Anda di halaman 1dari 31

PNEUMONIA

Disusun Oleh :
RINAIMAH ZAHRA AMALIAH
Pembimbing :
dr. TRIEKO STEFANUS LAROPE
PENDAHULUAN

• Badan World Health Organization (WHO) mendefinisikan


pneumonia sebagai adanya batuk dan pernapasan yang sesak dan
cepat (pernapasan diatas 50 kali/menit untuk anak-anak usia 2
sampai 12 bulan; dan diatas 40 kali/menit untuk anak-anak diatas
usia 12 bulan sampai 5 tahun).
• Definisi yang lebih spesifik adalah adanya demam, gejala respirasi
akut, ataupun keduanya dan bukti adanya infiltrat parenkim pada
gambaran radiologi. Definisi ini berlaku untuk pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri dan virus.
PENDAHULUAN

Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka


mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor
risiko tersebut adalah: 5
• Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
• Berat badan lahir rendah (BBLR)
• Tidak mendapat imunisasi
• Tidak mendapat ASI yang adekuat
• Malnutrisi
• Defisiensi vitamin A,
• Tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
• Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok)
PENDAHULUAN

• Petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit serius


dengan gejala batuk atau sukar bernapas yang membutuhkan
pengobatan dengan antibiotik, yaitu pneumonia (infeksi paru) yang
ditandai dengan napas cepat dan mungkin juga tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam.
• Di Indonesia berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia,
menunjukkan; pneumonia termasuk 10 besar penyakit yang
menyebabkan pasien harus di rawat inap di rumah sakit, dengan
prevalensi sebesar 17.311 kasus, dengan 1.315 kasus diantaranya
meninggal. Sedangkan, prevalensi nasional untuk kasus pneumonia,
baik yang memerlukan rawat inap maupun rawat jalan adalah
sebesar 480.033 kasus atau 20,59 %.
STATUS PASIEN

• Identitas Pasien Nama : Tn. A


Umur : 39 tahun
• Nama : An. z Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Desa Kalora, Dusun II
• Umur : 2 bulan 10 Pekerjaan : Buruh
hari Suku : Kaili
• Jenis kelamin: Identitas Ibu
Perempuan Nama : Ny. M
• Alamat: Desa Kalora, Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Dusun II Alamat : Desa Kalora, Dusun II
Pekerjaan : IRT
Suku : Kaili
ANAMNESIS

• Keluhan Utama
Sesak
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas, diantar oleh ibunya dengan keluhan
sesak yang sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu bahkan bibir
pasien sampai berwarna biru. Sesak napas disertai dengan suara
mengi, namun disertai dengan suara mengorok. Ibu pasien juga
mengeluhkan anaknya batuk berlendir sejak 2 minggu yang lalu.
Nafsu makan pasien berkurang. Pasien juga sempat mengalami
demam 1 bulan yang lalu. Pasien sebelumnya di rawat di RS.
Anutapura selama 6 hari, namun pasien pulang paksa karena
menurut keluarga tidak ada perbaikan selama di rumah sakit dan
lebih memilih untuk membawa anaknya untuk diurut.
ANAMNESIS

• Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sering sesak napas sebelumnya dan disertai dengan suara
mengi.

• Riwayat Penyakit Keluarga


Batuk lama dalam keluarga disangkal pasien
Riwayat batuk berlendir pernah dialami kakak pasien.
ANAMNESIS

• Riwayat Sosial
Pasien tinggal di dalam rumah beserta dengan 10 orang lainnya
berukuran sekitar 5 x 10 meter persegi. Rumah tersebut tidak
dilengkapi dengan plafon dan jarang dibersihkan sehingga banyak
debu dan sarang laba-laba yang bergantungan di atap rumah.
Ventilasi rumah pasien kurang untuk ukuran rumah, karena hanya
terdapat 3 jendela di rumah tersebut. Rumah pasien terletak
sangat berdekatan dengan tetangganya dan tepat berdempetan
dengan rumah di samping kiri dan kanan. Ayah dan paman pasien
adalah seorang perokok dan biasanya merokok di dalam rumah.
ANAMNESIS

• Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sewaktu
mengandung. Saat hamil ibu pasien menderita sesak napas. Anak
lahir normal, cukup bulan ditolong oleh bidan. Anak lahir langsung
menangis, tidak ada kelainan. Berat badan lahir: 2800 gram;
panjang badan lahir: 46 cm
Pasien mendapatkan susu formula sejak lahir dan tidak
mendapatkan ASI. Anak diberi ASI sejak mulai batuk dan susu
formulanya diberhentikan. Saat ini anak hanya mendapatkan ASI
saja.
• Riwayat Imunisasi
-
PEMERIKSAAN FISIK

• Status Generalis
• Keadaan umum : sakit sedang
• Kesadaran : composmentis
• Tanda Vital
• Suhu : 36,7°C
• Nadi : 100 kali/menit
• Pernapasan : 74 kali/menit
• Berat Badan : 2900 kg
• Kepala & Leher
• Normocephal
• Mata: konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), pupil isokor
• Hidung: pernapasan cuping hidung (+), rinore (-)
PEMERIKSAAN FISIK

• Toraks
• Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi intercostalis
(+)/(+), chest indrawing (+)
• Auskultasi: vesikuler (+)/(+), rh (+)/(+), wheezing (-
)/(-), bunyi jantung murni reguler
• Ekstremitas
• Superior : akral hangat (+)/(+), pucat (-)/(-)
• Inferior : akral hangat (+)/(+), pucat (-)/(-)
ASSESSMENT

• Diagnosis
Pneumonia

• Penatalaksanaan
• Antibiotik Oral ᴿ/Amoxilin syr fl 1
S 3 dd cth
• Simptomatik  ᴿ/Parasetamol 500 mg 1 tab
Glyceryl Guaiacolate 1 tab
Dexamethasone 0,5 mg 1 tab
Vitamin B complex 1 tab
M f l a pulv dtd No.X
S 3 dd 1 pulv
• Edukasi Orang Tua Pasien mengenai pentingnya pencegahan pneumonia dengan cara mengurangi
kepadatan rumah, memperbaiki gizi anak, mengurangi polusi udara di dalam ruangan, seperti asap
rokok.
PEMBAHASAN
3.1 Aspek klinis

• Pneumonia merupakan infeksi jaringan parenkim paru-paru yang


dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab noninfeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
• Telah dilakukan berbagai macam studi untuk mengetahui jenis
mikroorganisme tersebut. Penelitian epidemiologik menunjukkan
bahwa bakter Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri
patogen paling dominan, yaitu sekitar 4 – 11%.
PEMBAHASAN

• Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka


mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor
risiko tersebut adalah: 5
• Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
• Berat badan lahir rendah (BBLR)
• Tidak mendapat imunisasi
• Tidak mendapat ASI yang adekuat
• Malnutrisi
• Defisiensi vitamin A,
• Tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
• Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok)
• PPada kasus ini, berdasarkan anamnesis, ada beberapa faktor risiko yang
terjadi pada penderita, yaitu berat badan lahir rendah, tidak mendapat
ASI yang adekuat, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara.
PEMBAHASAN

• Menilai pernapasan penderita, merupakan salah satu langkah


penting untuk mendiagnosis pneumonia. The World Health
Organization, telah menetapkan nilai respirasi untuk
mengidentifikasi anak dengan pneumonia, sebagai berikut:4
• Anak berusia < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
• Anak berusia 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
• Anak berusia 12 – 59 bulan: ≥ 40 kali/menit
• Pada kasus ini, dari pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis
seperti frekuensi pernapasan meningkat, pernapasan cuping
hidung, suara redup pada perkusi, dan ronki, serta didapatkan
adanya tarikan dinding dada bawah kedalam (chest indrawing).
PEMBAHASAN

• Untuk penatalaksanaan pneumonia rawat jalan,


antibiotik oral pilihan pertama adalah kotrimoksazol,
bila tersedia. Ini dipilih karena sangat efektif, cara
pemberiannya mudah dan murah.
• Antibiotik pilihan kedua adalah amoksisilin diberikan
hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau
apabila dengan pemberian obat pilihan pertama tidak
memberi hasil yang baik.
PEMBAHASAN
Amoksisilin
Kotrimoksazol
Beri 2 kali sehari selama 3
Beri 2 kali sehari selama 3 hari
hari
Umur atau
TABLET
Berat Badan TABLET ANAK SIRUP/5ml
DEWASA KAPLET SIRUP
20mg Tmp. + 40mg Tmp. +
80mg Tmp. + 500mg 125mg/5ml
100 mg Smz. 200 mg Smz
400 mg Smz.
2.5 ml 5 ml
2 - <4 bulan
1/4 1 (0.5 sendok 1/4 (1 sendok
4 - <6 kg
takar) takar)
5 ml 10 ml
4 - <12 bulan
1/2 2 (1 sendok 1/2 (2 sendok
6 - <10kg
takar) takar)
7.5 ml 12.5 ml
1 - <3 tahun
3/4 2.5 (1.5 sendok 2/3 (2.5 sendok
10 - <16kg
takar) takar)
10 ml 15 ml
3 - <5 tahun
1 3 (2 sendok 3/4 (3 sendok
16 - <19kg
takar) takar)
PEMBAHASAN
3.2 Aspek IKM

• Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan


faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H.L.
belum mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik/biologis
(keturunan). Perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,
faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor
pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).
PEMBAHASAN
1. Faktor genetik/ Biologis

• Pasien dalam kasus ini berusia 2 bulan 10 hari. Pada usia tersebut,
pasien termasuk dalam usia yang rentan untuk mengalami
penyakit terutama infeksi saluran napas seperti pnemonia. Hal ini
disebabkan karena pada usia bayi dan balita, daya tahan tubuhnya
belum terbentuk secara sempurna sehingga mudah untuk
terserang penyakit. Selain itu, secara fisiologis bayi belum mampu
untuk mengeluarkan dahak sendiri seperti orang dewasa, sehingga
dahak terkumpul dan memperparah penyakitnya, seperti semakin
sulit bernapas dan terjadinya fokus infeksi.
PEMBAHASAN
2. Faktor Lingkungan
Dalam kasus ini, lingkungan tempat tinggal pasien yang mendukung
terjadinya penyakit pnemonia yang dialaminya adalah:
• Pasien terpapar penyakit dari orang disekitarnya
kakak pasien mengalami batuk yang sama seperti pasien.
• Jarak rumah yang berdekatan
Di daerah rumah pasien untuk lingkungan luar rumah, jarak rumah
pasien dengan rumah tetangga cukup dekat, bahkan berdempet pada
rumah tetangga di samping rumah pasien. Salah satu kaitan kepadatan
hunian dan kesehatan adalah karena rumah yang sempit dan banyak
penghuninya, maka penghuni mudah terserang penyakit dan yang sakit
dapat menularkan penyakit pada anggota keluarga lainnya. Perumahan
yang sempit dan padat akan menyebabkan anak sering terinfeksi oleh
kuman yang berasal dari tempat yang kotor dan akhirnya terkena
berbagai penyakit menular
PEMBAHASAN
2. Faktor Lingkungan
• Kebiasaan keluarga merokok
Ayah dan paman memiliki kebiasaan merokok dalam rumah, asap dari rokok
tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bertambah berat,
apalagi bila sirkulasi udara di dalam rumah kurang memadai.
• Pendidikan yang rendah
Ayah dan ibu pasien berpendidikan rendah sehingga memiliki pengetahuan yang
rendah terutama mengenai perilaku hidup yang bersih dan sehat. Akibatnya,
keluarga pasien kurang memiliki kesadaran untuk berperilaku yang bersih dan
sehat dirumah sehingga memudahkan untuk terjadinya penyakit infeksi. Dalam
kasus ini, jika pengetahuan orang tua untuk mengatasi pnemonia tidak tepat
ketika bayi atau balita menderita pnemonia, akan mempunyai risiko meninggal
karena pneumonia, dimana 4,9 kali jika dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai pengetahuan yang tepat. Tingkat pendidikan orang tua juga akan
berpengaruh terhadap tindakan perawatan kepada anak yang menderita
pnemonia sehingga berpengaruh juga terhadap prognosis pasien.
PEMBAHASAN
3. Faktor pelayanan kesehatan

• Kurangnya informasi mengenai penyakit infeksi saluran


pernapasan.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah akan
berpengaruh terhadap tindakan yang diambil terhadap pasien yang
mengalami infeksi. Hal ini menyebabkan keluarga pasien
memerlukan informasi mengenai infeksi pada saluran pernapasan
terutama pnemonia sehingga keluarga dapat segera membawa
pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat . Sehingga,
dapat mencegah terjadinya penyakit yang semakin memberat
bahkan kematian
PEMBAHASAN
3. Faktor pelayanan kesehatan
• Kurangnya pemanfaatan buku MTBS oleh petugas kesehatan
Pada buku bagan MTBS terdapat penilaian, klasifikasi, dan
tindakan/pengobatan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun yang
menderita batuk atau sukar bernapas. Hal ini akan memudahkan petugas
untuk menjaring anak dengan pnemonia atau pnemonia berat dan
memberikan tatalaksana yang tepat. Namun dalam kenyataannya. Buku
bagan MTBS ini masih sangat minim digunakan oleh petugas kesehatan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan MTBS bagi petugas kesehatan
agar petugas ini dapat memahami dan dapat mengaplikasikannya saat
berada di puskesmas karena pada kenyataannya tidak semua petugas
kesehatan mengaplikasikannya, sehingga tidak semua pasien pnemonia
dapat terjaring dengan baik dan akhirnya tidak mendapat pengobatan
yang tepat.
PEMBAHASAN

• Pada tahap edukatif, perlu dijelaskan kepada orang tua pasien


bahwa pneumonia merupakan penyebab kesakitan dan kematian
nomor satu pada balita, terutama di negara berkembang. Berbagai
faktor risiko berperan pada kejadian dan beratnya penyakit, serta
kematian, yaitu kurang gizi, pemberian ASI yang tidak ekslusif,
kepadatan hunian (crowding), polusi udara di dalam ruangan
terutama asap rokok, kemiskinan, pendidikan ibu kurang, ketidak
tahuan, dan akses yang sulit terhadap pelayanan kesehatan.
• Secara garis besar, prognosis yang diberikan baik. Sebagian besar
pneumonia dengan virus sembuh tanpa perawatan. Patogen
bakterial kebanyakan memberikan respon yang baik terhadap
antibiotik.4
KESIMPULAN

• ISPA masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak dan menduduki


peringkat pertama di Puskesmas Kinovaro tahun 2017. Penyebab
terjadinya pnemonia pada pasien ini berkaitan dengan empat
determinan kesehatan, yaitu faktor faktor biologis/genetik,
lingkungan, perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan masyarakat.
Namun faktor yang paling berperan dalam kasus ini adalah faktor
lingkungan, yaitu pasien terpapar dari orang disekitarnya yang
menderita batuk, polusi udara dalam rumah, jarak rumah yang
berdekatan, dan kebiasaan ayah dan paman merokok tanpa
mengesampingkan pengaruh dari faktor lainnya.
SARAN
Saran yang bisa diberikan mengacu pada Five Level
Prevention

1. Promosi kesehatan (health promotion)


• Penyediaan makanan sehat dan cukup jika psien termasuk dalam gizi
buruk
• Penyuluhan pada keluarga tentang faktor resiko dari penyakit ISPA
(pneumonia).
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap
penyakit-penyakit tertentu (general and specific
protection)
• Keluarga yang merokok disarankan untuk merokok di luar rumah
atau jauh dari anak-anak
• Jika ada keluarga yang batuk sebaiknya menggunakan masker agar
tidak menularkan anggota keluarga yang lainnya
SARAN

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan


yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
• Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara dini dan
memberikan pengobatan segera tentang ISPA khususnya pneumonia
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
• Petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah terjadinya
komplikasi yang buruk seperti gangguan tumbuh kembang hingga
kematian.
SARAN

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)


• Pada tingkat ini, keluarga pasien diberikan konseling tentang pola
hidup sehat terutama menghindari dari faktor penyebab penyakit
(pneumonia).
TERIMA KASIH
LAMPIRAN DOKUMENTASI RUMAH PASIEN
LAMPIRAN DOKUMENTASI RUMAH PASIEN

Anda mungkin juga menyukai