Anda di halaman 1dari 42

DK2P1

Faktor yang mempengaruhi


Penyakit Akibat Kerja
Adapun komponen-komponen dalam risiko adalah :
1. Variasi individu yang berhubungan dengan kerentanaan
2. Jumlah manusia yang terpajan
3. Frekuensi pemajanan
4. Derajat risiko individu
5. Kemungkinan pengendalian bahaya
6. Kemungkinan untuk mencapai tingkat yang aman
7. Aspek finansial risiko
8. Pendapat masyarakat dan kelompok masyarakat
9. Tanggung jawab sosial
PNEUMOKONIOSIS
DEFINISI
Pneumokoniosis adalah suatu kelainan yang terjadi
akibat penumpukan debu dalam paru yang
menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut.
Reaksi utama akibat pajanan debu di paru adalah
fibrosis.

International Labour Organization (ILO)


EPIDEMIOLOGI
Data prevalensi pneumokoniosis bervariasi pada tiap negara di
dunia. Data SWORD di Inggris tahun 1990-1998 menunjukkan kasus
pneumokoniosis sebesar 10%. Di Kanada, kasus pneumokoniosis pada
tahun 1992-1993 sebesar 10%, sedangkan data di Afrika Selatan tahun
1996-1999 sebesar 61%. Jumlah kasus kumulatif pneumokoniosis di
China dari tahun 1949-2001 mencapai 569-129 dan sampai tahun
2008 mencapai 10.963 kasus. Di Amerika Serikat, kematian akibat
pneumokoniosis tahun 1968-2004 mengalami penurunan, pada tahun
2008 ditemukan sebanyak 2.531 kasus kematian.
Data prevalensi pneumokoniosis nasional di Indonesia belum ada. Data
yang ada adalah penelitian-penelitian berskala kecil pada berbagai industri yang
berisiko terjadi pneumokoniosis. Dari beberapa penelitian tersebut ditemukan
prevalensi pneumokoniosis bervariasi 0,5-9,8%. Penelitian Darmanto et al.
di tambang batubara tahun 1989 menemukan prevalensi pneumokoniosis
batubara sebesar 1,15%. Data penelitian di Bandung tahun 1990 pada pekerja
tambang batu menemukan kasus pneumokoniosis sebesar 3,1%.
Penelitian oleh Bangun et al.tahun 1998 pada pertambangan batu di
Bandung menemukan kasus pneumokoniosis sebesar 9,8. Kasmara (1998)
pada pekerja semen menemukan kecurigaan pneumokoniosis1,7. Penelitian
OSH center tahun 2000 pada pekerja keramik menemukan silikosis sebesar
1,5%. Penelitian Pandu et al. di pabrik pisau baja tahun 2002 menemukan 93
gambaran radiologis yang diduga pneumokoniosis. Damayanti et al. Pada
pabrik semen menemukan kecurigaan pneumokoniosis secararadiologis
sebesar 0,93
KLASIFIKASI DAN
ETIOLOGI
Diagnosis Pneumokoniosis
• Anamnesis
• Identitas pasien
• Riwayat penyakit paru dan kesehatan umum
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat pekerjaan
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
• Rontgen paru
• Ct scan
• Tes fungsi paru
• Pemeriksaan sputum
• Tes tuberkulin
Komplikasi
• Bila timbul komplikasi:
• Infeksi pyogenik
• Jamur
• Tuberkulosis
• Pada keadaan lanjut dapat timbul penyakit kolagen:
• Skleroderma
• Rheumatoid arthritis
Tatalaksana
• Promotif
• Preventif
• Kuratif
Prognosis
• Dubia ad bonam
• Tapi tergantung dari bagaimana penyembuhan nya apakah baik atau
tidak
Etiologi Penyakit Akibat Kerja
• Suara (Bising), radiasi, suhu (panas/dingin), Tek. Tempat yg
Gol. Fisik sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik

• Bahan kimiawi yg digunakan dalam proses kerja, maupun yg terdapat dalam


Gol. lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut
kimiawi

• Bakteri, virus dan jamur


Gol. Bio

• Penataan tempat kerja (ergonomi) dan cara kerja


Gol. Fisio

Gol.
• Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress
psikososial
Epidemiologi

 Setiap tahun ada > 250


ILO juta kecelakaan di tempat
(International kerja
Labour  > 160 juta pekerja menjadi
Organization) sakit karena bahaya di
tempat kerja
 1,2 juta pekerja meninggal
akibat kecelakaan dan
sakit akibat kerja
DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu
dilakukan suatu pendekatan sistematis.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman:
1. Menentukan diagnosis klinis
2. Menentukan pajanan yang dialami oleh pekerja selama ini
3. Menentukan pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
klinis pekerja
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi
6. . Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Pencegahan dan promosi
Health
Promotion

Spesific
Protection

CLARK Early
Diagnose and
promt
Treatment

Disability
Limitation

Education
Pencegahan dan Promosi

• Dokter -> pekerja :


• Mempromosikan untuk penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri), seperti :
• Masker, sepatu boot, helm, baju khusus
• Perusahaan -> pekerja :
• Menyediakan dan mensosialisasikan APD (Alat
Pelindung Diri) :
• Masker, sepatu boot, helm, baju khusus pekerja, kantin
dengan makanan cukup gizi
ASURANSI TENAGA KERJA
Landasan Hukum

UU No.40 Tahun 2004


Setiap orang,
termasuk orang
UU No.24 Thn 2011
asing yang
bekerja paling
singkat 6 bulan
PP No. 86 Thn 2013 di Indonesia,
wajib menjadi
PerPres No. 12 Thn 2013
PerPres No. 111 Thn 2013 peserta
PerPres No.19 Thn 2016 program
PerPres No.28 Thn 2016
Jaminan Sosial
Sistem Jaminan Sosial Nasional

3 Azas 5 Program 9 Prinsip


Jaminan Kesehatan Kegotong-royongan
Kemanusiaan Jaminan Kecelakaan Nirlaba
Manfaat Kerja Keterbukaan
Keadilan sosial bagi Jaminan Hari Tua Kehati-hatian
seluruh rakyat Jaminan Pensiun
Indonesia Akuntabilitas
Jaminan Kematian
Portabilitas
Kepesertaan Wajib
Dana Manfaat
Hasil pengelolaan dana
digunakan seluruhnya
untuk pengembangan
program dan sebesar-
besarnya untuk
kepentingan peserta
MANFAAT JAMINAN
KESEHATAN
A. Bersifat pelayanan kesehatan B. Manfaat pelayanan promotif dan preventif
perorangan, mencakup pelayanan meliputi pemberian pelayanan:
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, a. penyuluhan kesehatan perorangan;
pelayanan obat, bahan medis habis pakai b. imunisasi rutin;
sesuai dengan indikiasi medis yang c. keluarga berencana; dan
diperlukan meliputi : d. skrining kesehatan.

C. Manfaat pelayanan rujukan meliputi Pemeriksaan,


1. Manfaat Medis yang tidak terikat pengobatan dan konsultasi medis dasar di UGD;
dengan besaran iuran yang dibayarkan Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik,
Pelayanan Keluarga Berencana
2. Manfaat non medis yang ditentukan
berdasarkan skala besaran iuran yang
dibayarkan, termasuk didalamnya
D. Peserta yang menginginkan kelas lebih tinggi dari
manfaat akomodasi.
haknya dapat membayar selisihnya : membayar sendiri
selisihnya, dibayar pemberi kerja atau mengikuti asuransi
kesehatan tambahan (Dikecualikan : Peserta PBI &
Peserta didaftarkan oleh Pemda)

24
Gizi Kerja
Suatu proses menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal dalam proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal tubuh serta untuk menghasilkan
melakukan suatu aktivitas

Gizi kerja  adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan untuk meningkat daya kerja dan
kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya dengan tingkat gizi seseorang

Kemenkes RI No. 715/MENKES/SK/V/2003


UU No. 23 tahun 2003 tentang Kesehatan pasal 20 (ayat 1 dan 2)
Komposisi makanan seimbang anjuran Departemen Kesehatan RI adalah sebagi berikut:
•Karbohidrat = 65-70 %
•Protein = 10-15 %
•Lemak = 20-25 % (minimal 15% dan maksimal 30 %)

Untuk tenaga kerja yang bekerja lebih dari 8 jam perhari sebaiknya makanan dan minuman yang
disediakan di tempat kerja paling sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau
berdasarkan anjuran departemen kesehatan RI, yaitu komposisi pemberian makanan sebagai
berikut:
•Makan pagi = 20%
•Selingan pagi = 10 %
•Makan siang = 30%
•Selingan siang= 10 %
•Makan malam = 30 %
Klasifikasi beban kerja menurut Badan Standarisasi Nasional adalah
sebagai berikut:
a. Kerja Ringan (Menulis, mengetik, menjahit, merajut)
b. Kerja Sedang (Bertani, berkebun, mengemudi alat berat, kerja
tambang)
c. Kerja Berat (Kerja buruh kasar, pandai besi, mekanik mengangkut
barang, kuli bangunan)
Fungsi Dokter Dalam Perusahaan
• Mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
• Mencegah penurunan produktivitas
• Mencegah pengeluaran pembiayaan santunan
Ruang lingkup
pelayanan kesehatan
kerja yang diberikan
dokter
1. Dokter
kesehatan kerja
bertanggung 4. Menilai
jawab atas 3. Melakukan kondisi 5. Melakukan
penempatan 2. mengelola
pencegahan psikologis surveilans
pekerjaan pada program promosi
penyakit akibat pekerja u/ kesehatan
ppekerjaan/ kesehatan di
kerja dengan mendeteksi dini pekerja, sebagai
jabatan yang tempat
melakukan adanya stres kerja upaya preventif
sesuai dgn kerja/PKDTK
diagnosis dini dan/ kelelahan
kapasitas kerja (work place
berdasarkan pem. berlebihan pada
dan status promotion)
Klinis dan studi keompok kerja
kesehatannya epidem tertentu
Evaluasi Pelaksanaan Kesehatan
Pekerjaan Hazard yang Jenis hazard Tampilan klinis
teridentifikasi supir batu bara
Supir batu bara kimia Debu pasir • Sesak nafas
Logam2 batu bara • Batuk
• Dermatitis
psikososial Waktu kerja dan • Stress bekerja
biaya pengobatan • Depresi
Fisiologis Ergonomi : posisi • LBP
menyetir truk
Biologi Kuman bakteri dari • Gangguan
makanan pencernaan
• Diare
• Kurang gizi
• Lemas
• Mudah lelah
• Pusing
Hubungan APD dengan
resiko PAK
• Safety Helmet (Helm Pengaman)
• Fungsi helm pengaman yang paling utama adalah untuk melindungi
kepala dari jatuhan dan benturan benda secara langsung.
• Safety Vest (Rompi Reflektor)
• ompi ini diengkapi dengan iluminator, yaitu sebuah bahan yang dapat
berpendar jika terkena cahaya.
• Safety Shoes (Sepatu Pengaman)
• Safety Shoes bentuknya seperti sepatu biasa, tetapi terbuat dari bahan
kulit yang dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.
• Safety Goggles/Glasses (Kacamata Pengaman)
• Kacamata pengaman ini berbeda dari kacamata pada umumnya.
Perbedaanya terletak pada lensa/kaca yang menutupi mata secara
menyeluruh, termasuk bagian samping yang tidak terlindungi oleh
kacamata biasa.
• Safety Masker/masker respirator (Penyaring Udara)
• Safety Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu,
beracun, dsb).
• Safety Gloves (Sarung Tangan Pengaman)
• Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat
atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan
• Ear Plugs (Pengaman Telinga)
• Ear Plugs berfungsi sebagai alat pelindung yang dilekatkan di telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising.
• Lampu Kepala
• Alat keselamatan ini biasanya khusus digunakan pada
penambangan bawah tanah (underground).
• Self Rescuer
• Dalam kondisi darurat akibat kebakaran atau
ditemukannya gas beracun, alat inilah yang dapat
mennjadi penyelamat bagi para pekerja.
• Safety Boot (Sepatu Boot)
• ada kondisi area pertambangan yang umumnya licin dan
berlumpur, sepatu boot menjadi kebutuhan pokok
• Safety Harness (Tali Pengaman)
• Alat ini berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di
ketinggian. Alat ini wajib digunakan apabila bekerja pada
ketinggian lebih dari 1,8 meter
• Safety Belt (Sabuk Pengaman)
• Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat
transportasi ataupun peralatan lainnya yang serupa (mobil,
alat berat, pesawat, helikopter, dsb).

• Raincoat (Jas Hujan)


• Berfungsi untuk melindungi pekerja dari percikan air saat
bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci
alat)
• Face Shield (Pelindung Wajah)
• Alat ini berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda
asing saat bekerja (misal pekerjaan menggurinda dan las).
• Lifevest (Pelampung)
• Alat ini wajib digunakan saat kita beraktivitas di wilayah
perairan/di atas air.
DIAGNOSIS BANDING PENYAKIT AKIBAT KERJA

• Penyakit akibat kerja (Occupational Diseases) menurut


International Labor Organization (ILO), 1998 adalah
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
• Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work
Related Disease) 1998: Adalah Penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor
pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan
faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit
yang mempunyai etiologi yang kompleks.

• Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah


penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. (Keputusan Presiden No. 22 Tahun
1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja).
PEMBAGIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA BERDASARKAN
ILO, ICD DAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

1. ILO Convention No. 121 di Geneva


pada Desember 1991. Penyakit Akibat
Kerja dibagi menjadi Penyakit karena
agen, penyakit sesuai target organ dan
keganasan.
2. ICD 10 – OH , secara umum dibagi menjadi:
1. Diseases caused by agents
1.1 Diseases caused by chemical agents
1.2 Diseases caused by physical agents
1.3 Diseases caused by biological agents
2. Diseases by target organ
2.1 Occupational respiratory diseases
2.2 Occupational skin diseases
2.3 Occupational musculoskeletal diseases
3. Occupational cancer
4. Others
3. Keputusan Presiden RI no 22/1993
tentang Penyakit yang timbul karena
hubungan kerja : Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja, ada
31 kelompok penyakit.
HUBUNGAN PENYAKIT PASIEN DENGAN
PEKERJAANNYA
Partikel debu dan respons tubuh khususnya saluran napas terhadap
partikel debu tersebut.
Inhalasi debu batubara sehingga terjadi penumpukan debu batubara di
paru dan menimbulkan reaksi jaringan paru terhadap tumpukan debu
tersebut. Partikel-partikel batubara berukuran lebih dari 5 µm hingga
15 µm yang mengendap pada saluran napas menyebabkan iritasi
(bronkitis) yang bersifat dapat sembuh atau kembali pulih. Partikel
berukuran 0,5 µm hingga 5 µm berhasil masuk hingga alveolus,
umumnya dibersihkan dan dikeluarkan lagi oleh makrofag lewat
bronkus dan trakea.

Anda mungkin juga menyukai