Anda di halaman 1dari 34

EMULSI

Disusun oleh:
1. NUR DIANA 30317105
2. NURUL HIDAYATI 30317107
3. SUSI ARIYANI 30217110
Definisi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III.
Halaman 9)

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu


cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6).
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
1. Dapat membentuk sediaan 1. Sediaan kurang praktis dan
yang homogen dan 2. Staabilitas rendah
bersatu.
dibanding tablet.
2. Mudah ditelan.
3. Takaran dosis kurang teliti.
3. Emulsi dapat menutupi
rasa yang tidak enak 4. Tidak tahan lama.
4. obat menjadi lebih mudah 5. Emulsi kadang-kadang sulit
diabsorpsi dibuat dan membutuhkan
5. Efek terapi dapat teknik pemprosesan
diperpanjang khusus.
6. Lebih ekonomis
Tujuan dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata
pemilihan dari campuran dua cairan yang tidak saling
bentuk bercampur.
sediaan emulsi karena dapat mengatur kondisi fisik produk,
emulsi : seperti tekstur, tingkat kekentalannya, dapat
menekan biaya produksi.

Tujuan Digunakan sebagai obat dalam (peroral) emulsi tipe


pemakai- O/W (lebih disuka)  bau dan rasa dpt tertutupi,
minyak dlm butir2 halus lbh mudah dicerna
an emulsi
untuk: digunakan pada kulit (obat luar)  emulsi O/W atau
W/O ,tergantung faktor seperti sifat zat terapeutik yang
akan dimasukkan ke dalam emulsi.
Kriteria emulsi yang baik adalah:
1. Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam
penyimpanan
2. Merupakan disperse homogen antara minyak
dengan air
3. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang
kecil dan sama besar mendekati ukuran partikel
koloid
4. Tidak terjadi creaming atau craking
5. Memiliki viskositas yang optimal
6. Dikemas dalam kemasan yang mendukung
penggunaan dan stabilitas obat
TEORI TERJADINYA EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
3. Teori Interparsial Film
4. Teori electric double layer ( lapisan listrik
rangkap)
1. Teori Tegangan Permukaan
(Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki
daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut
daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan
karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang
terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan (surface tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah
untuk bercampur.
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator
akan menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji
(Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua
kelompok yakni :
• Kelompok hidrofilik  bagian dari emulgator
yang suka pada air.
• Kelompok lipofilik  bagian yang suka pada
minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung
dengan zat cair yang disenanginya, kelompok
hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam
minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah
menjadi tali pengikat antara air dan minyak.
• Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan
yang besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu
dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .
• Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan
suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.
Harga HLB Kegunaan

1 - 3 Anti foaming agent


4 – 6 Emulgator tipe w/o
7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13 - 15 Detergent
10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)
3. Teori Interparsial Film
• Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
disper.
• Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
§ dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
§ jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers
§ dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
4. Teori electric double layer ( lapisan
listrik rangkap)
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh
salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,
• terjadinya ionisasi dari molekul pada
permukaan partikel
• terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari
cairan disekitarnya.
• terjadinya gesekan partikel dengan cairan
disekitarnya.
MACAM DAN TIPE EMULSI
Emulsi vera / alam
Asal bahan pembuat
 amygdala dulcis,
Emulsi gasfase

Medium pendispers
Amygdala amara,
Lini semen, terdispers : cair dan
Cucurbitae semen fase pendispers :
gas. Ex. hairspay
Emulsi spuria 
Emulsi dng minyak Emulsi cair f.ter-
Tipe minyak

Tipe emulsi
lemak, Parafin dispers dan pen-
liquidum, cera/ dispers adl zat cair. dalam air
lemak padat, Ex. emulsi minyak
ikan, susu. (m/a atau
benzylis benzoas,
Balsamum Emulsi setengah o/w)
Peruvianum padat  f.terdis-
pers : zat cair dan Tipe air dalam
f.pendispers: zat minyak (a/m
padat. Ex. Gel dan
cream
atau w/o)
Pengujian Tipe Emulsi
1. Test Pengenceran Tetesan 4. Test Creaming
• Jika tipe O/W, mudah diencerkan – Jika tipe O/W, terjadi krim pada
dengan air bagian atas
• Jika tipe w/o, mudah diencerkan – Jika tipe w/o, terjadi krim pada
dengan minyak bagian bawah

2. Test Kelarutan Pewarna 5. Test Konduktivitas Elektrik


• Emulsi + larutan Sudan III dapat – Jika tipe O/W, konduktivitas
memberi warna merah pada emulsi
tipe w/o, elektrik tampak,
• Emulsi + larutan metilen blue dapat – Jika tipe w/o, konduktivitas
memberi warna biru pada emulsi tipe elektrik tidak tampak,
o/w

3. Test dengan kertas saring 6. Test Fluorosensi


• Jika tipe O/W, kertas saring – Jika tipe O/W,fluorosensi hanya
menjadi basah berupa noda,
• Jika tipe w/o, timbul noda minyak – Jika tipe w/o, seluruh daerah
pada kertas saring berfluorosensi ,
STABILITAS EMULSI
• Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi
untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur
dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang.

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya

Gaya tarik-menarik/gaya London-Van Gaya tolak-menolak


Der Waals

menyebabkan partikel-partikel koloid Dapat menstabilkan


berkumpul membentuk agregat dan dispersi koloid.
mengendap
Faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas emulsi yaitu
1. Viskositas
Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk
menaikan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan
zat-zat yang dapat menaikan viskositasnya dari fase luar . Bila
viskositas fase luar dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan
emulsi
2. Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses
pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik
3. Perbandingan optimum fase internal dan fase kontinu
Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam
antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang
digunakan .
Bentuk keridakstabilan emulsi
• Creaming  fase dlm lebih pekat &
mendorong fs luar  bisa diperbaiki dg
pengocokan
• Cracking  fase dlm & luar memisah  pecah
sistem emulsi  tdk bisa diperbaiki dg
pengocokan
• Inversi  pecahnya emulsi dengan tiba-tiba
dari satu tipe ke tipe yang lain.
KOMPONEN EMULSI
• Fase dispers / fase internal / fase
diskontinyu → zat cair yg terbagi jd
Komponen butiran kecil kedalam zat cair lain.
• Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Dasar → zat cair berfungsi sbg pendukung
emulsi.
• Emulgator → menstabilkan emulsi.

• Preservatif → metil dan propil paraben,


asam benzoat, asam sorbat, fenol,

Komponen kresol, dan klorbutanol, benzalkonium


klorida, fenil merkuri asetat, dll.
• Antioksidan → asam askorbat,
Tambahan L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat
dan asam gallat.
• Corigens  pemanis seperti sirup, gula,
sakarin.
Bahan Tambahan pada Emulsi
• M.o tumbuh dlm air  • Utk minyak ikan  ekstrak
pengawet pd fase air maltis, vanili, myk atsiri 0,1-
• Emulsi dg emulgator 0,5%
gom/organik  mudah • Ditambahkan pd fase minyak
terurai sblm diemulsikan
• Cth: alkohol 12-15% dr fs air, • Pemanis bs sirup, gula,
asam benzoat 0,2%, asam sakarin
sorbat 0,2%

Pengawet Corrigens
Bahan pengemulsi
• Emulsifier membantu terbentuknya emulsi
dengan 3 jalan, yaitu :
1. Penurunan tegangan antar muka ( stabilisasi
termodinamika ).
2. Terbentuknya film antar muka yang kaku
(pelindung mekanik terhadap koalesen).
3. Terbentuknya lapisan ganda listrik,
merupakan pelindung listrik dari pertikel.
EMULGATOR
(Emulsifiying Agent)
Emulgator Alam Emulgator Buatan

Tumbuh-tumbuhan:
* Sabun
Gom arab,tragacant, agar-
agar,chondrus * Tween (20,40,60,80)
* Span ( 20,40,80)
Hewani:
gelatin, kuning telur, kasein,
dan adeps lanae

Tanah dan mineral:


Veegum / Magnesium
Aluminium Silikat
Metode pembuatan emulsi :

1. Metode gom kering atau metode


kontinental.
2. Metode gom basah atau metode Inggris.
3. Metode botol atau metode botol forbes.
4. Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
1. Metode gom kering atau metode kontinental.

• Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan ½


jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. (4:2:1)

• zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak


terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air
yang tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris.

• Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus


dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya
metilselulosa.

• Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi


umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk
emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol atau metode botol forbes.

• Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan


menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah.
Dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan
dengan fase luar.

• Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian


ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sambil dikocok.
4. Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
• Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat mengunakan
suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB.

• Sebelum dilakukan pencampuran, dilakukan perhintungan


harga HLB dari fase internal

• dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang


sesuai dengan HLB fase internal.

• Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok , selanjutnya


dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang
diharapkan
Alat yang digunakan :
– Mortir dan stamper
– Botol
– Mixer, blender
– Homogeniser
– Colloid Mill
Evaluasi sediaan emulsi :
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan
dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari
sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu
endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan
masing-masing 12 jam.
Evaluasi sediaan emulsi
2. Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan,
pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk
bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10
wadah satu persatu.
Evaluasi sediaan emulsi
3. Penentuan viskositas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran
viskositas dilakukan dengna viskometer
brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
Evaluasi sediaan emulsi
4. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan
mencelupkan elektroda dari pH-meter digital
ke dalam sampel, yang sebelumnya telah
dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian pH-
meter dinyalakan dan ditunggu sampai layar
pada pH-meter menunjukkan angka yang
stabil.
Evaluasi sediaan emulsi
5. Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara
mengukur diameter dan distribusi frekuensi globul
minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop
dengan menggunakan mikrometer yang telah
ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi) dengan
menggunakan hemositometer.
Evaluasi sediaan emulsi
6. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui
angka cemaran mikroba yang mungkin
mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji
ini dilakukan dengan menentukan Angka Lempeng
Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari
pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel
diinkubasikan dalam media pembenihan yang cocok
selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.
Sekian &
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai