0
By
Kelompok Tutorial H
“SISTEM RUJUKAN”
Hasna’ Fakhriyah J 161610101071
Septiana Dwi R 161610101072
Ardin Tito F 161610101073
Nadiyah Rizqi A 161610101074
Syafira Dwi A 161610101075
Anindhita Permata 161610101076
Isfania Harmintaswa 161610101077
Devanti Ayu C 161610101078
Resza Utomo 161610101079
Adelia Okky S 161610101080
SKENARIO 4
SISTEM RUJUKAN
Seorang pasien mengeluhkan sakit gigi parah
disertai pipi bawah belakang bengkak sampai ke
daerah leher. Keadaan sudah berlangsung selama
satu minggu. Berdasarkan hasil anamnesis
diketahui bahwa pasien menderita diabetes.
Dokter mengkonsul pasien tersebut ke dokter
penyakit dalam. Setelah diperiksa oleh dokter gigi
di Puskesmas Kecamatan Sehat, hasil
menunjukkan bahwa pasien tersebut
memerlukan tindakan pembedahan. Tenaga dan
peralatan yang ada di puskesmas kurang
memadai sehingga dokter gigi merujuk pasien
tersebut ke rumah sakit yang merupakan
pelayanan kesehatan tingkat dua.
STEP 1. IDENTIFIKASI KATA SULIT
b.Anamnesa
c.Pemeriksaan fisik
Rujukan Medik
Dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Berlaku untuk pelayanan
kedokteran.
Transfer of patient : Konsultasi penderita untuk diagnosa,
pengobatan, dan tindakan operatif.
Transfer of specimen : Terjadi pengiriman bahan atau
spesimen untuk pemeriksaan laboratoris yang lebih
lengkap.
Transfer of knowledge : Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan pelayanan
setempat.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan
dibagi menjadi 2:
rujukan internal : rujukan horizontal yang terjadi
antar unit institusi tersebut, contohnya dari
puskesmas pembantu ke puskesmas induk.
rujukan eksternal : rujukan yang terjadi antar
pelayanan unit kesehatan, baik horizontal atau
vertikal, contohnya dari puskesmas ke rumah sakit.
Menurut indikasinya :
Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien
Rujukan model
Rujukan spesimen
4. Perbedaan konsul dengan rujukan?
Konsul bertujuan untuk menanyakan kasus
atau kondisi yang dialami pasien yang
berhubungan dengan diagnosa dan terapi
pasien kepada seseorang yang lebih ahli
namun tanpa adanya tindakan kepada pasien.
Misalnya dokter gigi konsul ke dokter penyakit
dalam tentang kasus pencabutan disertai
hipertensi. Sedangkan rujukan dilakukan
tindakan pada pasien dengan alasan SDM yang
kurang mumpuni atau pola perubahan
penyakit sehingga di rujuk ke yang lebih ahli di
bidangnya. Rujukan bisa dikatakan
pelimpahan wewenang.
5. Peraturan sistem rujukan?
Menurut Permenkes no. 71 tahun 2013 tentang
pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional.
Pasal 20 menjelaskan jenis jenis pelayanan kesehatan,
kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Seperti administrasi
pelayanan (pendaftaran dan biaya admin) ,
pemeriksaan(pengobatan dan konsutasi oleh dokter
spesialis), tindakan medis spesialistik baik bedah maupun
non bedah, pelayanan kedokteran forensik (surat visum et
repertum), pelayanan jenazah, pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai, pelyanan penunjang diagnostik, rehab
medis, perawatan intesif, rawat inap di ICU. Pada pasal 21,
menjelaskan peserta BPJS boleh menempati kelas
perawatan yang lebih tinggi dari pada haknya dengan
mengikuti asuransi kesehatan tambahan atau membayar
sendiri selisih antara biaya yang dijamin BPJS dengan biaya
yang harus di bayar. Penerima PBI tidak dapat menerima
tingkat lebih tinggi kecuali pada tingkatnya penuh
(maksimal 3 hari).
6. Syarat melakukan rujukan?
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai
kompetensi dan wewenang untuk merujuk
2. Rujukan mengacu pada standart rujukan
pelayanan medis daerah
3. Adanya unit yang memiliki tanggung jawab dalam
rujukan baik yang merujuk maupun yang
mernerima rujukan
4. Adanya pencatatan atau kartu maupun dokumen
tertentu (form rujukan)
5. Surat rujukan harus dipahami petugas, dalam surat
rujukan terdapat nomor surat, tempat dibuatnya
surat dsb.
6. Untuk menjamin pasien ketika dalam
perjalanan menuju tempat rujukan, harus
diperhatikan :
a.Kendaraan yang digunakan terdapat alat untuk
resusitasi, tabung oksigen, kendaraan
menjamin tepat waktu.
b. pasien didampingi tenaga kesehatan yang
berkompeten dalam kegawatdaruratan medis
c.Sarana transportasi terdapat alat komunikasi
7. Apabila rujukan dibawa ke pelayanan
kesehatan lebih tinggi, diagnosa harus sudah
di ketahui.
7. Kelebihan sistem rujukan?
Pasien mendapatkan pelayanan terbaik
Menambah pengetahuan tenaga kesehatan
Menurunkan angka kematian
Menghindari overmedikasi
8. Macam pelimpahan wewenang dalam
rujukan?
Interval referral : dilakukan pelimpahan
wewenang sepenuhnya kepada dokter
konsultan selama jangka waktu tertentu.
Colateral referral : Pelimpahan wewenang
yang spesifik pada satu penyakit
Cross referral : pelimpahan wewenang untuk
dokter lain dalam waktu tidak ditentukan
Split referral : pelipahan wewenang yang
dilakukan lebih dari 1 dokter dalam jangka
waktu tertentu
9. Macam tingkat pelayanan kesehatan?
Pelayanan kesehatan tingkat pertama :
pelayanan medik dasar (puskesmas, prakter
mandiri)
Pelayanan kesehatan tingkat kedua :
pelayanan medik dasar dan spesialistik
(rumah sakit)
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga :
pelayanan medik dasar, spesialistik, dan sub
spesialistik (rumah sakit khusus)
STEP 4. MAPPING
STEP 5. LEARNING OBJECT
Mahasiswa Mampu Mengkaji Konsul.
Mahasiswa Mampu Mengkaji Tata
Hubungan dalam Sistem Rujukan.
Mahasiswa Mampu Mengkaji Rujukan
Berjenjang.
Mahasiswa Mampu Mengkaji Rujukan
Upaya Kesehatan Peorangan dan Rujukan
Upaya Kesehatan Masyarakat.
STEP 7. GENERALISASI
KONSUL
Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional
penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani
oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih
ahli.
Tata cara konsultasi :
Menjelaskan secara lengkap kepada pasien alasan
untuk konsultasi
Berkomunikasi secara langsung dengan dokter
konsultan (surat, form khusus, catatan di rekam
medis, formal/ informal melalui telepon)
Keterangan lengkap tentang pasien
Konsultan bersedia memberikan konsultasi
Pada tahun 2008, Pemerintah Indonesia melalui Instansi
yang terkait dan berwenang menerbitkan Undang-undang Nomor
11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19
tahun 2016 (UU ITE). Kegiatan konsultasi dokter melalui media
online memerlukan unsur-unsur hukum perjanjian. Perjanjian
antara dokter dengan penyedia layanan, perjanjian antara dokter
dengan pasien, dan perjanjian antara pasien dengan penyedia
layanan. Konsultasi dokter melalui media online seharusnya
tunduk pada UU ITE. Para penyedia jasa konsultasi melalui
sistem elektronik wajib mematuhi UU ITE. Penyedia jasa
tersebut harus merancang sistem yang baik dan aman serta dapat
menjaga kerahasiaan data.
1. Layanan ini tidak dapat digunakan dalam kondisi darurat,
kondisi medis apapun yang membutuhkan penanganan cepat
atau pemriksaan fisik oleh dokter.
2. Layanan ini tidak dapat digunakan untuk memperoleh dispensasi
pengobatan dari dokter dalam bentuk apapun.
3. Layanan ini tidak boleh dianggap dapat menggantikan
pemeriksaan fisik, diagnosis, atau perawatan apapun oleh
dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya.
4. Tanggung jawab “konsultasi media online” hanya menyediakan
teknologi yang memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara
pasien dan penyedia layanan.
TATA HUBUNGAN SISTEM
RUJUKAN
Rujukan Horizontal: Hubungan horizontal sesuai
kebutuhan pasien, fasilitas, peralatan, ketenagaan. Sifatnya
sementara atau menetap.
Rujukan Vertikal: Dilakukan jika pasien membutuhkan
perawatan spesialistik atau subspesialistik. Perujuk tidak
dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien
karena keterbatasan.
Rujukan Internal: terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi yang sama (pustu ke puskesmas induk).
Rujukan Eksternal: antar unit unit jenjang pelayanan
kesehatan baik horizontal (puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertika (puskesmas ke
rumah sakit).
Sistem Rujukan Berjenjang
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis,
maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes
sekunder hanya dapat diberikan atas rujukan dari
faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier
hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes
sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat
dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk
kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan
berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat
dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan
mengikuti ketentuan yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dan atau Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus
yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas.
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat
pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2) Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
RUJUKAN SEBAGAI UPAYA
KESEHATAN
1. MASYARAKAT
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya Kejadian Luar
Biasa (KLB), pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan
dilakukan bila satu Puskesmas tidak mampu
menyeleggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya tersebut menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau
tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas juga bisa merujuk ke
instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral. Apabila rujukan tingkat
kabupaten/kota masih belum mampu menanggulangi, bisa
diteruskan ke provinsi/pusat.
1. Rujukan sarana dan logistik :
peminjaman alat fogging, bantuan obat
dan vaksin
2. Rujukan Tenaga : dukungan tenaga ahli
untuk kasus KLB
3. Rujukan operasional : Jika puskesmas
sudah tidak mampu maka merujuk ke
usaha kesehatan kerja dan usaha
kesehatan jiwa.
2. PERORANGAN
Cakupannya adalah suatu kasus penyakit.
Misalnya, suatu puskesmas tidak mampu
menangani satu kasus penyakit, maka
puskesmas tersebut wajib merujuk pasien
tersebut ke pelayanan kesehatan yang lebih
baik (dapat secara horizontal maupun
vertikal). Ada 3 macam upaya kesehatan
perorangan
a. Rujukan kasus: keperluan diagnostik,
tindakan medis.
b. Rujukan spesimen: pemeriksaan
laboratorium lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan:
mendatangkan tenaga ahli untuk
pelayanan medis.