Anda di halaman 1dari 19

Benign Paroxysmal

P o s i t i o n a l Ve r t o i g o
(BPPV)

V I R G A N D
1 7 1 0 2 11 0 1 7
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah
gangguan vestibuler yang paling sering ditemui, dengan
gejala rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan
keringat dingin.
yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya
gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan
saraf pusat
Epidemiologi

⁻ Paling sering dijumpai pada usia dekade ke-5 dan 6


(Neurogeriatri UI)

⁻ BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam


kehidupan seseorang.

⁻ prevalensi akan meningkat berusia di atas 60 tahun


dibandingkan dengan 18-39 tahun (Bharton 2011)

⁻ BPPV 3x lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.


(panduan praktik klinis, 2014)
Etiologi
Sekitar 50%, penyebab BPPV idiopatik
trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis
vestibularis (15%), migraine, implantasi gigi dan
operasi telinga, dari posisi tidur yang lama pada
pasien post operasi atau bed rest total lama.

disebabkan oleh kalsium karbonat yang berasal dari


makula pada utrikulus lepas dan bergerak dalam
lumen dari salah satu kanal semisirkular Ketika
kalsium bergerak akan terjadi pergerakan endolimfe
yang menstimulasi ampula pada kanal yang terkena,
sehingga menyebabkan vertigo
Klasifikasi
1. kanalis posterior
paling sering terjadi, tipe ini 85 sampai 90% dari kasus
BPPV.
Penyebab paling sering terjadi yaitu kanalitiasis.
dikarenakan debris endolimfe yang terapung bebas
cenderung jatuh ke kanal posterior

2. kanalis horizontal
karakteristik vertigo posisional yang diikuti nistagmus
horizontal berubah arah. Arah nistagmus horizontal yang
terjadi dapat berupa geotropik (arah gerakan fase cepat
ke arah telinga di posisi bawah) atau apogeotropik (arah
gerakan fase cepat kearah telinga di posisi atas)
Gx Klinis
Gambaran klinis BPPV:
• Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi misalnya
miring ke satu sisi Pada waktu berbaring, bangkit dari
tidur, membungkuk. atau menegakkan kembali badan,
menunduk atau menengadah.

• Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya


kurang dari 10-30 detik.

• Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa


mual, kadang-kadang muntah. Setelah rasa berputar
menghilang, pasien bisa merasa melayang dan diikuti
disekulibrium selama beberapa hari sampai minggu.

• BPPV dapat muncul kembali.


diagnosis
Anamnesis

PX Fisisk
Test keseimbangan
Dix-hapllpike test
Tes kalori
Test Supine Roll

Px Penunjang
Radiografi
Vestibular Testing
Audiometric Testing
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) dapat membantu
membedakan vertigo oleh karena kelainan di sentral atau
perifer.
• Tes Rhomberg :
Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada
serebelum.
Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan
kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.

• Tes jalan tandem:


pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan
jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami
deviasi.

• Tes Fukuda, 100 langkah di tempat dengan mata tertutup


normal adalah tidak bergeser lebih dari 1 m atau tidak berputar lebih 45
Pada disfungsi vestibuler terjadi pergeseran dan rotasi lebih dari
normal ke sisi lesi

• Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka
jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan
terjadi hipermetri atau hipometri.
• Arah nistagmus geotropik (arah gerakan fase cepat ke arah
telinga di posisi bawah) karena adanya otokonia yang terlepas
dari utrikulus dan masuk ke dalam lumen posterior kanalis
horizontal (kanalolitiasis)

• Apogeotropik (arah gerakan fase cepat kearah telinga di posisi


atas) karena otokonia yang terlepas dari utrikulus menempel
pada kupula kanalis horizontal (kupulolitiasis)
Ta t a L a k s a n a
Tujuan: mengembalikan partikel-partikel yang
bergerak kembali ke posisi semula yaitu pada makula
utrikulus (Manuver)

Edukasi
manuver untuk reposisi BPPV
Simptomatik
Posterior Kanal
Horizontal Kanal
Pasien berputar 360 dalam posisi tidur miring ke sisi
telinga yang sakit, berputar 90 tiap satu menit menuju ke
telinga yang sehat dengan total putaran 360

Pasien diminta untuk berputar 360 dalam


posisi tidur, dimulai dengan telinga
yang sakit diposisi bawah, berputar
90sampai satu putaran lengkap (360).
Setiap posisi dipertahankan selama 30
detik.
Pasien duduk dengan kepala menghadap lurus ke depan dan direbahkan dengan
cepat ke arah sisi lesi, posisi ini dipertahankan selama satu menit setelah
nistagmus apogeotropik berakhir. Dalam posisi rebah, kepala pasien diputar
45 ke depan (hidung ke atas), posisi ini dipertahankan selam dua menit.
Pasien kembali ke posisi semula.

Prinsip penatalaksanaan tipe kupulolithiasis adalah melepaskan otokonia


dari kupula, dan memasukkannya kembali ke utrikulus. Hal ini dapat
diketahui dengan berubahnya nistagmus apogeotropik menjadi geotropik.
The Brandt-Daroff Exercises ini dikembangkan untuk latihan dirumah, sebagai
terapi tambahan untuk pasien yang tetap simptomatik, bahkan setelah melakukan
manuver Epley ataupun Semont.

Latihan-latihan ini diindikasian satu minggu sebelum melakukan terapi manuver,


agar meningkatkan kemampuan toleransi diri pasien terhadap manuver
Simptomatik

Antihistamin (dimenhinhidrinat, difenhidramin)


Efek antikolinergik & ragsang inhibitori monoaminergik
akibatnya inhibitori n. vestibularis (4-6jam)
dimenhinhidrinat Po/IV,IM. dosis 25-50mg (4x/hari PO)
difenhidramin HCl dosis 25-50mg (4x/hari PO)

Kalsium Antagonis
Mengurangi aktivitas ssp dengan menekan pelepasan glutamat
dan bekerja langsung sbg depresor labirin

Cinnarizine (antihistamin dan penghambat saluran kalsium


dari kelompok diphenylmethylpiperazine)
mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan
linier. Dosis biasanya 15-30 mg, 3 kali/hari atau 1x75
mg/hari.
Prognosis
Satu dari tiga pasien sembuh dalam jangka waktu 3
minggu, tetapi kebanyakan sembuh setelah 6 bulan dari
serangan

BPPV dapat dengan mudah ditangani, tetapi kekambuhan


sering terjadi bahkan jika terapi manuvernya
berhasil, jadi terapi lainnya mungkin dibutuhkan.

Beberapa studi menunjukkan bahwa 15% terjadi


kekambuhan pada tahun pertama, kemudian 50%
kekambuhan terjadi pada 40 bulan setelah terapi
Daftar Pustaka

Harrison’s Neurology in clinical medicine, 3Ed


Neurogeriatri UI, Prof.Dr.dr.S.M Lumbantobing, SpS(K), SpKJ
Panduan Praktik Klinis, 2014

Anda mungkin juga menyukai