jiwa.
• Adanya saran dan diskusi yang baik antara mahasiswa dengan kepala ruang dan ketua tim
dalam penyusunan standar asuhan keperawatan (SAK).
• Terdapat beberapa penelitian terkait penerapan standar asuhan keperawatan yang sesuai
dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat di rumah sakit.
Pembuatan Poster Cuci Tangan dalam Bahasa Madura
1. Tinjauan Pustaka
Tradition of Excellence
Informasi sangat dibutuhkan semua orang, dalam era globalisasi saat ini perlu adanya media penyampaian
yang dapat memudahkan dalam menerima sebuah informasi. Salah satunya yaitu poster, dimana poster
dapat memberikan sarana informasi yang tertera di dinding atau papan informasi ruangan dimanapun.
2. Tinjauan Kasus
Penyedian poster cuci tangan sudah ada sejak lama di Ruangan Tulip namun penggunaan bahasanya masih
baku dan membuat masyarakat yang membacanya susah dalam memahami makna dari poster cuci tangan
tersebut. Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat sekitar Jember yaitu Bahasa madura, sehingga
mahasiswa memiliki sebuah inovasi untuk membuat poster cuci tangan dalam bahasa Madura.
3. Tinjauan penelitian sebelumnya
Penelitian oleh Yusnita dan Nurmaria (2016) “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media
Poster,Video Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Dalam Mencuci Tangan Menggunakan Sabun”
didapatkan hasil adanya pengaruh peningkatan penyerapan informasi apabila informan menggunakan
sebuah media alat berupa poster, video, dan leaflet. Hasil yang yang dominan dalam penyerapan informasi
didapatkan, responden lebih menyerap informasi apabila menggunakan bahasa lokal daerah dari pada
menggunakan bahasa baku yaitu bahasa Indonesia.
4. Asumsi pelaksanaan
Pelaksanaannya yang di harapkan mahasiswa mampu memiliki sebuah inovasi yaitu membuat poster
cuci tangan dengan menggunakan bahasa lokal yaitu Bahasa Madura. Tradition of Excellence
5. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut yang diharapkan adalah mahasiswa mampu membuat poster cuci tangan
dengan menggunakan bahasa lokal. Hasil yang diharapkan untuk pelaksanaan edukasi kepada
masyarakat dapat terlaksana dengan baik serta informasi yang di sampaikan mampu diterima dengan
baik, sehingga masyarakat lebih tertarik untuk membaca dan memahami cara mencuci tangan yang
baik dan benar, serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Faktor Penghambat
• Belum adanya poster sarana informasi yang menggunakan Bahasa lokal
• Mahasiswa yang dapat berbahasa madura sangat minim
7. Faktor Pendukung
• Adanya dukungan dari kepala ruang serta ketua tim terkait pembuatan poster cuci tangan dalam
bahasa Madura
• Adanya bantuan orang lain yang mampu dalam menggunakan bahasa Madura, sehingga
memudahkan dalam proses pembuatan poster cuci tangan.
Pengukuran Beban Kerja Perawat
1. Tinjauan Pustaka
Beratnya intensitas kerja disebut sebagai beban kerja (Harrianto, 2009). Beban kerja adalah Tradition
sejumlah of Excellence
pekerjaan yang dikerjakan (Sujoso, 2012). Purba (2018) juga menjelaskan bahwa beban kerja adalah
sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan
sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja.
2. Tinjauan Kasus
Dengan jumlah perawat di Ruang tulip yang hanya berjumlah 10 orang dengan jumlah bed pasien 16,
membuat kami tetarik untuk mengukur tingkat beban kerja perawat di Ruang Tulip. Kepala ruang juga
menyampaikan bahwa perawat disini belum pernah dilakukan pengukuran tingkat beban kerja
perawat, sehingga kepala ruang mendukung adanya pengukuran dengan kuesioner ini.
3. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Penelitian Rizky (2018) yang berjudul “Hubungan Jumlah Tenaga Perawat dengan Beban Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates” didapatkan hasil dari 41 perawat di ruang bangsal
di dapatkan 26 perawat (63,4%) yang mengalami beban kerja kategori sedang, selebihnya dalam
ketegori rendah dan tinggi. Peneliti juga menyebutkan bahwa jumlah tenaga perawat yang kurang
maka beban kerja juga akan semakin tinggi.
4. Asumsi Pelaksanaan
Pelaksanaan pengisian kuesioner beban kerja perawat perlunya koordinasi antara pihak rumah sakit dan
kepala ruang dalam pengaplikasian secara berkala. Kepala ruangan sangat berperan dalam penyebaran
Tradition
kuesioner kepada seluruh perawat yang berada diruangan. Pengisian kuesioner juga membutuhkan of Excellence
kerja
sama dengan seluruh perawat agar terlaksana dengan baik.
5. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut yang diharapkan adalah pengisian kuesioner beban kerja perawat dapat dilakukan
secara bertahap guna mengetahui tingkat beban kerja yang dirasakan perawat secara berkala dan
berkelanjutan. Hasil yang didapatkan dari pengisian kuesioner diharapkan dapat menjadi evaluasi
terhadap pengorganisasian terhadap seluruh perawat di Ruang Tulip guna menurunkan beban perawat
sehingga perawat mempu meningkatkan kualitas kerja dan memberikan pelayanan prima secara optimal
kepada pasien.
6. Faktor Penghambat
• Belum adanya kebijakan dari pusat untuk mengukur tingkat beban kerja perawat
• Belum adanya keputususan yang pasti dari kepala ruangan dan kepala pusat untuk mengatasi masalah
beban kerja perawat.
7. Faktor Pendukung
• Adanya dukungan yang diberikan oleh kepala ruangan dalam pengukuran tingkat beban kerja perawat
• Adanya kemauan dari seluruh perawat untuk mengisi kuesioner beban kerja perawat
Tradition of Excellence

Anda mungkin juga menyukai