0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan6 halaman
Gerakan demokrasi marak di Asia Barat pada abad ke-21. Di Timur Tengah, protes besar-besaran memaksa perubahan rezim di Mesir, Tunisia, dan negara lain. Namun, demokrasi masih goyah di banyak negara termasuk Indonesia dan negara-negara Timur Tengah pasca musim semi Arab.
Gerakan demokrasi marak di Asia Barat pada abad ke-21. Di Timur Tengah, protes besar-besaran memaksa perubahan rezim di Mesir, Tunisia, dan negara lain. Namun, demokrasi masih goyah di banyak negara termasuk Indonesia dan negara-negara Timur Tengah pasca musim semi Arab.
Gerakan demokrasi marak di Asia Barat pada abad ke-21. Di Timur Tengah, protes besar-besaran memaksa perubahan rezim di Mesir, Tunisia, dan negara lain. Namun, demokrasi masih goyah di banyak negara termasuk Indonesia dan negara-negara Timur Tengah pasca musim semi Arab.
. Pada abad ke-21, gerakan-gerakan demokrasi marak terjadi di berbagai belahan dunia. Di dunia Arab, serangkaian aksi protes besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya dilakukan oleh khalayak ramai di negara Mesir, Tunisia, Bahrain, Yaman, Yordania, Suriah, dan negara-negara lain di seluruh kawasan MENA (Middle East and North Africa, Timur Tengah dan Afrika Utara), guna menuntut hak-hak berdemokrasi. Gelombang revolusi ini diistilahkan dengan sebutan Efek Tunisia dan juga Musim Semi Arab. Otoritas Palestina juga mengambil tindakan sehubungan dengan permasalahan hak-hak berdemokrasi. . Di Iran, seusai pemilihan presiden yang bermasalah karena melibatkan korupsi, rakyat Iran menggelar serangkaian aksi protes secara besar- besaran untuk menuntut dilakukannya perubahan dan diberi hak-hak berdemokrasi (lihat aksi protes terhadap hasil pemilihan umum Iran 2009–2010 dan Aksi protes rakyat Iran 2011). Aksi invasi atas Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat pada 2003 bermuara pada penggulingan Saddam Hussein dan pembentukan sebuah konstitusi baru yang menjamin terselenggaranya pemilihan umum secara bebas dan terbuka. . Meski masa sejak akhir abad 20 silam dan awal abad 21 sekarang sering disebut banyak ahli demokrasi sebagai ‘abad demokrasi’, jelas demokrasi di banyak negara masih goyah. Hal ini terlihat terjadi bukan hanya di negara-negara yang sudah lebih satu dasawarsa mengadopsi demokrasi seperti Indonesia atau tengah dalam transisi menjadi demokrasi semacam negara-negara Arab yang sejak awal 2011 mengalami pembukaan demokrasi melalui ‘Arab Spring’ yang kelihatan hopeless. . Di beberapa negara Arab yang mengalami ‘Arab Spring’ sejak awal Januari 2011; mulai dari Tunisia, Mesir, Libya, Yaman sampai, Bahrain, Syria. Pada keempat negara yang disebut pertama, pembukaan demokrasi berhasil menumbangkan rezim-rezim otokratik yang berkuasa dalam jangka waktu lama. Sedangkan di Bahrain, gerakan pro-demokrasi ditumpas habis penguasa; sementara di Syria gerakan demokrasi berhadapan dengan kekuatan militer Presiden Bashar Assad yang berujung perang saudara yang terus berlanjut sampai , mengorbankan ratusan ribu tewas dan jutaan lainnya menjadi pengungsi. . Pembukaan demokrasi di Tunisia dan Mesir menghasilkan rezim-rezim Islamis. Kekuatan politik Islamis memenangkan Pemilu, dan kemudian menggunakan demokrasi untuk kepentingan dan agenda mereka sendiri. Hasilnya ketidakpuasan terus meningkat yang berujung pada pelengseran Presiden Mursi di Mesir untuk digantikan pemerintahan bentukan militer. seperti di Turki, demokrasi berjalan lebih baik, walaupun bukan tanpa banyak masalah. Di negara yang sering diharapkan menjadi ‘model’ bagi Dunia Muslim dalam hal sistem politik demokrasi, perkembangan yang terjadi belakangan ini tidak mencemaskan.