Anda di halaman 1dari 17

Akuntansi Perpajakan

Nama Kelompok :
• ALIFIA NADYA QUMAIRA (151810613075)
• ILHAM HARDINA ATMAJA (151810613076)
• HASRI NISRINA O. (151810613077)
• ALIFFA DEFELIA RAMADHANTI (151810613078)
• JOFANDIO ALAMSYAH P.D (151810613080)
PROFIL PERUSAHAAN

NAMA PT. TJAKRA TEXTILE

BIDANG Produksi dan Perdagangan Kain

ALAMAT Jl. Rajawali no. 98 Surabaya

NOMOR (031) 8452016


TELEPON

NPWP 06.325.241.8-631.147

EMAIL management@tjakrakembar.co.id

PKP Sudah dikukuhkan sejak tanggal 21 April 2017

METODE
PENCATATAN Metode Fisik (Periodik)
Pada bulan Oktober 2019, PT. TJAKRA TEXTILE melakukan transaksi-transaksi yang
diuraikan sebagai berikut (semua transaksi belum termasuk PPN) :

NO TANGGAL TRANSAKSI

1 01/10/2019 Membayar sewa bangunan sebesar Rp55.000.000 kepada PT LIRA PROPERTY (PKP)

Membeli Benang bambu sejumlah 125 roll @96.000 dan Benang nylon 200 roll @90.000 dari PT JAYA ABADI
2 03/10/2019
(PKP) dengan faktur AI.19.8.00352

Perusahaan memutuskan untuk menggunakan jasa akuntan dari KAP Prima. Atas penggunaan jasa tersebut
3 04/10/2019
perusahaan membayar fee sebesar Rp 30.000.000

Menerima pembayaran atas penjualan tanggal 09/09/19 sebesar Rp 32.000.000 dari Ibu Sitianingsih dengan
4 06/10/2019
faktur PJ-240255.09

PT SENTOSA (non PKP) membeli kain sutera sebanyak 5 gulung @ Rp 20.000.000 secara tunai dengan
5 07/10/2019
faktur 010.19.8.00352-11
6 07/10/2019 Menerima hadiah undian sebesar Rp25.000.000 dari perayaan ulang tahun PT Prima Textile

Menjual 5 lot saham biasa yang juga merupakan saham pendiri seharga @ Rp 5.000.000 melalui Bursa Efek
7 09/10/2019
Indonesia dengan nilai nominal @ Rp 3.000.000

8 10/10/2019 Membayar tagihan listrik perusahaan sebesar Rp 5.000.000 pada PT PLN dengan faktur LN-09.352

9 12/10/2019 Membayar reparasi mesin pabrik kepada Bapak Lutfi sebesar Rp 1.700.000 (NPWP 01.244.876.9-337.000)

10 16/10/2019 Pemkot Surabaya membeli 3 gulung kain @ Rp 15.000.000 secara tunai dengan faktur penjualan BP-014.2019.10

11 16/10/2019 Merekrut 2 karyawan baru untuk bagian produksi dengan gaji Rp 6.000.000

Menjual secara tunai mobil box yang digunakan untuk mengirim barang pesanan seharga Rp 90.000.000
12 18/10/2019
dengan harga beli Rp100.000.000 pada tanggal 21 Mei 2018 (masa manfaat 5 tahun menurut akuntansi)

Perusahaan melakukan ekspor kain sutera ke negara Malaysia, yaitu Perusahaan Tjok Kie, sejumlah 35 roll
13 23/10/2019
@10.000.000
Menukar mesin untuk produksi kain dengan merk Octa yang dibeli pada tanggal 25 Mei 2017 ditukar
dengan mesin baru dengan merk Infiniti seharga Rp 220.000.000, sisanya dibayar secara tunai melalui
14 24/10/2019 bank. Mesin lama dibeli dengan harga Rp 140.000.000. Harga pasar mesin lama Rp95.000.000, Metode
penyusutan menurut pajak dan akuntansi adalah metode garis lurus, dengan masa manfaat sama
dengan PMK-96/PMK.03/2009

PT Tjakra Textile menjual saham biasa dengan harga Rp 25.000 per lembar dengan nilai nominal Rp 20.000
15 25/10/2019
sebanyak 1.000 lembar.

16 25/10/2019 Menerima pengembalian satu gulung kain yang dibeli PT SENTOSA pada tanggal 7 Oktober 2019

17 27/10/2019 Menjual Aset tanah milik perusahaan di daerah Gedangan dengan NJOP sebesar Rp 1.000.000.000

18 28/10/2019 Mengimpor kain sari dari India CIF $2.000, BM 20%, kurs BI = Rp 15.000, kurs KMK = Rp 15.100 (memiliki API)

Membayar gaji bulan Oktober kepada kepala bagian pemasaran, Ilham Atmaja (NPWP 03.765.123.5-124.050),
19 30/10/2019
dengan status K/1, Gaji per bulan Rp6.000.000 dan tunjangan sejumlah Rp1.500.000

Membayar dividen kepada PT AINI (20%), PT JAYA (30%), dan PT ASRI (40%) dan sisanya kepada Tn. Rifki.
20 30/10/2019
Jumlah seluruh dividen yang dibayar sebesar Rp 150.000.000
JURNAL
1. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau
Bangunan, dimana pada pasal 2 ayat (1) “Atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik sebagian maupun seluruh Bangunan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.” Dan pengenaan tarif pajak yang dijelaskan dalam pasal 4 ayat (1) “Besarnya Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau Bangunan.”Selain itu,
kegiatan sewa ini juga dikenakan PPN karena merupakan Jasa Kena Pajak.
01/10/2019 Beban Sewa Rp
55.000.000
Pajak Masukan Rp
5.500.000
PPh 4(2) Rp
5.500.000
Kas/bank Rp
55.000.000
2. Pembelian persediaan bahan baku berupa benang bambu sejumlah 125 roll @96.000 dan Benang nylon 200 roll @90.000 dari PT JAYA ABADI (PKP) dikenakan PPN
karena merupakan Barang Kena Pajak
03/10/2019 Persediaan Bahan Baku Rp
30.000.000
Pajak Masukan Rp 3.000.000
Kas/bank
3. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.03/2015 dimana pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa“Imbalan sehubungan dengan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dipotong
Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.”Berkaitan dengan soal, jasa akuntansi merupakan
salah satu jasa yang dimaksud, dibuktikan pada pasal 1 ayat (6) :“Jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: Jasa penilai (appraisal); Jasa aktuaris;
Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan; “Selain itu kegiatan ini juda merupakan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN sebesar 10%.

04/10/2019 Beban Jasa Akuntan Rp 30.000.000


Pajak Masukan Rp 3.000.000
Utang PPh 23 Rp 600.000
Kas/bank Rp 32.400.000

4. Pembayaran atas penjualan pada tanggal 09/09/2019 telah dikenakan PPN pada masa penyerahan barang yaitu September 2019. Maka perusahaan hanya akan mencatat
penerimaan kas
06/10/2019 Kas/bank Rp 32.000.000
Piutang dagang Rp 32.000.000

5. Atas penjualan kain dikenakan PPN 10% karena merupakan Barang Kena Pajak
07/10/2019 Kas Rp
110.000.000
Penjualan Rp 100.000.000
Pajak Keluaran Rp 10.000.000
6. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 11/PJ/2015 Tentang Pengenaan Pajak Penghasilan Atas Hadiah Dan Penghargaan, pada pasal 3 ayat
(1):“Atas hadiah undian dipotong Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah penghasilan bruto dan bersifat final oleh
penyelenggara undian.”
07/10/2019 Kas Rp18.750.000
PPh 4 (2) Rp 6.250.000
Rp 25.000.000
Pendapatan
Lain-lain
7. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 Tentang Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek, yaitu pada pasal 1 : “ (1) Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final. (2) Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 0,1%
(satu per seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.” Selain itu, karena PT. TJAKRA TEXTILE menjual saham yang juga merupakan saham pendiri, maka
menurut pasal 1A ayat (1) : “Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai saham perusahaan pada saat
penutupan bursa diakhir tahun 1996.” Maka pajak penghasilan yang dipungut sebesar : (0,1%+0,5%) x Rp25.000.000 = Rp150.000

09/10/2019 Kas/bank Rp 24.850.000


PPh 4 (2) Rp 150.000
Saham biasa Rp 15.000.000
Tambahan modal saham Rp 10.000.000
8. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 Tentang Impor Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis
Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, pada pasal 1 ayat (2) huruf k : “Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi: k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase Amper.”
Peraturan tersebut menjelaskan bahwa listrik untuk non-perumahan dibebaskan dari pengenaan PPN.
10/10/2019 Beban Listrik Rp 5.000.000
Kas/Bank Rp 5.000.000
9. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.03/2015 dimana pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “Imbalan sehubungan dengan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,
dipotong Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.” Kemudian, ditegaskan pada pasal 1 ayat (6) huruf z
bahwa Jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) : “Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;”

12/10/2019 Beban reparasi mesin Rp 1.700.000


Pajak Masukan Rp 170.000
Hutang PPh 23 Rp 34.000
Kas/bank Rp 1.836.000
10. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 563/KMK.03/2003 pada pasal 2 ayat (2) : “Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang melakukan pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha
Kena Pajak Rekanan Pemerintah atas nama Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang.” Kemudian, pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 110/PMK.010/2018 pasal 2 ayat (1) huruf b : “Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d,
dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, sebesar 1,5%
(satu koma lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.” Maka, atas pembelian kain tersebut, Bendahara Pemkot
Surabaya memungut PPN 10% karena kain tersebut merupakan Barang Kena Pajak dan PPh 22 sebesar 1,5%
15/10/2019 Kas/bank Rp 44.325.000
PPh 22 dibayar dimuka Rp 675.000
PPN Pemungut Rp 4.500.000
Pajak Keluaran Rp 4.500.000
Penjualan Rp 45.000.000

11. Atas perekrutan karyawan tersebut tidak dikenakan PPN maupun PPh karena bukan termasuk transaksi akuntansi maupun perpajakan.
12. Atas penjualan mobil box dikenakan PPN sesuai dengan UU No. 42 tahun 2009 pasal 16D yang berbunyi ” Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak…”

Perhitungan:

Biaya perolehan 100.000.000

Akum. Penyusutan

12,5% Rp100.000.000 x 1 8/12 18.500.000

Nilai buku 81.500.000

Harga pasar 90.000.000

Laba penjualan aset 8.500.000

Akumulasi penyusutan menurut akuntansi

Rp100.000.000 / 5 x 1 8/12 = Rp30.000.000

15/10/2019 Kas/bank Rp 87.500.000


Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 30.000.000
Kendaraan Rp100.000.000
PPN 16D Rp 9.000.000
Laba penjualan kendaraan Rp 8.500.000
13. Atas kegiatan eskpor BKP sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 7 ayat (2) : “Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol
persen) diterapkan atas:

a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan

c. ekspor Jasa Kena Pajak.”


25/10/2019 Kas/bank Rp 350.000.000
Penjualan Rp 350.000.000
14. Atas pertukaran aset tetap yaitu mesin lama bermerk Octa dengan mesin baru bermerk Infiniti, dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
Biaya perolehan 140.000.000
Akum. Penyusutan 21.875.000
Nilai Buku 118.125.000
Harga pasar aset lama 95.000.000
Rugi aset lama 23.125.000
Harga pasar aset baru 220.000.000
Harga pasar aset lama 95.000.000
Kas/Bank yang dikeluarkan 125.000.000
Menurut PMK 96/PMK.03/2009, mesin yang digunakan untuk mengolah produk teksil termasuk dalam harta berwujud
Kelompok 3. Maka masa manfaat dari mesin menurut Pasal 11 ayat 6 UU PPh adalah 16 tahun dengan tarif 6,25%
Akumulasi penyusutan menurut perpajakan :
6,25% x Rp140.000.000 x 2 6/12 = Rp21.875.000
Akumulasi penyusutan menurut akuntansi :
Rp140.000.000 / 16 x 2 6/12 = Rp21.875.000
4/10/2019 Mesin-Infiniti Rp220.000.000
Pajak Masukan Rp 22.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan lama Rp 21.875.000
Rugi pertukaran aset Rp 23.125.000
Mesin-Octa Rp140.000.000
PPN pasal 16D Rp 9.500.000
Kas/Bank Rp137.500.000
15. Atas penjualan saham tersebut terjadi agio (tambahan) saham senilai Rp 5.000.000 .Tambahan modal saham ini merupakan objek pajak sesuai dengan UU no. 36
tahun 2008 pasal 4 ayat 1 huruf d tentang keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

25/10/2019 Kas/bank Rp 25.000.000


Saham biasa Rp 20.000.000
Tambahan modal saham Rp 5.000.000
16. Atas pengembalian kain terjadi pengurangan PPN, hal ini dijelaskan pada UU no. 42 tahun 2009 pasal 5A ayat 1 yang berbunyi ” Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas penyerahan Barang Kena Pajak yang dikembalikan dapat dikurangkan dari Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian Barang
Kena Pajak tersebut.
25/10/2019 Retur Penjualan Rp 18.000.000
Pajak Keluaran Rp 2.000.000
Kas/bank Rp 20.000.000

17. Atas penjualan aset tanah dikenakan PPh sesuai dengan UU no. 48 tahun 1994 pasal 1 ayat 1 tentang Pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan Hak Atas
Tanah dan/atau Bangunan yang berbunyi ” Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan wajib dibayar pajak penghasilan” PPh yang dikenakan bersifat final sesuai dengan UU no. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat 2 huruf d.
25/10/2019 Kas/bank Rp 25.000.000
PPh Rp 20.000.000

Tambahan modal saham Rp 5.000.000


18. Atas impor kain dari India dikenakan PPN sebesar 10% dari nilai impor sesuai dengan UU no. 42 tahun 2009 pasal 7 ayat 1. Selain itu, impor dikenakan PPh pasal
22 dengan tariff 2,5% karena PT Tjakra Textile memiliki Angka Pengenal Impor (API) sesuai dengan PMK nomor 34/PMK.010/2017 pasal 2 huruf d yang berbunyi
”barang selain barang sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf b), dan huruf c) yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua koma
lima persen) dari nilai impor;”

Perhitungan :

CIF = $2.000 × Rp 15.100 = Rp 30.200.000

BM = 20% × Rp30.200.000 = Rp6.040.000

Nilai Impor = CIF + BM = Rp 36.240.000

PPN = 10% × Rp 36.240.000 = Rp 3.624.000

PPh 22 Impor (API) = 2.5% × 36.240.000 = Rp 906.000


28/10/2019 Pembelian Rp 36.240.000
Pajak Masukan Rp 3.624.000
PPh 22 Dibayar dimuka Rp906.000
Kas/Bank Rp 40.770.000
19. Atas pembayaran gaji kepada kepala bagian pemasaran, dapat dilihat dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 :“Pemotongan
pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri wajib dilakukan oleh: a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;” dan untuk tarif dijelaskan pada ayat (5) bahwa “Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah.” Pada Pasal 17 ayat (1) huruf a, dijelaskan bahwa “Tarif
pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi: Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut: Lapisan Penghasilan Kena Pajak sampai dengan
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), Tarif Pajak 5% (lima persen).”

Maka, perhitungan dari Pajak Penghasilan sesuai dengan dasar hukum diatas adalah :

Gaji Rp6.000.000

Tunjangan Rp1.500.000

Penghasilan Bruto Rp7.500.000

Dikurangi dengan :

Biaya Jabatan Rp 375.000

Penghasilan Neto Rp7.125.000 / bulan

disetahunkan Rp85.500.000

PTKP (K/1) Rp58.500.000

PKP Rp26.500.000

Pajak terhutang :

5% x Rp 26.500.000 = Rp1.325.000 per tahun

sama dengan Rp110.416 per bulan


20. Atas pembayaran dividen kepada Tn Rifki, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan Atas Dividen Yang
Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, pada Pasal 1 : “Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.” Maka, Tn. Rifki akan dikenai PPh 4(2) sebesar Rp1.500.000 Atas
pembayaran dividen kepada PT AINI dengan kepemilikan saham 20%, menurut UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) huruf g : “dividen, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;”

Dan juga Pasal 23 ayat (1) : “Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan: a)sebesar 15% (lima belas persen) dari
jumlah bruto atas: 1.dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g;” Maka, PT AINI akan dikenakan PPh 23 sebesar Rp4.500.000

Sedangkan, mengingat pada Pasal 4 ayat (3) huruf f, bahwa : “dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam
negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat: 1.dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 2.bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;” Dari
pernyataan tersebut, PT JAYA dan PT ASRI, kepemilikan sahamnya lebih dari 25%, tidak dikenai PPh karena dikecualikan dari objek pajak.
30/10/2019 Dividen – PT AINI Rp 30.000.000
Dividen – PT JAYA Rp 45.000.000
Dividen – PT ASRI Rp 60.000.000
Dividen - Masyarakat Rp 15.000.000
Utang PPh 23 Rp 4.500.000
Utang PPh 4 (2) Rp 1.500.000
Kas/Bank Rp 144.000.000

Anda mungkin juga menyukai