ARTRITIS REUMATOID DEFINISI • Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progesif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, Artritis reumatoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non artikular lainnya. ANATOMI SENDI • Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang, dimana pertemuan tersebut memungkinkan terjadinya gerakan pada manusia. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtype yaitu sinkondrosis dan symphisis; dan (3) sendi synovial. Sendi synovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakan, memiliki rongga sendi, dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi tidak meluas tetapi terlihat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan synovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas viskosita cairan synovial dan disintesis oleh pembungkus synovial. Cairain synovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. EPIDEMIOLOGY • Di poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, kasus baru artritis reumatoid merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan pada periode Januari-Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus arthritis rheumatoid dari jumlah keseluruhan kunjungan sebanyak 1.346 orang (15,1%). Prevalensi arthritis rheumatoid lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan pada decade keempat dan kelima. ETIOLOGI • Factor Genetic Sebagian besar aktivitas inflamatorik pada artritis reumatoid terjadi di sinovium sendi. Meskipun penyebab artritis reumatoid tidak diketahui, serangkain factor genetic dan lingkungan tampaknya berperan dalam kerentanan terhadap penyakit. Pada kembar monosigot mempunyai angka kesesuain untuk berkembang arthritis rheumatoid lebih dari 30% • Factor Infeksi Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit seperti Mycoplasma, Parvovirus B19, Retrovirus, Enteric bacteria, Mycobacteria ,Epstein-Barr virus, Bacterial cell walls. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. PATOGENESA ARTRITIS REUMATOID Sejumlah besar kerusakan patologis yang menandai artritis rheumatoid berpusat disekitar lapisan sinovium sendi. Sinovium normal terdiri atas lapisan tipis sel ( ketebalan satu sampai tiga lapisan ) dan interstitium di bawahnya, yang mengandung pembuluh darah tetapi dengan sedikit sel. Sinovium dalam keadaan normal menyediakan nutrient dan pelumas bagi tulang rawan sendi. Sinovium artritis rheumatoid, sebaliknya sangat abnormal, dengan lapisan dalam yang sangat menebal (ketebalan 8-10 sel) yang terdiri atas sel-sel aktif dan interstitium yang inflamatorik dan dipenuhi sel B, sel T, dan makrofag serta perubahan vascular ( termasuk trombosis dan neovaskularisasi ). Di tempat-tempat persambungan sinovium dan tulang rawan sendi, jaringan sinovium pada artritis reumatoid menginvasi dan merusak tulang rawan dan tulang sekitar. GEJALA KLINIS Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. 2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang. 3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam. 4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram. 5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi. 6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. PEMERIKSAAN FISIK 1. Inspeksi • Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai, bahu siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan panggul • Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi. 2. Palpasi – Adanya nyeri sendi pada daerah yang disertai kemerahan / bengkak. • Dengan skala nyeri : • Ringan : 0 – 3 • Sedang : 3 – 7 • Berat : 7 – 10 – Temperatur hangat pada sendi yang nyeri. Pemeriksaan Laboratorium C-reactive protein (CRP) Umumnya meningkat sampai > 0,7 picogram/ml, bisa digunakan untuk monitor perjalanan penyakit LED (Laju Endap Darah) Sering meningkat >30 mm/jam, bisa digunakan untuk monitor pejalanan penyakit. Hemoglobin/Hematokrit Sedikit menurun, Hb rata-rata sekitar 10g/dl, anemia normokrom, mungkin juga normositik atau mikrositik Jumlah Lekosit Mungkin meningkat
Jumlah Trombosit Biasanya meningkat
Fungsi Hati Normal atau fosfatase alkali sedikit meningkat
Faktor rheumatoid (RF) Hasilnya negative pada 30% penderita artritis
rheumatoid stadium dini. Jika pemeriksaan awal negative dapat diulang setelah 6-12 bulan dari onset penyakit. Bisa memberikan hasil positif pada beberapa penyakit seperti SLE, scleroderma, sindrom sjorgens, sarkoidosis, dsb. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat progesifitas penyakit artritis reumatoid. Dari hasil foto dapat dilihat adanya kerusakan jaringan lunak maupun tulang. Pemeriksaaan ini dapat memonitor progresifitas dan kerusakan sendi jangka panjang.
Pemeriksaan MRI mampu mendeteksi adanya erosi
lebih awal bila dibandingkan dengan pemeriksaan radiografi konvensional dan mampu menampilkan struktur sendi secara rinci, tetapi membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Kriteria Diagnostik artritis reumatoid didiagnosis secara resmi dengan menggunakan tujuh criteria dari American college of Rheumatology diantaranya : • Kaku pagi hari (morning stiffness) : kekakuan pada sendi dan sekitarnya berlangsung paling sedikit selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal. • Artritis pada 3 persendian atau lebih : paling sedikit 3 sendi secara bersamaan menunjukkan pembengkakan jaringan lunak atau efusi (bukan hanya pertumbuhan tulang saja) yang diobservasi oleh seorang dokter. Ada 14 daerah persendian yang mungkin terlibat yaitu PIP (proximal interphalangeal), MCP, pergelangan tangan, siku, lutut, pergelangan kaki dan MTP kanan atau kiri. • Artritis pada persendian tangan : Paling sedikit ada satu pembengkakan (seperti yang disebutkan diatas) pada sendi : pergelangan tangan, MCP atau PIP. • Artritis yang simetrik : Keterlibatan sendi yang sama pada kedua sisi tubuhb secara bersamaan (keterlibatan bilateral sendi PIP, MCP atau MTP dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat simetris) • Nodul rheumatoid : Adanya nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang, permukaan ekstensor atau daerah jukstaartikular yang diobservasi oleh seorang dokter. • Faktor rheumatoid serum positif : Adanya titer abnormal factor rheumatoid serum yang diperiksan dengan metode apapun yang memberikan hasil positif <5% pada control subyek normal. • Perubahan gambaran radiologis : Terdapat gambaran radiologis yang khas untuk artritis rheumatoid pada foto posterior anterior tangan dan pergelangan tangan, berupa erosi atau dekalsifikasi tulang yang terdapat pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteosrtritis saja tidak memenuhi persyaratan). Difference Diagnose Artritis rheumatoid harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya seperti artropati reaktif yang berhubungan dengan infeksi, spondiloartropati seronegatif dan penyakit jaringan ikat lainnya seperti lupus eritematosus sistemik (LES), yang mungkin mempunyai gejala menyerupai artritis rheumatoid . adanya kelainan endokrin juga harus disingkirkan. Artritis gout jarang bersama-sama dengan artritis rheumatoid, bila dicurigai ada artritis maka pemeriksaan cairan sendi perlu dilakukan. Penilaian aktivitas penyakit artritis reumatoid 1.Setiap kunjungan, evaluasi bukti subyektif dan Derajat nyeri sendi (diukur dengan visual obyektif untuk penyakit aktif : analog scale/VAS) Durasi kaku pagi hari Durasi kelelahan Adanya inflamasi sendi aktif pada pemeriksaan fisik (jumlah nyeri tekan dan bengkak pada sendi) Keterbatasan fungsi 2.Evaluasi secara rutin terhadap aktivitas atau Bukti progresivitas penyakit pada pemeriksaan progresivitas penyakit : fisik (keterbatasan gerak, instabilitas, malignment, dan/atau deformitas) Peningkatan LED Perburukan kerusakan radiologis pada sendi yang terlibat 3.Parameter lain untuk menilai respon terapi Physician’s global assessment of disease activity Patient’s global assessment of disease activity Penilaian status fungsional atau kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner standar Menurut criteria ACR, artritis rheumatoid dikatakan mengalami remisi bila memenuhi 5 atau lebih dari criteria dibawah ini dan berlangsung paling sedikit selama 2 bulan berturu-turut : • Kaku pagi hari berlangsung tidak lebih dari 15 menit • Tidak ada kelelahan • Tidak ada nyeri sendi (melalui anamnesa) • Tidak ada nyeri tekan atau nyeri gerak pada sendi • Tidak ada pembengkakan jaringan lunak atau sarung tendon • LED <30 mm/jam untuk perempuan, atau <20 mm/jam untuk laki-laki PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi penderita artritis rheumatoid adalah :
• Mengurangi nyeri • Mempertahankan status fungsional • Mengurangi inflamasi • Mengendalikan keterlibatan sistemik • Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular • Mengendalikan progresivitas penyakit • Terapi non farmakologik Beberapa terapi non farmakologik telah dicoba pada penderita artritis reumatoid. Terapi puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan, menunjukkan hasil yang baik. Pemberian suplemen minyak ikan ( cod liver oil ) bisa digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita artritis reumatoid. Memberikan edukasi dan pendekatan multidisiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan manfaat jangka pendek. Penggunaan terapi herbal, acupuncture dan splinting belum didapatkan bukti yang meyakinkan. • Terapi farmakologik Farmakoterapi untuk penderita artritis rheumatoid pada umumnya meliputi obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) untuk mengendalikan nyeri, glukokortikoid dosis rendah atau intraartikular dan DMARD. Pada decade terdahulu terapi farmakologik untuk artritis rheumatoid menggunakan pendekatan pyramid yaitu pemberian terapi untuk mengurangi gejala dimulai saat diagnosis ditegakkan dan perubahan dosis atau penambahan terapi hanya diberikan bila terjadi perburuka gejala. Tetapi saat ini pendekatan pyramid terbalik (reverse pyramid) lebih disukai, yaitu pemberian DMARD sedini mungkin untuk menghambat perburukan penyakit. Perubahan pendekatan ini merupakan hasil yang didapat dari beberapa penelitian yaitu : • Kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit • DMARD memberikan manfaat yang bermakna bila diberikan sedini mungkin • Manfaat DMARD bertambah bila diberikan secara kombinasi • Sejumlah DMARD yang baru sudah tersedia dan terbukti memberikan efek menguntungkan Komplikasi klinis • Anemia : Berkolerasi dengan LED dan aktivitas penyakit, 75% penderita artritis rheumatoid mengalami anemia karena penyakit kronik dan 25% penderita tersebut memberikan respon terhadap besi. • Kanker : Mungkin akibat sekunder dari terapi yang diberikan kejadian limfoma dan leukemia 2-3 kali lebih sering terjadi pada penderita artritis rheumatoid. Peningkatan resiko terjadinya tumor solid, penurunan risiko terjadinya kanker genitourinaria, diperkirakan karena penggunaan OAINS. • Komplikasi kardiak : 1/3 penderita artritis rheumatoid mungkin mengalami efusi pericardial asimptomatik saat diagnosis ditegakkan, miokarditis bisa terjadi, baik dengan atau tanpa gejala, blok atrioventrikular jarang ditemukan. • Penyakit tulang belakang : Bila melakuakn intubasi endotrakeal mungkin ditemukan hilangnya lordosis servikal dan berkurangnya lingkup gerak leher, subliksasi C4-C5 dan C5-C6, penyempitan celah sendi pada foto servikal lateral. Myelopati bisa terjadi yang ditandai oleh kelemahan bertahap pada ekstremitas atas dan parestesia. • Gangguan mata : Episkleritis jarang terang terjadi. • Pembentukan fistula : Terbentuknya sinus kutaneus dekat sendi yang terkena, terhubungnya bursa dengan kulit. • Peningkatan infeksi : Umumnya merupakan efek dari terapi artritis rheumatoid. • Deformitas sendi tangan : Deviasi ulnar pada sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere, deformitas swan neck, hiperekstensi dari ibu jari, dan peningkatan risiko rupture tendon. • Deformitas sendi lainnya : Beberapa kelainan yang bisa ditemukan antara lain frozen shoulder, kista popliteal, sindrom terowongan kapal dan tarsal. • Komplikasi pernafasan :Nodul baru bisa bersama-sama dengan kanker dan pembentukan lesi kavitas. Bisa ditemukan inflamasi pada sendi cricoarytenoid dengan gejala suara serak dan nyeri pada laring, pleritis ditemukan pada 20% penderita, fibrosis interstitial bisa ditandai dengan adanya ronki pada pemeriksaan fisik. • Nodul rheumatoid : ditemukan pada 20-35% penderita artritis rheumatoid, biasanya ditemukan pada permukaan ekstensor ekstremitas atau daerah penekanan lainnya, tetapi bisa juga ditemukan pada daerah sclera, pita suara, sacrum atau vertebra. • Vaskulitis : Bentuk kelainannya antara lain arteritis distal, perikarditis, neuropati perifer, lesi kutaneus, arteritis organ viscera dan arteritis koroner, terjadi peningkatan resiko pada penderita perempuan, titer RF (rheumatoid factor) yang tinggi, mendapat terapi steroid dan mendapat beberapa macam DMARD, berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya infark miokard. Prognosa Prediktor prognosis buruk pada stadium dini artritis rheumatoid antara lain skor fungsional yang rendah, status social ekonomi rendah, tingkat pendidikkan rendah, ada riwayat keluarga dekat menderita artritis rheumatoid, melibatkan banyak sendi, nilai LED tinggi saat permulaan penyakit, rheumatoid factor positif, ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul rheumatoid/manifestasi ekstraartikular lainnya. Sebanyak 30% penderita artritis rheumatoid dengan manifestasi penyakit berat tidak berhasil memenuhi criteria ACR (American college of rheumatology) walaupun sudah mendapat berbagai macam terapi. Sedangkan penderita dengan penyakit lebih ringan memberikan respon yang baik dengan terapi. KESIMPULAN Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial. Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata dan tanda-tanda peradangan sistemik. Biasanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi. Meskipun penderita artritis reumatoid jarang yang sampai menimbulkan kematian, namun apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gejala deformitas/cacat yang menetap. Meskipun prognose untuk kehidupan penderita tidak membahayakan, akan tetapi kesembuhan penyakit sukar tercapai. Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformitas. DAFTAR PUSTAKA • Mcphee.Stephen J,Ganong.William F.2005.Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis.EGC:Jakarta. • Sudoyo.Aru w.dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.Interna Publishing:Jakarta. • www.idi.wikipedia.org/wiki/Artritis_reumatoid • www.referensiartikelkedokteran.blogspot.com Thank you for your attention