Anda di halaman 1dari 15

• Try Ganjar Wati G41160610 / A

• Muzaffatul Hasan G41160630 / A


• Aditya Dwi Arimbi G41160634 / A
• Futari Ayu Istikomah G41160637 / A
• Widiyanto G41160730 / A
• Nabilah Khoirun N. G41160745 / A
• Muhammad Albarrurohim G41160755 / A
• Eva Tri Wicahyanti G41160796 / A
• Nabiilah Qurrota’ayun G41160824 / A
• Eltigeka Devi Apriliani G41160840 / A
• Dara Ayu Nirwana G41160854 / A
• Mitha Amelia Rahmawati G41160866 / A

TUGAS
1. Definisi INA-CBG’s

 Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s adalah besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan
yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit.
Sumber : PMK No. 69 Tahun 2013
 Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s adalah besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket
layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.
Sumber : PMK No. 59 Tahun 2014
 Tarif Indonesian-Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG adalah besaran pembayaran
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang
didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.
Sumber : PMK No. 52 Tahun 2016
2. Regionalisasi

Regionalisasi dalam tarif INA-CBGs dimaksudkan untuk mengakomodir perbedaan biaya


distribusi obat dan alat kesehatan di Indonesia. Dasar penentuan regionalisasi digunakan
Indeks Harga Konsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik (BPS), pembagian regioalisasi
dikelompokkan menjadi 5 regional. Kesepakatan mengenai pembagian regional
dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dengan hasil regionalisasi tingkat propinsi
sebagai berikut
REGIONALISASI
I II III IV V
Banten Sumatra Barat NAD Kalimantan Bangka Belitung
DKI Jakarta Riau Sumatra Utara Selatan NTT
Jawa Barat Sumatra Selatan Jambi Kalimantan Kalimantan Timur
Jawa Tengah Lampung Bengkulu Tengah Kalimantan Utara
DI Yogyakarta Bali Kep. Riau Maluku
Jawa Timur NTB Kalimantan Barat Maluku Utara
Sulawesi Utara Papua
Sulawesi Papua Barat
Tenggara
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Tarif INA- CBG terdiri dari 5 regional yaitu :

a. Tarif regional 1 meliputi Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur;
b. Tarif regional 2 meliputi Provinsi Sumatra Barat, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Bali, dan
Nusa Tenggara Barat;
c. Tarif regional 3 meliputi Provinsi Nangro Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Jambi,
Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Gorontalo;
d. Tarif regional 4 meliputi Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara
dan Kalimantan Tengah; dan
e. Tarif regional 5 meliputi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat.
3. Perkembangan Tarif INA-CBG’s
berdasarkan :

a. PMK No. 69 Tahun 2013


b. PMK No. 59 Tahun 2014
c. PMK No. 52 Tahun 2016
d. PMK No. 64 Tahun 2016
e. PMK No. 04 Tahun 2017
PMK No. 69 Tahun 2013 PMK No. 59 Tahun 2014 PMK No. 52 Tahun 2016 PMK No. 64 Tahun 2016 PMK No. 04 Tahun 2017

• Rumah Sakit kelas • Besaran Tarif • RSUPN Dr. Cipto • Besaran Tarif • Besaran Tarif
A,B,C,D dalam berubah (naik atau Mangunkusumo berubah (naik atau berubah (naik atau
Regional 1,2,3,4,5 turun) • RS Jantung dan turun) turun)
• Tarif Pelayanan Pembuluh Darah, RS
Kesehatan yang Harapan Kita, RS
dilakukan oleh Kanker Dharmais, RS
Rumah Sakit Umum Anak dan Bunda
Rujukan Nasional Harapan Kita
• Tarif Pelayanan • RS Permerintah dan
Kesehatan yang Swasta Kelas A,B,C,D
dilakukan oleh dalam 5 Regional
Rumah Sakit khusus
Rujukan Nasional
4. PENYELENGGARAAN PEMBAYARAN INA-
CBGs

1) Metode Pembayaran Retrospektif


Metode Pembayaran Retrospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas
layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan
yang diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya
yang harus dibayarkan.
Contoh

Fee for service

Pembayaran yang ditetapkan setelah pelayanan kesehatan diberikan. dengan system ini
provider dapat menawarkan segala macam pelayanan kepada pasien. Namun hal ini dapat
berpotensi menimbulkan terjadinya over treatment, penerapan obat yang berlebihan serta
over utility (penggunaan alat pemeriksaan yang berlebihan).
Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Kekurangan

Provider - Resiko keuangan sangat kecil - Tidak ada insentif untuk preventif
- Pendapatan RS tidak terbatas care
- Suplier incuced demand

Pasien - Waktu tunggu lebih singkat - Jumlah pasien di klinik sangat


- Lebih mudah mendapat banyak
pelayanan dengan teknologi - Kualitas pelayanan kurang
terbaru
Pembayar - Mudah mencapai - Biaya administrasi tinggi untuk
kesepakatan dengan proses klaim
provider - Meningkatkan resiko keuangan
2) Metode Pembayaran Prospektif
Metode Pembayaran Prospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan
kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan
Contoh

Global Budget Perdiem


Pembayaran berdasarkan pada anggaran
atau sejumlah besaran biaya. Nominal
besaran biaya merupakan hasil negosiasi
Uang saku yang diberikan secara harian
dan disepakati oleh kedua belah pihak
ketika ada kegiatan yang berlangsung diluar
untuk jangka tertentu.
kota tanpa harus dikembalikan. Seperti:
transport local daerah, makan, minum dan
biaya lainnya.
Kapitasi Case Based Payment
Suatu cara pengendalian biaya dengan Pengelompokan diagnosis dan prosedur
menempatkan fasilitas kesehatan pada dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip
posisi menanggung resiko seluruhnya atau & penggunaan sumber daya atau biaya
sebagian dengan cara menerima perawatan yang mirip. Pengelompokan
pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang dilakukan dengan software grouper.
ditanggung.
Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Kekurangan

Provider - Pembayaran lebih adil sesuai - Kurangnya kualitas koding akan


kompleksitas pelayanan menyebabkan ketidaksesuaian
- Proses klaim lebih cepat proses grouping
Pasien - Kualitas pelayanan baik - Pengurangan kuantitas
- Dapat memilih provider pelayanan
dengan pelayanan terbaik - Provider merujuk ke luar / RS lain
Pembayar - Terdapat pembagian resiko - Memerlukan pemahaman
keuangan dengan provider mengenai konsep prospektif
- Biaya administrasi lebih dalam implementasinya
rendah - Memerlukan monitoring pasca
- Mendorong peningkatan SI klaim
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai