Anda di halaman 1dari 75

PEMICU 1

“DOKTER TOKCER”
SELASA, 13 NOVEMBER 2018
KELOMPOK 9
MIND MAP

Etika dan Hukum


Kedokteran

Sumpah dokter, KODEKI,


Etika kedokteran dalam hukum Kesehatan, hukum Hak dan kewajiban dokter Surat keterangan dokter
Kaidah dasar bioetika
praktik klinis kedokteran dan UU terkait serta pasien termasuk rujukan
praktik kedokteran
LEARNING ISSUES
1. Menjelaskan kaidah dasar bioetika dan etika kedokteran dalam
praktik klinis
2. Menjelaskan sumpah dokter, KODEKI, hukum Kesehatan, hukum
kedokteran dan UU terkait praktik kedokteran
3. Menjelaskan hak dan kewajiban dokter serta pasien
4. Menjelaskan surat keterangan dokter termasuk rujukan
5. Menjelaskan analisis kasus
LI 1
KAIDAH DASAR BIOETIKA
Etika Kedokteran
• Etik : berasal dr kata Yunani  ethos : akhlak, adat kebiasaan, watak,
perasaan, sikap, yg baik, yg layak
• KBBI 1953, etika : ilmu pengetahuan ttg asas akhlak
• KBBI dr Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1988, etika :
• Ilmu ttg apa yg baik, apa yg buruk dan ttg hak dan kewajiban moral
• Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yg berkenaan dg akhlak
• Nilai yg benar dan salah yg dianut suatu gol. Atau masyarakat
• Kamus kedokteran 1987, etika : pengetahuan ttg perilaku yg benar
dlm satu profesi
PRINSIP UMUM ETIK KEDOKTERAN
4 PRINSIP ETIK BIOMEDIS (BEUCHAMP & CHIDRESS, 2001)
Kriteria
• Nonmaleficence  tidak 1. Menolong pasien emergensi :
merugikan Dengan gambaran sbb :
• Menyatakan bahwa jk tidak dpt - pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
melakukan hal2 yg bermanfaat kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
maka setidaknya jgn merugikan org - dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
lain - tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
PRINSIP UMUM ETIK KEDOKTERAN
4 PRINSIP ETIK BIOMEDIS (BEUCHAMP & CHIDRESS, 2001)
Kriteria

• Respect for autonomy  1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat
menghormati otonomi pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi
• Menghormati otonomi berarti bahwa elektif)
seseorg ps yg mampu menalar pilihan 3. Berterus terang
pribadinya harus diperlakukan dg 4. Menghargai privasi
menghormati kemampuannya dlm 5. Menjaga rahasia pasien
mengambil keputusan mandiri (self 6. Menghargai rasionalitas pasien
determination) 7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan
• Melindungi seseorg yg otonominya sendiri
kurang atau terganggu yg berarti 9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
bahwa seorg ps yg ketergantungan
seperti anak2 atau rentan seperti org 10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil
cacat, g3 jiwa, demensia, dll, perlu keputusan termasuk keluarga pasien sendiri

dilindungi thd kerugian 11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien

13. Menjaga hubungan (kontrak)


PRINSIP UMUM ETIK KEDOKTERAN
4 PRINSIP ETIK BIOMEDIS (BEUCHAMP & CHIDRESS, 2001)
Kriteria
• Beneficence  berbuat baik 1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban
• Berkaitan dg kewajiban membantu org untuk kepentingan orang lain)
lain dg mengupayakan manfaat 2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
maksimal sambil meminimalkan risiko 3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya

5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang


6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
PRINSIP UMUM ETIK KEDOKTERAN
4 PRINSIP ETIK BIOMEDIS (BEUCHAMP & CHIDRESS, 2001)
• Justice  keadilan Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
• Mengacu pd kewajiban memperlakukan 2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
setiap org sm dlm memperoleh haknya dlm 3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
pelayanan kesehatan tidak dipengaruhi o/
pertimbangan keagamaan, kesukuan, 4. Menghargai hak sehat pasien
gender, politik kepartaian, atau kedudukan 5. Menghargai hak hukum pasien
social (tidak deskriminatif) 6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
• Keadilan distributive, proporsional, antara
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
beban (termasuk biaya), dan risiko dg
9. Bijak dalam makro alokasi
manfaat
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
KEADILAN
3 macam keadilan:
• Keadilan umum (general justice): warga masyarakat diwajibkan
memberikan kepada masyarakat (secara konkret berarti: negara) apa
yang menjadi haknya. Co: kewajiban membayar pajak
• Keadilan distributif (distributive justice): negara(pemerintah) wajib
memberikan kepada warga negara apa yang menjadi haknya
• Keadilan komutatif (commutative justice): setiap orang/ kelompok
harus memberikan haknya kepada orang/ kelompok lain
PRINSIP PRIMA FACIE
• WD. Ross mengajukan prinsip Prima Facie, artinya kita dituntut untuk
menemukan “kewajiban terbesar” dalam situasi yang ada dengan
menemukan “keseimbangan terbesar” dari hal yang baik atas hal
yang buruk.
• WD Ross membedakan kewajiban prima facie dengan kewajiban
actual, dimana kewajiban yang selalu harus dilaksanakan kecuali kalau
dalam situasi khusus tertentu bertentangan dengan atau dikalahkan
oleh suatu kewajiban yang sama atau yang lebih kuat.
LI 2
SUMPAH DOKTER
• Sumpah dokter : pernyataan yang diucapkan secara resmi oleh
seorang dokter baru dengan bersaksi kepada Tuhan atau sesuatu yang
dianggap suci, bahwa ia bertekad teguh akan menjalankan profesi
dokter sebaik-baiknya sesuai dengan hakikat, martabat, dan tujuan
luhur profesi itu.
• Sumpah dokter juga bisa diartikan sebagai “pengikraran kontrak
sosial” dimana dokter mengikat diri untuk menjalankan profesi
pelayanannya dengan sebaik-baiknya kepada umat manusia dengan
dasar kaidah-kaidah moral dan etika.
• Kontrak sosial ini berlaku sepanjang hidup
SUMPAH DOKTER
• Pengambilan sumpah dokter merupakan saat yang sangat penting artinya
bagi seorang dokter  berikrar bahwa dalam mengamalkan profesinya, ia
akan selalu mendasarkannya dengan kesanggupan yang telah
diucapkannya sebagai sumpah.
• Untuk yang beragama Islam, "Demi Allah saya bersumpah". Untuk
penganut agama lain mengucapkan lafal yang diharuskan sesuai yang
ditentukan oleh agama masing-masing. Sesudah itu lafal sumpah di
ucapkan secara bersama-sama oleh semua peserta pengambilan sumpah.
• Sumpah dokter yang dilafalkan pertama kali dan satu-satunya seumur
hidup di fakultas/sekolah kedokteran setelah memperoleh ijazah
merupakan sumpah promisoris karena berisi janji publik dokter untuk
mengawali praktik kedokteran sebagai pengabdian profesinya.
SUMPAH DOKTER
• Lafal sumpah dokter dalam esensi yang sama telah mengalami
penyempurnaan urutan lafal dan redaksional berulang kali, bahkan
sejak versi pertama yaitu Declaration of Geneva 1948
• Versi kedua: PP No, 26 Tahun 1960.
• Munas Etik II, 14-16 Desember 1981 memunculkan Lafal Sumpah dokter versi
ketiga
• Lafal Sumpah dokter versi ke-empat yaitu SK Menkes No, 434 Tahun 1983
• Penyempurnaan versi ke-lima dilakukan sebagai hasil Rakernas MKEK 1993
dan sejak itu tidak pernah berubah lagi.
SUMPAH HIPPOKRATES
• Saya bersumpah demi (Tuhan) ... bahwa saya akan memenuhi sesuai dengan kemampuan saya dan penilaian saya guna memenuhi
sumpah dan perjanjian ini.
• Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu (kedokteran) ini kepada saya seperti orangtua saya sendiri dan menjalankan hidup ini
bermitra dengannya, dan apabila ia membutuhkan uang, saya akan memberikan, dan menganggap keturunannya seperti saudara
saya sendiri dan akan mengajarkan kepada mereka ilmu ini bila mereka berkehendak, tanpa biaya atau perjanjian, memberikan
persepsi dan instruksi saya dalam pembelajaran kepada anak saya dan anak guru saya, dan murid-murid yang sudah membuat
perjanjian dan mengucapkan sumpah ini sesuai dengan hukum kedokteran, dan tidak kepada orang lain.
• Saya akan menggunakan pengobatan untuk menolong orang sakit sesuai kemampuan dan penilaian saya, tetapi tidak akan pernah
untuk mencelakai atau berbuat salah dengan sengaja. Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila diminta dan juga
tak akan saya sarankan hal seperti itu.
• Juga saya tidak akan memberikan wanita alat untuk menggugurkan kandungannya, dan saya akan memegang teguh kemurnian dan
kesucian hidup saya maupun ilmu saya. Saya tak akan menggunakan pisau, bahkan alat yang berasal dr batu pada penderita(untuk
percobaan), akan tetapi saya akan menyerahkan kepada ahlinya.
• Ke dalam rumah siapa pun yang saya masuki, saya akan masuk untuk menolong yang sakit dan saya tidak akan berbuat suatu
kesalahan dengan sengaja dan merugikannya, terutama menyalahgunakan tubuh laki-laki atau perempuan, hamba atau bebas.
• Dan apa pun yang saya lihat dan dengar dalam proses profesi saya, ataupun di luar profesi saya dalam hubungan saya dengan
masyarakat, apabila tidak diperkenankan untuk dipublikasikan, maka saya tak akan membuka rahasia, dan akan menjaganya
seperti rahasia yang suci.
• Apabila saya menjalankan sumpah ini, dan tidak melanggarnya, semoga saya bertambah reputasi dimasyarakat untuk hidup dan
ilmu saya, akan tetapi bila saya melanggarnya, semoga yang berlawanan yang terjadi.
SUMPAH DOKTER INDONESIA
Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian
saya.
5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
SUMPAH DOKTER INDONESIA
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan
kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkankehormatan diri saya.
KODEKI
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesionalsecara
independen,danmempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhioleh sesuatu
yangmengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiappenemuan teknik atau pengobatan baru
yangbelum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya,disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya pada saat menanganipasien dia ketahuimemiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajibmenjaga
kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspekpelayanan kesehatan (promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati
masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib
saling menghormati.
KODEKI
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan
keluargadan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi
lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentangseorangpasien,bahkan
jugasetelah pasien itumeninggaldunia. Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KODEKI
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecualidengan persetujuan
keduanya atauberdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/ kesehatan.
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR
BIOETIKA
Pasal 5
Setiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan
daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan
pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebakan pasien tersebut
• KDB
• Autonomi: hak pasien atas informasi tentang dirinya
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR
BIOETIKA
Pasal 7C (KODEKI 2012 Pasal 10)
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, dan harus
menjaga kepercayaan pasien
• KBD
• Autonomi : Dokter menghargai hak pasien menentukan nasib sendiri
• Justice : Menghargai hak orang lain
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR
BIOETIKA
Pasal 10 (KODEKI 2012 Pasal 14)
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien ke dokter yang mempunyai
keahlian dalam penyakit tersebut
• KBD
• Beneficence : Bersikap tulus ikhlas
• Non – maleficence : Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan merujuk ke dokter ahli, ini menunjukan tidak merugikan pasien (do not
harm)
• Autonomi : Menghormati autonomi pasien dalam kalimat “atas persetujuan pasien”
• Justice : Dokter tidak melakukan penyalahgunaan wewenang
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR
BIOETIKA
Pasal 11 (KODEKI 2012 Pasal 15)
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya
• KBD
• Autonomi : Menghargai privasi pasien
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR
BIOETIKA
Pasal 12 (KODEKI 2012 Pasal 16)
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
terhadap seorang pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia
• KBD
• Autonomi : Menjaga rahasia pasien
KODEKI YANG MENGANDUNG DASAR
BIOETIKA
Pasal 13 (KODEKI 2012 Pasal 17)
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya
• KBD
• Beneficence : Menolong tanpa pamrih
• Non maleficence : Menolong pasien emergensi
HUKUM KEDOKTERAN
• STR dan SIP
• Kewajiban dan Hak pasien dan dokter
• UU kesehatan
• UU penyelenggaran praktek
STR
• STR (Surat Tanda Registrasi) dokter, merupakan dokumen hukum/tanda
bukti tertulis bagi dokter dan dokter spesialis bahwa yang bersangkutan
telah mendaftarkan diri dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
serta telah diregistrasi pada Konsil Kedokteran Indonesia. Masa berlaku STR
dokter dan dokter spesialis di Indonesia adalah 5 (lima) tahun.
• STR Sementara STR yang diberikan kepada dokter dan dokter
spesialis warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka
pendidikan, pelatihan,penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedoktran
yang bersifat di bidang kedokteran yang bersifat sementara di Indonesia
berlaku selama 1 (satu) tahun.
• STR Bersyarat STR bersyarat diberikan oleh KKI kepada peserta program
pendidikan dokter spesialis warga negara asing yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan di Indonesia.
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 2011
UU NO 29 TAHUN 2004
v
Form 1a dan 1b dan 1c dan Surat Ket Sehat (SKS)
SURAT IZIN PRAKTIK (SIP)
• Bukti tertulis yang diberikan pemerintah → dokter dan dokter gigi
yang akan menjalankan praktik kedokteran, setelah memenuhi
persyaratan
• Dikeluarkan pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten / kota
tempat praktik kedokteran / kedokteran gigi dilaksanakan
• Diberikan paling banyak untuk 3 tempat
• 1 surat izin hanya berlaku untuk 1 tempat praktik
• Masih tetap berlaku sepanjang :
• STR dokter / dokter gigi masih berlaku
• Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum di SIP
SURAT IZIN PRAKTIK (SIP)
• SIP sementara: Diberi kpd dokter atau DG yg menunda
masa bakti atau dokter spesialis & DG spesialis yg
menunggu penempatan & m’jalankan praktek kedokteran
di RS pendidikan & jejaringnya berlaku utk 6 bulan
• SIP Khusus: Diberikan kepada dokter & DG secara kolektif
ke PPDS atau PPDGS yg m’jalankan praktek kedokteran di
RS pendidikan & jejaringnya serta pelayanan kesehatan
yang ditunjuk
UU NO 29 TAHUN 2004
LI 3
HAK DOKTER
• Melakukan praktik dokter setelah memperoleh STR dan SIP
• Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga tentang penyakitnya
• Bekerja sesuai standar profesi
• Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika, hukum, agama dan
nuraninya
• Mengakhiri hubungan dengan seorang ps jika menurut penilaiannya kerja sama ps dengannya
tidak berguna lagi, kecuali dalam keadaan gawat darurat
• Menolak ps yg bukan bidang spesialisasinya, kec dalam keadaan darurat atau tidak ada dokter lain
yg mampu menanganinya
• Ketentraman bekerja
• Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
• Menerima imbalan jasa
• Menjadi anggota perhimpunan profesi
• Hak membela diri

Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 5


KEWAJIBAN PASIEN
• Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter
• Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
• Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah
sakit, dan lain-lainnya.
• Yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh
• Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan
pengobatan serta honorarium dokter

Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 5


HAK PASIEN (KODEKI)
• Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar.
• Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran
• Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya
• Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak
terapeutik.
• Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya
• Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteraan.
• Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah
selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut
• Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi
• Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.
• Berhubungan dengan keluarga, penasihat, atau rohaniwan, dan lain-lain yang diperlukan selama perawatan
di rumah sakit.
• Memperoleh penjelasan tentan perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
Rontgen, Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan sebagainya, (kalau
dilakukan), biaya kamar bedah, kamar bersalin, imbalan jasa dokter, dan lain-lainnya.
LI 4
PEDOMAN DALAM MEMBERIKAN SURAT-
SURAT KETERANGAN
• Bab I Pasal 7 KODEKI : “Seorang dokter hanya memberi keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”
• Bab II Pasal 12 KODEKI : “Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga
setelah pasien meninggal dunia
• Paragraf 4 Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran :
kepentingan kesehatan pasien, rahasia kedokteran hanya dapat
dibuka untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, atas
permintaan pasien atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN (SK) DOKTER YANG
SERING DIMINTAKAN
• Surat Keterangan lahir • Surat keterangan cuti melahirkan
• Surat Keterangan meninggal • Surat keterangan ibu hamil
• Surat Keterangan sehat → untuk bepergian dengan pesawat udara
asuransi jiwa, SIM, nikah, lamaran • Visum et Repertum (perkosaan,
kerja, pendidikan, dsb. pembunuhan, trauma, autopsi
• Surat Keterangan sakit untuk forensik, dsb.)
istirahat • Laporan penyakit menular
• Surat Keterangan cacat
• Surat Keterangan pelayanan medis
untuk penggantian biaya dari Askes
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN MENINGGAL
• Surat keterangan untuk keperluan penguburan, perlu dicantumkan
identitas jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya.
• Hal yang perlu diisi:
• Sebab kematian sesuai dengan pengetahuan dokter.
• Lamanya menderita sakit hingga meninggal dunia.
• Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar negeri maka adanya kematian
karena penyakit menular harus diperhatikan.
SURAT KETERANGAN SEHAT
A. Untuk Asuransi Jiwa
• Dalam menulis laporan pengujian kesehatan untuk asuransi jiwa, perlu diperhatikan
agar:
Laporan dokter harus objektif.
• Jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih atau pernah menjadi pasien sendiri
untuk menghindari timbulnya kesukaran.
• Jangan memberitahukan kesimpulan hasil pemeriksaan medik kepada pasien, langsung
kepada perusahaan asuransi itu sendiri.
• Dokter selaku ahli, bukan orang kepercayaan perusahaan asuransi kesehatan.
• Pemeriksaan oleh dokter yang dipilih pasien pada dasarnya untuk kepentingan
pihak asuransi oleh karena sebagai dokter penguji kesehatan tersebut, dokter
wajib memberitahukan kepada perusahaan tentang segala sesuatu yang ia ketahui
dari orang yang kesehatannya diuji. Dapat terjebak melanggar wajib simpan
rahasia jabatan.
SURAT KETERANGAN SEHAT
B. Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM)
Perlu diperhatikan oleh karena pengendara atau faktor manusia
merupakan faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas.
C. Untuk Nikah
Selain pemeriksaan medis, dokter juga harus memberikan edukasi
reproduksi dan pendidikan seks kepada pasangan calon suami-istri.
SURAT KETERANGAN SAKIT UNTUK ISTIRAHAT
• Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan simulasi atau
agravasi pada waktu memberikan keterangan mengenai cuti sakit
seorang karyawan. Ada kalanya cuti sakit disalahgunakan untuk
tujuan lain.
• Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter
dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP.
SURAT KETERANGAN CACAT
• Sangat erat hubungannya dengan besarnya tunjangan atau pensiun
yang akan diterima oleh pekerja, yang tergantung kepada keterangan
dokter tentang sifat cacatnya.
SURAT KETERANGAN CUTI HAMIL
• Hak cuti hamil seorang ibu adalah 3 bulan, yaitu sekitar 1 bulan
sebelum dan 2 bulan setelah persalinan.
• Tujuan : agar si ibu cukup istirahat dan mempersiapkan dirinya dalam
menghadapi proses persalinan, dan mulai kerja kembali setelah masa
nifas.
SURAT KETERANGAN PENGGANTIAN BIAYA
DARI ASURANSI KESEHATAN
• Informasi Dasar: Identitas pasien dan perwalian (bila diperlukan),
hasil rekam medik oleh dokter.
• Diisi dan digabungkan dengan formulir claim asuransi.
SURAT KETERANGAN IBU HAMIL BEPERGIAN
DENGAN PESAWAT UDARA
• Sesuai dengan ketentuan internasional Aviation, Ibu hamil tidak
dibenarkan bepergian dengan pesawat udara, jika mengalami :
• Hiperemesis atau emesis gravidarum.
• Hamil dengan komplikasi ( perdarahan, preeklamsi dsb ).
• Hamil >36 minggu.
• Hamil dengan penyakit-penyakit lain yang beresiko.
LAPORAN PENYAKIT MENULAR
• Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah.
• Kepentingan umum yang diutamakan.
• Pasal 50 KUHP : “ Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan
perbuatan untuk menjalankan aturan undang-undang”.
LI 5
DOKTER A
• Wajib mengingatkan teman sejawat apabila dr B melanggar aturan.
• Diatur dalam KODEKI 2012 pasal 3 dan pasal 9
DOKTER B
• Melanggar Permenkes NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 pasal 27  apabila tidak mencantumkan
nama dokter pengganti
• Sponsorship  diatur dalam Permenkes no 58 tahun 2016 pasal 1, 4 dan 8
• Testimoni kesembuhan  melanggar KODEKI 2012 pasal 4 (memuji diri)
• Kurang komunikatif dan informatif  melanggar UU no 29 tahun 2004 pasal 52 ; KODEKI 2012 pasal 8
dan PERMENKES no 290 tahun 2008 pasal 7 dan pasal 8 ayat 2  tentang hak pasien,profesionalisme
dan informasi
• Obat mahal  melanggar KODEKI 2012 pasal 3 apabila tindakan kedokteran tidak perlu atau tidak ada
indikasi yang jelas
• Setiap dokter wajib mengkomunikasikan secara jujur honorarium dan/atau jasa mediknya kepada pasien agar
tidak terjadi aduan menerapkan honorarium di luar kemampuan pasien atau keluarganya
• Surat keterangan sakit utk menghindari pengadilan perdata  melanggar KODEKI 2012 pasal 7 dan
KUHP 267 ayat 1
• Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
PERMENKES NO 58 TAHUN 2016
PERMENKES NO 58 TAHUN 2016
PERMENKES NO 58 TAHUN 2016
PERMENKES NO 290 TAHUN 2008
PERMENKES NO 290 TAHUN 2008 PASAL 8
AYAT (2)

Anda mungkin juga menyukai