PEMBAHASAN
1.1 Nekrosis
Enzim aktif dari pankreas dilepas dari sel asini pankreas dan
duktusnya menghancurkan membran sel lemak. Lipase aktif akan memecah
ester trigliserid yang ada di dalam sel lemak. Asam lemak yang terlepas akan
bereaksi dengan kalsium sehingga menghasilkan daerah putih berkapur
(Sudiono, dkk., 2003).
1
Gambar 1. Gambaran HPA nekrosis enzimatik dengan
perbesaran 40x. Lingkaran hijau merupakan fokus
daerah yang mengalami nekrosis enzimatik.
Endapan kalsium
2
Endapan kalsium
Sel radang
Endapan kalsium
3
Nekrosis kaseosa bisa disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis.
Kaseosa terbentuk akibat pelepasan lemak dari dinding sel Mycobacterium
tuberculosis. Lemak berlebih dari patogen ini yang menyebabkan timbulnya
material seperti keju.
4
Gambar 5. Gambaran histopatologis nekrosis kaseosa
dengan perbesaran 40x.
5
Gambar 7. Tampak jelas bahwa di zona nekrosis pada
gambaran HPA nekrosis kaseosa tidak terdapat sel-sel
hidup dan kadang juga tampak debris-debris granular.
6
1.1.3 Nekrosis Liquefaktif
Nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa, terjadi sebagai hasil
autolisis atau heterolisis, terutama pada infeksi terutama organisme
piogenik, karena bakteri merupakan stimulus kuat yang dapat
mengumpulkan sel leukosit. Contoh nekrosis kolikuativa terjadi pada
jaringan otak yang mengalami hipoksia. (Sudiono, dkk., 2003). Nekrosis ini
diawali dengan adanya infeksi bakteri lokal seperti Staphylococci dan
Streptococci. Lalu, sel darah putih akan menuju lokasi yang terinfeksi dan
melisiskan area yang terinfeksi oleh bakteri dengan menggunakan enzim
hidrolitik (Delong dan Burkhart, 2007).
7
yang ireguler (rongga pus). Secara mikroskopik ada 2 daerah yang tampak
dari nekrosis likuefaktif yaitu area pusat nekrosis dan daerah reaktif, yang
berisi sel-sel radang. Jaringan yang mengalami likuefaksi menjadi lunak,
mudah mencair, dan tersusun oleh sel-sel yang mengalami disintegrasi dan
cairan (Rubin and Strayer, 2012).
8
1.1.4 Nekrosis Gangrenosa
Nekrosis gangrenosa adalah bentuk dari nekrosis koagulatif,
dihasilkan dari kurangnya aliran darah dan dirumit kan dengan kelebihan
pertumbuhan dan invasi bakteri. Biasanya terjadi di distal kaki dikarenakan
arteriosklerosis atau bisa terjadi di GI Tract. Gangren timbul akibat
kematian dan membusuknya sel/jaringan dalam jumlah besar. Gangren
terjadi akibat bagian tubuh kekurangan atau sama sekali tidak memperoleh
aliran darah dan diikuti oleh adanya invasi bakteri.
1. Dry gangren :
Timbul karena iskemia, merupakan bentuk suatu infark
Bagian nekrotik kaki menjadi berwarna biru, dingin, dan
sedikit membengkak
Jaringan nekrotik akan mengering dan melisut dalam
beberapa minggu serta berwarna hitam
Bakteri berkembang biak secara lambat, sehingga penjalaran
gangren lambat
Pada tepi daerah gangren, terbentuk jaringan granulasi
9
Jaringan yang mati mudah ditumpangi bakteri saprofit dan
proteolitik, sehingga jaringan nekrotik menjadi hitam,
hancur, berbau busuk, karena ada gas dibawah kulit
Jika daerah yang terinfeksi dan gangren tidak segera
dioperasi, menimbulkan kematian
Dapat terjadi pada seluruh tebal dinding saluran cerna, terutama usus
halus, dapat terjadi pada segmen usus ataupun sepangjang usus. Gangrene
ini disebabkan oleh iskemia karena gangguan pada arteri maupun vena. Ciri
yang terlihat adalah jaringan nekrotik tampak membengkak, terjadi edema
dan gerakan peristaltik hilang, dan jaringan berwarna hitam.
Pembuluh darah
trombosis
Rongga pus
10
Sel lemak
Pus yang
Rongga pus tertinggal Gangren Sel MN
Zona nekrosis
Rongga pus
1.2 Cicatrix
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya
suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti
trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup.
Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi dimana terdapat robekan linier pada
kulit dan jaringan di bawahnya. Salah satu contoh luka tertutup adalah hematoma
dimana pembuluh darah yang pecah menyebabkan berkumpulnya darah di bawah
kulit (Iwan Antara Suryadi; AAGN Asmarajaya; Sri Maliawan, 2013).
11
Tubuh memiliki respon fisiologis terhadap luka yakni proses penyembuhan
luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari berbagai proses yang kompleks untuk
mengembalikan integritas jaringan (Iwan Antara Suryadi; AAGN Asmarajaya; Sri
Maliawan, 2013). Proses penyembuhan luka (wound healing) dari awal trauma
hingga tercapainya penyembuhan melalui tahapan yang kompleks. Proses ini terdiri
dari beberapa fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi (Erma
Mexcorry Sumbayak, 2015).
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang timbul segera
setelah terjadinya luka hingga 3-4 hari. Pada fase ini terjadi dua aktivitas fisiologis,
yaitu hemostasis (pembekuan darah) dan fase inflamasi seluler. Fase proliferasi
berlangsung sejak berakhirnya fase inflamasi hingga akhir minggu ketiga. Aktivitas
utama selama fase ini adalah angiogenesis dan membentuk kembali permukaan
luka melalui proses epitelisasi. Fase maturasi merupakan tahap akhir proses
penyembuhan luka. Fase ini berlangsung dari akhir minggu ketiga hingga berbulan-
bulan, bahkan lebih dari satu tahun. Pada fase ini, terjadi proses penyerapan kembali
jaringan yang berlebihan, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya
perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk (Sari Raudhah, 2015).
Pada tahap maturase, terjadi proses akhir dari penyembuhan luka adalah
pembentukan jaringan parut, yaitu jaringan granulasi yang berbentuk spindel,
kolagen, fragmen dari jaringan elastik dan berbagai komponen matriks
ekstraselular. Jaringan yang mengalami perlukaan/ peradangan, maka fibroblas
akan segera bermigrasi ke arah luka, berproliferasi dan memproduksi matriks
kolagen dalam jumlah besar yang akan membantu mengisolasi dan memperbaiki
jaringan yang rusak (Erma Mexcorry Sumbayak, 2015). Jaringan kolagen parut
terus diatur dan meningkatkan kekuatannya selama beberapa bulan. Pada akhirnya
biasanya timbul jaringan parut yang terdiri atas sedikit sel yang berpigmen
(melanosit) dan memiliki warna yang lebih terang daripada kulit normal (Sari
Raudhah, 2015).
12
Gambar 15. Gambaran proses penyembuhan luka.
Timbunan
kolagen
Pembuluh
darah
Fibroblas
Fibroblas
Pembuluh darah
Timbunan kolagen
13
Proliferasi fibroblas
Timbunan kolagen
14
DAFTAR PUSTAKA
DeLong, L. and Burkhart, N.W. 2007. General and Oral Pathology for the Dental
Hygienist. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Goljan, Edward F. 2014. Rapid Review Pathology Fourth Edition. United States of
America : Elsevier Saunders.
Iwan Antara Suryadi; AAGN Asmarajaya; Sri Maliawan. Wound Healing Process
and Wound Care. E-Jurnal Medika Udayana, [S.l.], p. 254-272, mar. 2013.
ISSN 2303-1395.
Kumar Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Volume 1. Edisi 7. Alih
bahasa : Prasetyo Awal, U. Pendit U. Brahm, Priliono Toni. Jakarta: EGC.
Sudiono, Janti., dkk. 2001. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. EGC: Jakarta
Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut: Tumor Neoplastik & Non Neoplastik
Rongga Mulut. Penerbit Andi: Yogyakarta
15