Anda di halaman 1dari 6

DEMOKRASI PADA

ABAD 21 DI ASIA
BARAT

• Erfina Wahyuningtyas 72
• Putri Istianatul K. 76
• Rizky Amaliyah 77

Pendidikan Sejarah 2018 B


.
Pada abad ke-21, gerakan-gerakan demokrasi marak
terjadi di berbagai belahan dunia. Di dunia Arab, serangkaian aksi
protes besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya
dilakukan oleh khalayak ramai di negara Mesir, Tunisia, Bahrain,
Yaman, Yordania, Suriah, dan negara-negara lain di seluruh
kawasan MENA (Middle East and North Africa, Timur Tengah dan
Afrika Utara), guna menuntut hak-hak berdemokrasi. Gelombang
revolusi ini diistilahkan dengan sebutan Efek Tunisia dan juga
Musim Semi Arab. Otoritas Palestina juga mengambil tindakan
sehubungan dengan permasalahan hak-hak berdemokrasi.
.
Di Iran, seusai pemilihan presiden yang
bermasalah karena melibatkan korupsi, rakyat Iran
menggelar serangkaian aksi protes secara besar-
besaran untuk menuntut dilakukannya perubahan dan
diberi hak-hak berdemokrasi (lihat aksi protes
terhadap hasil pemilihan umum Iran 2009–2010 dan
Aksi protes rakyat Iran 2011). Aksi invasi atas Irak yang
dipimpin oleh Amerika Serikat pada 2003 bermuara
pada penggulingan Saddam Hussein dan pembentukan
sebuah konstitusi baru yang menjamin
terselenggaranya pemilihan umum secara bebas dan
terbuka.
.
Meski masa sejak akhir abad 20 silam dan awal abad 21 sekarang
sering disebut banyak ahli demokrasi sebagai ‘abad demokrasi’,
jelas demokrasi di banyak negara masih goyah. Hal ini terlihat
terjadi bukan hanya di negara-negara yang sudah lebih satu
dasawarsa mengadopsi demokrasi seperti Indonesia atau tengah
dalam transisi menjadi demokrasi semacam negara-negara Arab
yang sejak awal 2011 mengalami pembukaan demokrasi melalui
‘Arab Spring’ yang kelihatan hopeless.
.
Di beberapa negara Arab yang mengalami ‘Arab
Spring’ sejak awal Januari 2011; mulai dari Tunisia,
Mesir, Libya, Yaman sampai, Bahrain, Syria. Pada
keempat negara yang disebut pertama, pembukaan
demokrasi berhasil menumbangkan rezim-rezim
otokratik yang berkuasa dalam jangka waktu lama.
Sedangkan di Bahrain, gerakan pro-demokrasi
ditumpas habis penguasa; sementara di Syria gerakan
demokrasi berhadapan dengan kekuatan militer
Presiden Bashar Assad yang berujung perang saudara
yang terus berlanjut sampai , mengorbankan ratusan
ribu tewas dan jutaan lainnya menjadi pengungsi.
.
Pembukaan demokrasi di Tunisia dan Mesir
menghasilkan rezim-rezim Islamis. Kekuatan politik Islamis
memenangkan Pemilu, dan kemudian menggunakan
demokrasi untuk kepentingan dan agenda mereka sendiri.
Hasilnya ketidakpuasan terus meningkat yang berujung
pada pelengseran Presiden Mursi di Mesir untuk digantikan
pemerintahan bentukan militer.
seperti di Turki, demokrasi berjalan lebih baik,
walaupun bukan tanpa banyak masalah. Di negara yang
sering diharapkan menjadi ‘model’ bagi Dunia Muslim
dalam hal sistem politik demokrasi, perkembangan yang
terjadi belakangan ini tidak mencemaskan.

Anda mungkin juga menyukai