Sistem kromatografi :
• Fase gerak : air : metanol 3:1
Detektor : 243 mn
• Penyiapan standar : larutkan sejumlah paracetamol dengan fase gerak Kolom 3.9 mm x 30 cm
sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 0.01 mg/ml Flow rate : 1.5 ml /
• Penyiapan larutan uji : menit
– tara sebuah wadah kaca, dan letakkan tidak kurang dari 5 suppositoria, Efiseinsi kolom tidak
– hangatkan perlahan dalam steam bath hingga meleleh kurang dari 1000
– aduk hingga dingin dan timbang. theoritical plate, tailing
– Masukkan suppositoria yang telah dilelehkan sebanyak setara dengan factor tidak lebih dari 2,
100 mg paracetamol, kedalam sebuah corong pisah, dan standar deviasi
– tambahkan 30 mL pelarut hexan, dan campur untuk melarutkan. relatif untuk
pengulangan tidaklebih
– Tambahkan 30 ml air, kocok perlahan, dan biarkan kedua fase terpisah
(catt: jika terbentuk emulsi, biarkan beberaa sat hingga fase terpisah). dari 2 %
– Pindahkan fasa air kedalam gelas ukur 200 mL.
– Cuci heksan pada corong pisah menggunakan 30 ml air, dan tambahkan
air tersebut kedalam gelas ukur, encerkan menggunakan fase gerak
hingga 200 ml, dan campurkan.
– Ambil 5.0 ml larutan dan encerkan dengan fase gerak hingga 250 ml.
– saring larutan menggunakan penyaring dengan poros membran 0.5 µm,
buang 10 ml filtrat pertama, dan gunaka filtrat yang bersih sebagai
larutan uji.
Prosedur
inject sekitar 10 µL larutan uji dan larutan standar
secara terpisah, kemudian dokumentasikan
kromatogram, dan tentukan respon terhadap
pucak utama. Hitung jumlah paracetamol (mg)
pada setiap suppositoria dengan rumus :
10,000C(A/W)(ru/rs)
Keterangan :
• C : konsentrasi (mg/ml) larutan standar
• A : rata-rata berat suppositoria yang diambil (mg)
• W : berat (mg) massa supositoria yang diambil
• ru/rs : respon puncak paracetamol dari larutan uji dan
larutan standar
2. Uji Kisaran Leleh
Uji titik lebur merupakan penentuan waktu meleleh suatu suppositoria ketika diaplikasikan.
Uji ini disebut juga kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang
diperlukan supposutoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan kedalam penangas air
dengan temperatur tetap (370C). Sebaiknya uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh
yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang digunakan untuk
mengukur kisaran leleh sempurna dari supposutoria adalah suatu alat disintegrasi tablet USP.
Supposutoria dicelupkan seleuruhnya dalam penangas air yang konstan, dan waktu yang
diperlukan untuk meleleh sempurna atau menyebar dalam air sekitarnya diukur.
Prosedur:
1. Disintegrasi Tablet USP apparatus 2. Cellophane tube
a. Pastikan Supositoria benar-benar terbenam dalam waterbath Alat lainnya untuk
pada suhu konstan, dan waktu supositoria meleleh atau menentukan waktu lebur
menyebar didalam air diukur. yang mirip dengan kondisi
b. Supositoria dianggap hancur ketika: invitro digunakan Cellophane
c. Suppositoria melarut dengan sempurna tube dan suhunya dijaga
d. terdispersi ke bagian komponennya, dengan adanya sirkulasi air.
e. menjadi lunak "perubahan bentuk" dengan pembentukan inti Waktu dimana supositoria
yang tidak tahan terhadap tekanan dengan batang kaca. melebur dicatat.
f. Waktu meleleh atau uji pelunakan
g. Dilakukan dalm tabung U direndam sebagian didalam
rendaman air pada suhu konstan dan direndam pada suhu 35-
370C. Terdapat penyempitan pada tabungan dimana
suppositoria disimpan dan berada dibagian atas. Batang kaca
disimpan
h. Waktu yang dibutuhkan untuk batang kaca melewati
supposioria dan mencapai pada letak penyempitan tadi, ini
merupakan waktu pencairan atau pelunakan.
Persyaratan:
• Suppositoria yang menggunakan
basis PEG harus melebur pada 35-
360C atau memeleh pada suhu
tubuh.
• Kesimpulan:
• Basis yang digunakan adalah PEG
400 dan PEG 4000
• Alat yang digunakan ada dua
yaitu Disisntegrasi Tablet USP
Apparatus dan Cellophane Tube
• Syarat suppositoria yang
mengandung basis PEG harus
melebur pada suhu 35-360C atau
meleleh pada suhu tubuh.
3. Uji disolusi suppositoria
Alat yang digunakan untuk uji ini terdiri dari suatu ruang
berdinding rangkap di mana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air
dengan suhu 37ᵒC dipompa melewati dinding rangkap tersebut dan
suppositoria diisikan ke dalam dinding yang kering, menopang
lempeng di mana suatu batang dilekatkan. Ujung lain dari batang
tersebut terdiri dari lempeng lain di mana beban digunakan.
Selanjutnya ditambah beban 600 g di atas lempeng datar. Pada interval
waktu 1 menit, tambahkan beban sebesar 200 g dan bobot di mana
suppositoria rusak adalah titik hancurnya atau gaya yang menentukan
karakteristik kekerasan dan kerapuhan suppositoria tersebut
(Lachman, 1987).
• Untuk uji kerapuhan suppositoria dapat
digunakan uji elastisitas. Suppositoria
dipotong ke arah bagian yang melebar dengan
jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan
yang datar. Kemudian diberikan beban sebesar
20 N (±2 kg) dengan cara menggerakkan jari
atau yang barang yang dimasukkan ke dalam
tabung. Apabila terlalu keras atau rapuh maka
suppositoria harus diulangi (FI IV, 1995)
5. Uji desintegrasi
Uji disintegrasi menentukan apakah supositoria hancur atau melunak
dalam waktu yang ditentukan ketika ditempatkan dalam cairan imersi
menggunakan kondisi.
• Keseragaman tercapai jika kadar berada pada rentang 85%-115% dari yang tertera di label, dan
RSD≤6%. Jika 1 unit di luar rentang tsb dan tidak ada unit di luar rentang 75-125% atau jika RSD>6%,
maka dilakukan uji terhadap 20 unit. Keseragaman tercapai jika 1 unit berada di luar rentang 85-
115% dan tidak ada unit di luar rentang 75-125%, dan RSD dari 30 unit≤7,8%.
• Jika nilai rata-rata unit sediaan uji lebih besar atau sama dengan limit padamonografi, persyaratan
pada limit A
Keseragaman kandungan tidak hanya penting pada sediaan suppositoria saja,
tetapi juga saat suppositoria dibagi dua saat akan digunakan. Pada penentuan
distribusi zat aktif paracetamol pada suppositoria dengan meode scanning
calorimetry dan spektrofotometri UV, sampel sebanyak 2,5-4 mg diambil dari
bagian atas, tengah dan bawah suppositoria dengan scalpel. Hasil: 10,1±0,2%,
10,1±0,2% dan 10,3±0,2% b/b paracetamol, artinya zat aktif terdistribusi merata.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sediaan tersebut terdapat 4
kombinasi basis yang digunakan dalam formula, yaitu :
a. Formula 1 (PEG 6000 dan PEG 400)
b. Formula 2 (PEG 6000 dan PEG 400)
c. Formula 3 (PEG 4000 dan PEG 400)
d. Formula 4 (PEG 4000 dan PEG 400)
Kesimpulan :
1.Setiap formulasi baik yang memiliki basis air, PEG dan cocoa butter memenuhi
standar uji disintegrasi.
Dimana pada sampel dengan basis yang bersifat hidrofilik yakni air (A1, A2, A3,
A4, A5, A6, A7) dan PEG (P1, P2, P3, P4) terdisintegrasi dalam waktu ,60 menit.
Pada sampel yangbersifat hidrofobik, yakni basis cocoa butter (C1, C2, C3)
terdisintegrasi ,30 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan, Jakarta.
Lachman, L., Herbert A.L. 1987. Theory and Practice of Industrial Pharmacy Indian
Edition. Varghese Publishing, Bombay.
Pharmacopeia, U.S. (2005). USP 29-NF. Rockville, MD: USP
The International Pharmacopeia, edisi keenam, 2016