Anda di halaman 1dari 43

Diklat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru

Balai Diklat PU Wilayah IV Surabaya


Kupang, 20 Agustus 2015

Oleh : Ir. Eman Sulaiman, ME


DEFINISI

Adalah upaya pengaturan air irigasi


dan pembuangannya, termasuk
kegiatan membuka-menutup pintu
bangunan irigasi, menyusun rencana
OPERASI tata tanam, menyusun sistem
golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu atau bangunan ukur,
mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi.
MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud pemaparan ini adalah untuk


memberikan penjelasan tentang operasi jaringan
irigasi melalui proses kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan di lapangan secara benar pada
peserta pelatihan OP jaringan irigasi.

 Tujuannya agar para peserta diklat mampu


melaksanakan pembagian dan pemberian air
irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan
LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
(Kembali ke UU No.11 Th 1974 Tentang Pengairan)

2. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.

3. Permen PU No. 30 Tahun 2007 Tentang Pedoman


Pengembangan dan pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif.
4. Permen PU No. 32 Tahun 2007 Tentang Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

5. Permen PU No. 33 Tahun 2007 Tentang Pedoman


Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.

6. Permen PUPR No. 30 Tahun 2015 Tentang Pengembangan dan


Pengelolaan Sistem irigasi.

7. Permen PUPR No. 17 Tahun 2015 Tentang Komisi Irigasi


LATAR BELAKANG
 Merupakan kelanjutan dari proses pembangunan irigasi.

 Fungsi pelayanan irigasi dapat memberikan manfaat


optimal untuk menunjang usaha-usaha sektor pertanian.
 Pelaks pembagian air merupakan implementasi dari
Rencana Pembagian Air (RPA).
 Petugas lapangan hrs memahami dan dapat
melaksanakan RPA yang ditetapkan pd rapat Komir.
 Problem terbatasnya dana utk OP jaringan irigasi.

 Ketidak efisiensi penggunaan air.

 Kekurang tepatan pelaksanaan rencana tata tanam.

 Kekeringan, banjir, problem sosial dan politik.


1. Lemahnya keterampilan teknik
dalam penyiapan rencana,
pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pelaks OP.
Penyebab
buruknya
pelaks operasi 2. Cacat teknik karena kegagalan
jaringan irigasi desain, buruknya konstruksi atau
tidak adanya pemeliharaan jaringan
irigasi secara berkelanjutan.

3. Lemahnya organisasi OP
PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah
permukaan tanah, termasuk pengertian air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.

2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah.

3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air


irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak.

4. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.

5. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan


pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi
6. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangnya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bang
irigasi , menyusun renc tata tanam, sistem golongan, rencana
pembagian air, melaks kalibrasi pintu/bang, mengumpulkan data,
memantau dan evaluasi.

7. Jaringan Tersier : Jar irigasi di dlm petak tersier termasuk


pembuang, terdiri sal pembawa disebut sal tersier, sal pembagi
disebut sal kuarter.

8. Petak Irigasi : Petak lahan yg memperoleh air irigasi.

9. Petak Tersier : Kumpulan petak irigasi yg merup kesatuan dan


mendapat air irigasi mel sal tersier yg sama.

10. Penyediaan Air Irigasi : Penentuan banyaknya air persatuan waktu

11. Pembagian Air : Penyaluran air dlm jaringan utama.

12. Pemberian Air Irigasi : Penyaluran alokasi air dr jar utama ke petak
tersier dan kuarter.
Tujuan pengoperasian jaringan
irigasi seperti tersebut diatas
bertujuan mendukung
produktifitas lahan dalam
rangka meningkatkan produksi
pertanian yang maksimal.
Kegiatan Operasi Irigasi

 Pengumpulan data (debit, curah hujan, luas tanam, dll).

 Kalibrasi alat pengukur debit.

 Membuat Renc Tahunan : Penyediaan Air , Pembagian dan


Pemberian Air , Rencana Tata Tanam, Rencana Pengeringan.
 Melaks pembagian dan pemberian air (membuat lap permintaan
air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu).
 Mengatur pintu-pintu air pd bendung berkaitan dengan datangnya
debit sungai banjir.
 Mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur.

 Koordinasi antar instansi terkait.

 Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.


Ruang Lingkup Perencanaan Operasi Irigasi
(Permen PU No.32/2007)

 Perencanaan Penyediaan Air Tahunan.

 Perencanaan Tata Tanam Detail.

 Rapat Komir untuk Menyusun Rencana Tata Tanam.

 Penyiapan SK Bupati/Walikota atau Gubernur Mengenai


Rencana Tata Tanam.
 Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan.

 Dalam menyiapkan rencana operasi tsb, perlu didukung


dengan perhitungan :
1. Perkiraan ketersediaan air atau debit andalan.
2. Perkiraan kebutuhan air.
3. Neraca air.
Ruang Lingkup Pelaksanaan Operasi Irigasi

 Laporan keadaan air dan tanaman

 Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan

 Pencatatan Debit Saluran

 Penetapan Pembagian Air pd Jar Sekunder dan Primer

 Pencatatan Debit Sungai/ Bangunan Pengambilan

 Perhitungan faktor-K atau Faktor Palawija Relatif/FPR

 La Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per DI

 Rekap Kabupaten per Masa Tanam

 Rekapitulasi Provinsi

 Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi


Monitoring dan Evaluasi

 Monitoring Pelaksanaan Operasi

 Kalibrasi alat ukur

 Monitoring Kinerja Daerah Irigasi


STRUKTUR ORGANISASI
PELAKSANA DILAPANGAN

Kepala
Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang
Dinas/Korwil/Pengamat

Staf
Ranting/Pengamat/UPTD/
Cabang Dinas/Korwil

Petugas Mantri / Petugas Mantri / Petugas Mantri /


Juru Pengairan Juru Pengairan Juru Pengairan

POB & PPA POB & PPA POB & PPA


Tupoksi Petugas Operasi Di Lapangan
Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil

 Mempersiapkan penyusunan RTTG dan RTTD sesuai usulan


petani P3A/GP3A/IP3A
 Menetapkan besarnya faktor-K untuk pembagian air jika debit
sungai menurun
 Rapat di kantor Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil setiap
minggu utk mengetahui masalah operasi, hadir para mantri /
juru pengairan, PPA, petugas bendung, P3A/GP3A/IP3A.
 Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupaten.
 Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan Operasi
 Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang
diajukan P3A/GP3A/IP3A.
 Membuat laporan kegiatan operasi ke Dinas Pengairan
Petugas Mantri / Juru Pengairan
 Melaksanakan instruksi Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur;
 Memberi instruksi kpd PPA utk mengatur pintu air sesuai debit
yang ditetapkan;
 Memberi saran ke petani tentang awal tanam & jenis tanaman;
 Pengaturan giliran
 Mengisi papan operasi
 Pengumpulan data debit , data tanaman dan kerusakan
tanaman, data curah hujan (sesuai kebutuhan daerah)
 Menyusun data mutasi baku sawah (sesuai kebutuhan)

 Mengumpulkan data usulan Rencana Tata Tanam


 Melaporkan kejadian banjir kepada Ranting/ Pengamat
 Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kpd Pengamat
Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
Membantu Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cadin/Korwil
dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi

Petugas Operasi Bendung (POB)


• Melaks pengaturan pintu penguras bendung thd banjir
yang datang
• Melaksanakan pengurasan kantong lumpur
• Membuka/menutup pintu pengambilan utama, sesuai
debit dan jadwal yang direncanakan.
• Mencatat besarnya debit yang mengalir / atau masuk ke
saluran induk pada blangko operasi
• Mencatat elevasi muka air banjir

Petugas Pintu Air (PPA)


Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang
mengalir sesuai dengan perintah Juru/Mantri Pengairan
KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI
1. Perencanaan
a. Perencanaan Penyediaan Air Tahunan
b. Perencanaan Tata Tanam Detail
c. Rapat komisi irigasi utk Menyusun Rencana Tata Tanam
d. Penyiapan SK Bupati/Gubernur mengenai Rencana Tata Tanam
e. Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan
2. Pelaksanaan
a. Laporan keadaan air dan tanaman (04-O)
b. Penentuan renc kebut air di pintu pengambilan (05-O)
c. Pencatatan debit saluran (06-O)
d. Penetapan pembagian air pd Jar Sek dan Primer (07-O)
e. Pencatatan debit sungai /bangunan pengambilan (08-O)
f. Perhitungan Faktor K atau faktor palawija relatif (FPR) (09-O)
g. Pencatatan Realisasi luas tanam per daerah irigasi (10-O)
h. Pencatatan Realisasi Luas Tanam per Kabupaten (11-O)
i. Pencatatan Realisasi Luas Tanam per Prov per-DAS (12-O)
j. Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
DATA PENDUKUNG YANG DIPERLUKAN KEGIATAN OPERASI
 Peta Wil Kerja Pengel Irigasi : (Skala 1 : 25.000) plot sumb air, waduk,
bendung, sal induk, lahan irigasi.

 Peta Daerah Irigasi : (Skala 1 : 5.000) dng batas DI dan plot sal induk,
sekunder, bangunan air, lahan irigasi dan golongan.

 Skema Jaringan Irigasi : Sal induk, sekunder, bang air, petak tersier
dng debit, luas petak, kode golongan dilengkapi dng nomenklatur.

 Skema Renc Pembagian dan Pemberian Air : Gambarkan skema


petak dgn data pembagian dan pemberian air mulai dari petak tersier,
sal sekunder, induk dan bendung/sumber air.

 Gambar Purna konstruksi (as built drawing) utk saluran dan bangunan

 Dokumen dan Data Lain :


a. Manual operasi bendung, bang ukur debit, bang khusus lainnya.
b. Data seri dari catatan curah hujan
c. Data debit sungai
d. Data klimatologi
PRINSIP PERENCANAAN OPERASI IRIGASI
Dlm kegiatan OPERASI Jaringan Irigasi, dilakukan dengan
melibatkan peran seta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan
kegiatan operasi jaringan irigasi.
Dlm mengikut sertakan masyarakat petani pemakai air,,
kegiatan perenc dan pelaks operasi didapat melalui usulan
dari P3A/GP3A/IP3A , dengan proses:
1. P3A/GP3A/IP3A mengusulkan rencana tanam dan luas
tanam areal kepada dinas yang membidangi irigasi.
2. Dinas yang membidangi irigasi bersama-sama dng dinas
pertanian menyusun renc tanam dan luas areal tsb.
3. Komir yang beranggotakan instansi terkait dan wakil P3A
membahas pola dan renc tata tanam, renc tahunan
penyediaan air, pembagian dan pemberian air irigasi dan
merekomendasikan kpd Bupati/Walikota/Gubernur sesuai
kewenangannya.
4. Dinas yang membidangi irigasi melaks operasi jaringan
irigasi atau dpt dilakukan dng melibatkan P3A/GP3A/IP3A
utk melaksanakannya.
ALUR KEGIATAN OPERASI JARINGAN IRIGASI

Rencana Pengaturan
Debit Perhitungan
Penyediaan Air Pembagian Air
Andalan Neraca Air
4 5 (Tahunan) dalam DI/Sek

3 6 14

Penetapan Renc Penyediaan


Usulan Renc Tata Air Irigasi
Tata Tanam
Tanam Kabupaten per DI
per DI/Sekunder
Pembuatan Renc
7 Penyediaan Air
2 11
13 (2 Mingguan)

Usulan Rencana Tanam Penetapan Rencana Perhit


dan Kebut Air Tata Tanam Faktor K
Tersier/Sekunder/DI Detail/Tersier (Bd)
Debit Tersedia
12 di Sumber Air
1 8
(2 Mingguan)
10
Pembuatan Rencana Lap tanaman &
Hak Guna Air Pembagian Air 9
Kebutuhan Air
Detail (Tahunan) (2 Mingguan)
Tingkat Daerah Irigasi
PERKIRAAN KETERSEDIAAN AIR DAN RENCANA
PENYEDIAAN AIR TAHUNAN

 Perkiraan ketersediaan air :


Di Indonesia hanya sebagian kecil daerah irigasi yang
memperoleh air dari waduk, sebagian besar daerah irigasi
memperoleh air dari sungai. Air yang tersedia utk irigasi
sangat dipengaruhi oleh perubahan debit aliran sungai
dari waktu kewaktu yang variatif untuk menyusun RTT
perlu mengetahui ketersediaan air / debit andalan.

 Debit andalan :
Didefinisikan sebagai debit perhit ketersediaan air
berdasarkan probabilitas 80 % terjadinya debit sungai.
Untuk irigasi kemungkinan terpenuhinya ditetapkan
sebesar 80 % yang berarti kemungkinan terjadinya debit
yang tidak terpenuhi adalah sebesar 20 %.
 Dalam memperhitungkan debit andalan sungai,
harus dipertimbangkan air yang diperlukan oleh
pengguna lain dihilir bangunan sadap atau
bendung. Debit andalan sungai ditentukan untuk
periode tengah bulanan. Pada tahap operasi, debit
andalan lazim diperkirakan berdasar data catatan
pengamatan debit sungai. Agar iperoleh hasil
analisis yang akurat, panjang data pengamatan
debit sebaiknya tidak kurang dari 10 tahun.

 Dalam melakukan analisis debit andalan, data debit


harian sungai lebih dulu diolah menjadi debit rata-
rata bulanan

Contoh Perhitungan
Debit Andalan
PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN

Debit andalan perlu dihitung karena debit air sungai tdk


konstan tetapi sering berubah menurut hari, bulan dan
tahun.

Debit andalan/debit tersedia sbg dasar penentuan luas


pada pembuatan RTTG/D dan RPPA.

Q 80 % artinya:
 Q yg mengandung kegagalan 20 %
 Mis diambil 10 th berarti 2 th terjadi Q < Q 80 %
PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN

Persamaan yang digunakan :


n / m = 80 %
n / 10 = 80 / 100
n = 0,8 x 10
n =8

Dimana : m = jumlah data = 10 (data 10 th terakhir)


n = nomor urut Q 80 %

Jadi Q andalan terletak pd no urut ke 8


LANGKAH2 PENENTUAN DEBIT ANDALAN
a) Langkah ke 1
Pencatatan debit sungai
1. Pencatatan debit sungai normal.
2. Pencatatan debit sungai banjir.

b) Langkah ke 2
Melakukan pengumpulan debit sungai rata2
setengah bulanan.

c) Langkah ke 3
Menyusun urutan debit setengah bulanan dari
terbesar ke terkecil.
PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR DI SAWAH
Kebutuhan air irigasi yang dihitung saat penyiapan desain, dalam
prakteknya akan berubah sesuai dengan : pola dan rencana tata
tanam riil dilapangan yang mencakup jenis dan varitas tanaman,
waktu tanam, lama penyiapan lahan dan juga dipengaruhi oleh :
curah hujan efektif, jenis tanah, evapotranspirasi, kehilangan air
dan kebiasaan cara bercocok tanam.

Kebutuhan air disawah untuk padi ditentukan oleh faktor :


 Penyiapan lahan (LP = mm/hari)
 Penggunaan konsumtif (Etc = mm/hari)
 Perkolasi dan rembesan (P = mm/hari)
 Pergantian lapisan air (WLR = mm/hari)
 Curah hujan efektif (Re = mm/hari)

Kebutuhan bersih air disawah : Net Field Requirement (NFR)

NFR = Etc + P – Re + WLR


KEBUTUHAN AIR
UNTUK TANAMAN LADANG DAN TEBU
Masa pra irigasi diperlukan guna menggarap lahan
untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi
lembab yang memadai untuk persemaian yang baru
tumbuh.

Banyaknya air yang dibutuhkan bergantung kepada


kondisi tanah dan pola tanam yang diterapkan.
Jumlah air 50 sampai 100 mm dianjurkan untuk
tanaman ladang dan 100 sampai 120 mm untuk
tebu, kecuali juka terdapat kondisi-kondisi khusus
(misalnya ada tanaman lain yang ditanam segera
sesudah padi)
RENCANA TATA TANAM
 Rencana tata tanam global (RTTG)

 Rencana tata tanam detail (RTTD)

 Langkah penyusunan rencana tata tanam → P3A


buat usulan RTT → GP3A bahas usulan RTT →
GP3A usulkan ke Dinas → Komisi Irigasi bahas
usulan → penetapan RTT tahunan → sosialisasi di
forum GP3A → sosialisasi pada anggota P3A
 Rapat komisi irigasi untuk menyusun rencana tata
tanam tahunan.
 SK Bupati/Walikota/Gubernur tentang rencana tata
tanam tahunan
NERACA AIR, RENCANA PEMBAGIAN
DAN PEMBERIAN AIR

 Perhitungan neraca air dilakukan untuk memeriksa apakah air


yang tersedia cukup memadai untuk memenuhi air irigasi.
Perhitungan didasarkan pada periode mingguan atau tengah
bulanan.

 Dalam perhitungan neraca air ini ada tiga unsur pokok :


 Tersedianya air
 Kebutuhan air
 Neraca air

 Perhitungan neraca air akan disampaikan pada kesimpulan


mengenai :
 Rencana tata tanam (termasuk pola tanam)
 Rencana penyediaan air dan rencana pembagian air
 Dlm perhit neraca air, kebut pengambilan yang dihasilkan
utk tata tanam/pola tanam yg akan dipakai dibandingkan
dengan debit andalan utk tiap setengah bulanan dan luas
daerah yang akan diairi. Apabila debit sungai melimpah,
maka renc tata tanam (luas tanam dan pola tanam) yang
direnc dapat digunakan. Luas areal yang bisa diairi sama
dengan luas maksimum daerah layanan (command area).

 Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang terjadi


kekurangan air, maka perlu disiapkan rencana upaya
mengurangi kesenjangan antara ketersediaan air dengan
kebutuhan air.

Upaya tersebut dapat dikelompokan sbb :


1. Modifikasi pola tanam
2. Modifikasi pelaksanaan pembagian air
MODIFIKASI POLA TANAM

Upaya-upaya yang dapat dipertimbangkan


terkait dengan modifikasi pola tanam adalah :
 Perubahan waktu tanam

 Perubahan tanaman existing dengan


tanaman lain
 Pengurangan luas daerah yang diairi /
dilayani
MODIFIKASI RENCANA PEMBAGIAN AIR

Ada dua upaya yang dapat dikelompokkan, yaitu :


 Mengurangi alokasi air
 Merubah cara distribusi air

 Mengurangi alokasi air dapat dilakukan dengan cara :


 Penghematan alokasi pemberian air secara
(proporsional/sesuai kebutuhan tanaman)
 Memperpanjang interval/selang waktu pemberian
air
 Memberi air hanya pada tanaman yang disepakati /
ditetapkan

 Merubah cara pembagian air dari continuous flow →


rotasi teknis/golongan
PERENCANAAN PEMBAGIAN DAN PEMBERIAN AIR
Ada berapa cara pemberian air irigasi :
 Kondisi debit lebih besar dari 70 % debit renc, air irigasi dari sal
primer dan sekunder dialirkan secara terus menerus (continous flow)
ke petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.

 Kondisi debit 50-70 % dari debit rencana, air irigasi dialirkan ke


petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanaan diatur antara sal
sekunder mis nya punya dua sal sekunder A dan sekunder B maka
rotasi dilakukan selama tiga hari dialirkan ke sekunder A dan tiga
hari ke sekunder B dst.

 Cara pemberian air terputus-putus (intermitten) dilaksanakan dalam


rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan irigasi yang punya
sumber air dari waduk atau sistem irigasi pompa, misalnya satu
minggu air waduk dialirkan ke jaringan irigasi dan satu minggu
kemudian waduk ditutup dst, sehingga setiap minggu mendapat air
dan satu minggu kemudian tidak mendapat air.
PERENCANAAN PEMBAGIAN DAN PEMBERIAN AIR PADA
JARINGAN SEKUNDER DAN PRIMER

 Setelah ditetapkan rencana pembagian dan pemberian air


tahunan oleh Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri, maka
masing-masing pengelola irigasi tsb menyusun rencana
pembagian dan pemberian air pada jaringan sekunder dan
primer.

 Perenc tsb disesuaikan dengan luas areal tang telah


ditetapkan akan mendapat pembagian dan pemberian air
dari jaringan sekunder dan primer. Perenc tsb merupakan
jumlah renc pemberian air (RPA) di petak tersier ditambah
kehilangan air di saluran primer dan sekunder. Besarnya
kehilangan air ini biasanya sebesar 10 – 20 % (tergantung
panjang saluran, jenis tanah dll)
Kebutuhan Tenaga Pelaksana
Operasi & Pemeliharaan

 Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang dinas


/Korwil : 1 orang + 5 staff per 5.000 – 7.500 Ha

 Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha

 Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per


bendung, dapat ditambah beberapa pekerja untuk
bendung besar

 Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan


sadap dan bangunan bagi pada saluran berjarak
antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd. 500 ha
Persyaratan Petugas Operasi Dan Pemeliharaan

Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal
Kepala Ranting/ Mampu melaksanakan Sarjana Muda / D-III Mobil pick up
pengamat/ UPTD/ tupoksi untuk areal Teknik Sipil Rumah dinas
cabang dinas/ korwil/ irigasi 5.000-7.500 Ha
Alat komunikasi
Pengamat

Juru / Mantri Pengairan Mampu melaksanakan STM Bangunan Sepeda motor


tupoksi untuk areal Alat komunikasi
irigasi 750-1.500 Ha

Petugas Operasi Mampu melaksanakan ST, SMP Sepeda


Bendung tupoksi Alat komunikasi

Petugas Pintu Air Mampu melaksanakan ST, SMP Sepeda


tupoksi Alat komunikasi
SISTIM GOLONGAN
Pada sistim golongan didalam menilai apakah sistem
rotasi teknis diperlukan, tergantung dari beberapa hal :

 Dilihat dari pertimbangan sosial, apakah sistem tsb


dapat diterima dan apakah pelaksanaan dan
operasi secara teknis layak.

 Jenis sumber air

 Sekali atau dua kali tanam

 Luasnya areal irigasi


KEUNTUNGAN SISTIM GOLONGAN
Keuntungan dilihat dari segi operasi dan dari segi efisiensi
penggunaan air yang tersedia :

 Pemakaian air akan lebih hemat sesuai dng ketersediaan.

 Dimensi saluran dan bangunan dapat dikurangi, karena


pengaliran secara berangsur.

 Pada saat pengolahan tanah diawal musim hujan dpt segera


dilakukan tanpa menunggu air max datang.

 Pengaturan tenaga manusia dan tenaga hewan akan lebih


mudah dilakukan tanpa pendadakan dlm puncak kebutuhan
tenaga.

 Sistim golongan dapat digunakan dengan lebih praktis


sebagai dasar utk melakukan pembagian air secara rotasi.
KERUGIAN SISTIM GOLONGAN
 Timbulnya konflik sosial
 Operasi lebih rumit
 Kehilangan air akibat operasi sedikit lebih tinggi
 Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama,
akibatnya lebih sedikit waktu tersedia utk tanaman kedua
 Siklus gangguan serangga ; pemakaian insektisida

Pemilihan golongan tergantung dari :


 Kesiapan petugas atau pelaksana operasi lapangan
(P3A/GP3A, petugas pintu/bendung, mantri dll)
 Kedisiplinan petani/P3A/GP3A thd kesepakatan rencana tata
tanam
 Kondisi bangunan jaringan irigasi (saluran, pintu, bangunan /
alat ukur debit)
BANYAKNYA GOLONGAN
 Jumlah bagian golongan tidak terlalu mengikat

 Disesuaikan dengan kondisi berkembang setempat

 Jumlah golongan yang efektif antara dua sampai enam

 Bila jumlah golongan ditetapkan lebih banyak,


konsekwensinya penerima air yang paling akhir akan
menjadi terlalu lambat dan air tidak cukup

 Jumlah golongan lebih dari tiga dilakukan secara bersama,


misal gol ke 1 bersama gol ke 2, gol ke 3 bersama gol ke 4

 Pelaksanaan harus memperhatikan kenyataan debit di


lapangan dan kemampuan petani
JENIS-JENIS GOLONGAN

Jenis Rencana Tingkat Tingkat efisiensi Tingkat keadilan


Golongan kemudahan penggunaan air pembagian air
operasi

Vertikal Mudah Efisien Tidak adil

Horizontal Agak sulit Agak efisien Kurang adil

Tersebar Sulit Tidak efisien Adil


Terima Kasih
LKMD

Sampai Ketemu Dilain Waktu

Anda mungkin juga menyukai