Anda di halaman 1dari 42

Farmasi Industri

Kelompok 3 “Analisa Supositoria”


Kelas B
Melisa Oktavia 1941012112
Afani Rahmatika Fitri 1941012114
Febryana Tawar Bengi 1941013022
Duha Inda Misdwima 1941013024
Nisa Ulmuddrika 1941013026
Nahdhia Fallah Putri H. 1941013028
Sindy Larasati 1941013030
Walandary Resti F. 1941013032
Qorirah Nursyaya 1941013034
Diana Haryani 1941013036
Anel Denita Putri 1941013038
Chairunida Maulida P. 1941013040
A. Komposisi Bahan Awal
Paracetamol Polietilenglikol 400 (FI, 504; HOPE, 517)
• Pemerian : putih, sedikit pahit, • Pemerian : cairan kental jernih,
tidak berbau, serbuk hablur, putih, tidak berwarna atau prakts tdak
tidak berbaurasa sedikit pahit berwarna, bau khas lemah, agak
• Kelarutan : larut dalam 70 higroskopis.
bagian air dalam 7 bagian etanol • Kelarutan : larut dalam air ,
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam etanol 95%P, dalam glikol
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam lainnya.
9 bagian propilenglikol P, larut dalam • Stabilitas : dapat disterlkan
larutan alkali hidroksida. dengan autoklaf, filtrasi dan
• Stabilitas : peningkatan suhu penyinaran sinar gamma.
dapat mempercepat degradasi obat. • OTT : tidak
• Kegunaan : zat aktif bercampurdengan bebrapa zat
• OTT : tidak bercampur pewarna
dengan senyawa yang memiliki ikatan • Khasiat : basis suppositora.
hidrogen dam beberapa anasida
(Farmakope III, 298)
Polietilenglikol 4000 Keuntungan basis PEG: ( Teori dan
(FI III, 506; HOE, 517) Praktek Industri Farmasi, 1174)
• Pemerian : serbuk licin putih • Stabil dan inert
atau potongan putih kuning • Polimer PEG tidak mudah terurai
gading, praktis tidak berbau, tidak • Mempunyai rentang titik leleh da
berasa kelarutan yang luas sehingga
memungkinkan formula suppositoria
• Kelarutan : mudah larut denga berbagai derajat kestabilan
dalam air, dalam etanol (95%) P panas dan laju disolusi yang berbeda
• Stabilitas : dapat disetrilkan • Tidak mendukung pertumbuhan
dengan autoklaf, filtrasi dan jamur
penyinaran sinar gamma. Kerugian basis PEG: (HOPE, 455)
• OTT : tidak bercamur • Secara kimia lebih reaktif daripada
dengan beberapa zat pewarna basis lemak
• Khasiat : Basis supositora • Dibutuhkan perhatian lebih untuk
mencegah kontarksi volume yang
membuat bentuk suppositoria rusak
• Keceatan peleasan obat larut air
menurun dengan meningkatnya
jumlah PEG dengan BM tinggi
• Cenderung lebih mengiritasi mukosa
dariada basis lemak.
Kombinasi jenis PEG dapat digunakan
sebagai basis suppositoria dan
memberikan keuntungan:
• Titik lebur suppositoria dapat meningkat sehingga
lebih tahan terhadap suhu ruangan yag hangat
• Pelepasan obat tidak tergantung dari titik lelehnya
• Stabilitas fisik dalam penyimpanan lebih baik
• Sediaan suppositoria akans egera bercampur
dengan cairan rektal (HOPE, 455)
B. Pemeriksaan Mutu

Pemeriksaan mutu kadar Identifikasi :


zat aktif suppositoria • Waktu retensi puncak utama
parasetamol (USP29) kromatogram parasetamol uji sesuai
dengan waktu retensi parasetamol
Suppositoria paracetamol
standar.
mengandung tidak kurang
• Masukaan sejumlah suppositoria
dari 90% dan tidak lebih paracetamol yang setara dengan 20 mg
dari 110.0 % dari kadar parasetamol kedalam beker glss dan
paracetamol yang tambahkan 20 ml metanol, dan
tercantum dalam label. hangatkan pada penangas sampai
meleleh. Kemudian angkat beker glass
dari penangas, dan dinginkan dengan
sesekali pengadukan, kemudian
disaring. Filtrat yang jernih diujikan
dengan kromatografi lapis tipis, dengan
eluen metil klorida : metanol (4:1)
Pengujian

Sistem kromatografi :
• Fase gerak : air : metanol 3:1
Detektor : 243 mn
• Penyiapan standar : larutkan sejumlah paracetamol dengan fase gerak Kolom 3.9 mm x 30 cm
sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 0.01 mg/ml Flow rate : 1.5 ml /
• Penyiapan larutan uji : menit
– tara sebuah wadah kaca, dan letakkan tidak kurang dari 5 suppositoria, Efiseinsi kolom tidak
– hangatkan perlahan dalam steam bath hingga meleleh kurang dari 1000
– aduk hingga dingin dan timbang. theoritical plate, tailing
– Masukkan suppositoria yang telah dilelehkan sebanyak setara dengan factor tidak lebih dari 2,
100 mg paracetamol, kedalam sebuah corong pisah, dan standar deviasi
– tambahkan 30 mL pelarut hexan, dan campur untuk melarutkan. relatif untuk
pengulangan tidaklebih
– Tambahkan 30 ml air, kocok perlahan, dan biarkan kedua fase terpisah
(catt: jika terbentuk emulsi, biarkan beberaa sat hingga fase terpisah). dari 2 %
– Pindahkan fasa air kedalam gelas ukur 200 mL.
– Cuci heksan pada corong pisah menggunakan 30 ml air, dan tambahkan
air tersebut kedalam gelas ukur, encerkan menggunakan fase gerak
hingga 200 ml, dan campurkan.
– Ambil 5.0 ml larutan dan encerkan dengan fase gerak hingga 250 ml.
– saring larutan menggunakan penyaring dengan poros membran 0.5 µm,
buang 10 ml filtrat pertama, dan gunaka filtrat yang bersih sebagai
larutan uji.
Prosedur
inject sekitar 10 µL larutan uji dan larutan standar
secara terpisah, kemudian dokumentasikan
kromatogram, dan tentukan respon terhadap
pucak utama. Hitung jumlah paracetamol (mg)
pada setiap suppositoria dengan rumus :
10,000C(A/W)(ru/rs)
Keterangan :
• C : konsentrasi (mg/ml) larutan standar
• A : rata-rata berat suppositoria yang diambil (mg)
• W : berat (mg) massa supositoria yang diambil
• ru/rs : respon puncak paracetamol dari larutan uji dan
larutan standar
2. Uji Kisaran Leleh

Uji titik lebur merupakan penentuan waktu meleleh suatu suppositoria ketika diaplikasikan.
Uji ini disebut juga kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang
diperlukan supposutoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan kedalam penangas air
dengan temperatur tetap (370C). Sebaiknya uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh
yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang digunakan untuk
mengukur kisaran leleh sempurna dari supposutoria adalah suatu alat disintegrasi tablet USP.
Supposutoria dicelupkan seleuruhnya dalam penangas air yang konstan, dan waktu yang
diperlukan untuk meleleh sempurna atau menyebar dalam air sekitarnya diukur.

(Leon Lachman, 1990 Hal 586)


Alat : Disintegrasi Tablet USP Apparatus
Cellophane tube

Prosedur:
1. Disintegrasi Tablet USP apparatus 2. Cellophane tube
a. Pastikan Supositoria benar-benar terbenam dalam waterbath Alat lainnya untuk
pada suhu konstan, dan waktu supositoria meleleh atau menentukan waktu lebur
menyebar didalam air diukur. yang mirip dengan kondisi
b. Supositoria dianggap hancur ketika: invitro digunakan Cellophane
c. Suppositoria melarut dengan sempurna tube dan suhunya dijaga
d. terdispersi ke bagian komponennya, dengan adanya sirkulasi air.
e. menjadi lunak "perubahan bentuk" dengan pembentukan inti Waktu dimana supositoria
yang tidak tahan terhadap tekanan dengan batang kaca. melebur dicatat.
f. Waktu meleleh atau uji pelunakan
g. Dilakukan dalm tabung U direndam sebagian didalam
rendaman air pada suhu konstan dan direndam pada suhu 35-
370C. Terdapat penyempitan pada tabungan dimana
suppositoria disimpan dan berada dibagian atas. Batang kaca
disimpan
h. Waktu yang dibutuhkan untuk batang kaca melewati
supposioria dan mencapai pada letak penyempitan tadi, ini
merupakan waktu pencairan atau pelunakan.
Persyaratan:
• Suppositoria yang menggunakan
basis PEG harus melebur pada 35-
360C atau memeleh pada suhu
tubuh.
• Kesimpulan:
• Basis yang digunakan adalah PEG
400 dan PEG 4000
• Alat yang digunakan ada dua
yaitu Disisntegrasi Tablet USP
Apparatus dan Cellophane Tube
• Syarat suppositoria yang
mengandung basis PEG harus
melebur pada suhu 35-360C atau
meleleh pada suhu tubuh.
3. Uji disolusi suppositoria

Uji disolusi diperlukan untuk melihat


kekerasan dan transformasi polimorfik
zat aktif dan basis suppositoria. Metode
uji disolusi meliputi:
• metode dayung
• metode keranjang
• metode difusi membran/dialisis dan
• metode alir secara kontinue.
Aplikasi penggunaan metode dayung, keranjang
dan aliran diteliti oleh Gjellan dan Graffner
untuk 7 komposisi yang berbeda dari
suppositoria lipofilik dan hidrofilik:
• lipophilic, melting–Witepsol
• lipophilic, melting–Witepsol with 2% Tween 85
• lipophilic melting–Novata
• hydrophilic dissolving–polyethylene glycol (PEG) 3350 +
1500
• hydrophilic dissolving–PEG 3350 + 1500 with 2% Myrj 51
• hydrophilic dissolving–gelatin capsule
• lipophilic melting–gelatin capsule dengan surfaktan
Hasil:
– suppositoria larut (dissolving suppository)
menunjukkan hasil yang sama pada suppositoria
dengan dan tanpa surfaktan pada semua metode uji,
dimana pada metode dayung dengan kecepatan 50
rpm dan metode aliran dengan kecepatan
16mL/menit.
– suppositoria leleh (melting suppository) tingkat
disolusi suppositoria dengan surfaktan lebih cepat
daripada tanpa surfaktan. Profil disolusi suppositoria
dengan surfaktan pada setiap metode uji
menunjukkan hasil yang serupa.
4. Uji kerapuhan/ uji ketegaran
Uji kerapuhan bertujuan untuk menghindari kerapuhan
sediaan suppositoria selama proses pengangkutan. Suppositoria
hendaknya tidak terlalu terlalu lemah atau lembeh maupun terlalu
keras yang menjadikannya sukar meleleh.

Alat yang digunakan untuk uji ini terdiri dari suatu ruang
berdinding rangkap di mana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air
dengan suhu 37ᵒC dipompa melewati dinding rangkap tersebut dan
suppositoria diisikan ke dalam dinding yang kering, menopang
lempeng di mana suatu batang dilekatkan. Ujung lain dari batang
tersebut terdiri dari lempeng lain di mana beban digunakan.
Selanjutnya ditambah beban 600 g di atas lempeng datar. Pada interval
waktu 1 menit, tambahkan beban sebesar 200 g dan bobot di mana
suppositoria rusak adalah titik hancurnya atau gaya yang menentukan
karakteristik kekerasan dan kerapuhan suppositoria tersebut
(Lachman, 1987).
• Untuk uji kerapuhan suppositoria dapat
digunakan uji elastisitas. Suppositoria
dipotong ke arah bagian yang melebar dengan
jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan
yang datar. Kemudian diberikan beban sebesar
20 N (±2 kg) dengan cara menggerakkan jari
atau yang barang yang dimasukkan ke dalam
tabung. Apabila terlalu keras atau rapuh maka
suppositoria harus diulangi (FI IV, 1995)
5. Uji desintegrasi
Uji disintegrasi menentukan apakah supositoria hancur atau melunak
dalam waktu yang ditentukan ketika ditempatkan dalam cairan imersi
menggunakan kondisi.

Disintegrasi dianggap tercapai bila :

• disolusi telah selesai;


• komponen dari supositoria telah terpisah, misalnya zat lemak yang meleleh telah
terkumpul di permukaan cairan, serbuk tidak larut telah jatuh ke bawah dan komponen
larut telah dilarutkan atau didistribusikan di satu atau lebih dari satu cara yang
dijelaskan dalam Metode 1 dan 2 ;
• ada pelunakan dari sampel uji, biasanya disertai dengan perubahan yang cukup dari
bentuk tanpa pemisahan lengkap dari komponen. Proses pelunakan adalah seperti
yang inti padatan tidak ada lagi ketika tekanan diberikan dengan batang kaca; pecahnya
cangkang gelatin atau kapsul rektal terjadi mengakibatkan pelepasan isi.
Metode uji desintegrasi
A. Metode 1
(untuk larut dalam air, supositoria hydrodispersible dan berbasis lemak)

• Tes ini mengukur waktu yang dibutuhkan supositoria ditempatkan dalam


air untuk dihancurkan.
• Alat (Gambar 1) terdiri dari 60 mm silinder panjang dari kaca atau plastik
transparan dan perangkat logam yang terdiri dari dua cakram stainless
steel berlubang dibuat sekitar 30 mm terpisah. disk ini masing-masing
memiliki 39 lubang, 4 mm, spasi yang merata dalam pola konsentris.
Diameter cakram adalah sedikit lebih rendah daripada yang dari interior
silinder. Setelah dimasukkan ke dalam silinder, perangkat logam melekat
ke tepi silinder dengan cara tiga klip pegas. Tes ini dilakukan dengan
menggunakan tiga alat seperti masing-masing berisi sampel tes tunggal.
Setiap alat ditempatkan dalam gelas kimia dengan kapasitas minimal 4
liter diisi dengan air kecuali dinyatakan lain.
Prosedur :
• Kecuali dijelaskan dalam monografi zat masing-masing menggunakan air
dipertahankan pada suhu 36-37 ° C sebagai cairan imersi. Tes memerlukan tiga
supositoria dan prosedur diterapkan.
• Tempatkan sampel pada disk yang lebih rendah dari perangkat logam dan
kemudian masukkan ke dalam silinder. Tempatkan alat dalam gelas dan invert itu
setiap 10 menit tanpa mengeluarkannya dari cairan. Ulangi operasi dengan dua
supositoria yang tersisa. Catat waktu yang dibutuhkan untuk supositoria
terdisintegrasi.
• Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi untuk masing-masing
tiga supositoria dieriksa keadaan sampel setelah 30 menit untuk supositoria
berbasis lemak dan kapsul rektal dan setelah 60 menit untuk supositoria yang
larut dalam air.
Peralatan untuk 1 supositoria
larut air, hydrodispersible dan
berbasis lemak.
• Horizontal pandangan
• Ventrikel dimensi dalam
milimeter
B. Metode 2 (alternatif untuk supositoria berbasis lemak)
• Tes ini mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
supositoria ditempatkan dalam air untuk melunakkan
sejauh bahwa hal itu tidak lagi menawarkan resistensi
ketika berat yang dimaksud diterapkan. Waktu
pelunakan ditentukan sesuai dengan teks pelunakan
waktu penentuan supositoria lipofilik. Terapkan
prosedur untuk tiga supositoria dan memeriksa
keadaan masing-masing sampel setelah 30 menit
kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi.
6. Uji Keseragaman Kandungan
Uji keseragaman kandungan berdasarkan kandungan tiap satuan sediaan dengan
beberapa sampel uji.

Kriteria untuk suppositoria (USP 30) yaitu:

Limit A: (jika nilai rata2 berada di bawah 100%)

• Keseragaman tercapai jika kadar berada pada rentang 85%-115% dari yang tertera di label, dan
RSD≤6%. Jika 1 unit di luar rentang tsb dan tidak ada unit di luar rentang 75-125% atau jika RSD>6%,
maka dilakukan uji terhadap 20 unit. Keseragaman tercapai jika 1 unit berada di luar rentang 85-
115% dan tidak ada unit di luar rentang 75-125%, dan RSD dari 30 unit≤7,8%.

Limit B: (jika nilai rata2 berada di atas 100%)

• Jika nilai rata-rata unit sediaan uji lebih besar atau sama dengan limit padamonografi, persyaratan
pada limit A
Keseragaman kandungan tidak hanya penting pada sediaan suppositoria saja,
tetapi juga saat suppositoria dibagi dua saat akan digunakan. Pada penentuan
distribusi zat aktif paracetamol pada suppositoria dengan meode scanning
calorimetry dan spektrofotometri UV, sampel sebanyak 2,5-4 mg diambil dari
bagian atas, tengah dan bawah suppositoria dengan scalpel. Hasil: 10,1±0,2%,
10,1±0,2% dan 10,3±0,2% b/b paracetamol, artinya zat aktif terdistribusi merata.

Suatu uji menunjukkan kesulitan dalam menentukan keseragaman kandungan


ketika sampling hanya 10% dari 300 batch (N=30). Solusinya dengan menambahkan
sampel uji (N=45).

Uji keseragaman kandungan dapat digunakan untuk memaksimalkan teknik


produksi dan metode sampling. Di uji 50 sampel supostoria selama masa satu
tahun produksi (42 batch). Tidak ada perbedaan bobot supostoria selama masa
produksi. Menurut pharmacope jerman dan rusia tentang variasi bobot
suppositoria yang diperbolehkan adalah ±5% dari berat bobot rata-rata, sedangkan
pada pharmacope Nordica adalah ±10%.
Data Analisis Supositoria
Formulasi supositoria larnoxicam
(basis Agar)
Formulasi supositoria larnoxicam
(basis PEG dan cacao)
Hasil pemeriksaan
Evaluasi supositoria untuk berbagai parameter
Pelepasan obat in-vitro
Pelepasan larnoxicam dari supositoria dg basis agar
Pelepasan larnoxicam dari supositoria dg basis PEG
Pelepasan larnoxicam dari supositoria
dg basis mentega cacao
Study pelepasan obat
Uji Kerapuhan
Basis P1 P2 P3 P4
PEG 6000 60 80 - -
PEG 4000 - - 60 80
PEG 400 40 20 40 20

Basis yang digunakan dalam formula di jurnal

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sediaan tersebut terdapat 4
kombinasi basis yang digunakan dalam formula, yaitu :
a. Formula 1 (PEG 6000 dan PEG 400)
b. Formula 2 (PEG 6000 dan PEG 400)
c. Formula 3 (PEG 4000 dan PEG 400)
d. Formula 4 (PEG 4000 dan PEG 400)

Hasil uji kerapuhan yang terdapat di jurnal tersebut antara lain :


a. Formula 1 : 2 kg/cm2
b. Formula 2 : 2,5 kg/cm2
c. Formula 3 : 1,5 kg/cm2
d. Formula 4 : 2,5 kg/cm2
Untuk uji kerapuhan pada sediaan suppositoria terdapat standar yaitu 1,8-2
kg/cm2.
Bila hasil pengujian pada jurnal dibandingkan dengan standar yang ada,
berarti dari keempat formula yang ada, hanya formula 1 yang memenuhi kriteria
standar, yaitu sebesar 2 kg/cm2. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi
basis yang digunakan, dimana semakin tinggi konsentrasi PEG 4000 dan 6000
yang digunakan maka akan semakin meningkat kekuatan dari sediaan tersebut
dan juga semakin tinggi BM dari PEG akan meningkatkan kekuatan dari sediaan
tersebut.
Pada formula 1 konsentrasi PEG 6000 yang digunakan yaitu 60 %,
sedangkan pada formula 2 konsentrasinya 80 %, sehingga suppositoria pada
formula 2 lebih keras dibanding suppositoria formula 1. Sedangkan pada
formula 3 sediaan lebih kurang keras dibanding formula 1 karena BM PEG yang
digunakan lebih rendah.
Kesimpulan :

 Persyaratan uji kerapuhan pada sediaan supposioria yaitu 1,8-2 kg/cm2.


 Semakin tinggi konsentrasi PEG 4000 dan 6000 yang digunakan maka akan
semakin meningkat kekuatan dari sediaan tersebut dan juga semakin tinggi BM dari
PEG akan meningkatkan kekuatan dari sediaan tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari jurnal, hanya formula 1 yang memenuhi kriteria
standar, yaitu sebesar 2 kg/cm2.
Uji Keseragaman Kandungan
Contoh data hasil uji:
Semua suppositoria ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya. Kemudian
ditimbang satu persatu dan dihitung variasi rata-rata. Standar deviasi tidak boleh
lebih dari 5%, kecuali dua yang tidak boleh lebih dari 7,5%.

Semua supossitoria menunjukkan


keseragaman kandungan dalam rentang
yang diizinkan (95%-100%). Dari hasil
penelitian menunjukkan dispersi sedian
baik.
Uji Disintegrasi
data disintegrasi sebagai berikut:
1. formulasi A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, P1,
P2, P3 dan P4 basisnya bersifat hidrofilik (air
dan PEG)
2. farmulasi C1, C2, C3 basisnya bersifat
hidrofobik (lemak)
Uji disintegrasi dilakukan pada enam
supositoria masing-masing jenis
menggunakan tablet USP alat uji disintegrasi
(Electro lab, ED 2L).160 ml air suling
digunakan sebagai media pada suhu 37 ℃.
Supositoria disiapkan dengan air yang mudah
larut berdasarkan waktu yang dibutuhkan
untuk agar supositoria terdisintegrasi dan
dalam basis minyak, ditentukan.
tiga supositoria dieriksa keadaan sampel setelah 30 menit untuk supositoria
berbasis lemak dan kapsul rektal dan setelah 60 menit untuk supositoria yang larut
dalam air.

Kesimpulan :

1.Setiap formulasi baik yang memiliki basis air, PEG dan cocoa butter memenuhi
standar uji disintegrasi.

 Dimana pada sampel dengan basis yang bersifat hidrofilik yakni air (A1, A2, A3,
A4, A5, A6, A7) dan PEG (P1, P2, P3, P4) terdisintegrasi dalam waktu ,60 menit.
Pada sampel yangbersifat hidrofobik, yakni basis cocoa butter (C1, C2, C3)
terdisintegrasi ,30 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan, Jakarta.
Lachman, L., Herbert A.L. 1987. Theory and Practice of Industrial Pharmacy Indian
Edition. Varghese Publishing, Bombay.
Pharmacopeia, U.S. (2005). USP 29-NF. Rockville, MD: USP
The International Pharmacopeia, edisi keenam, 2016

Anda mungkin juga menyukai