Anda di halaman 1dari 29

Meningkatkan pengobatan pada

Pasien Geriatri
Dosen:
H.Zulkarni R,Ssi,MM,Apt
Diza Sartika,M.Farm,Apt

KELOMPOK III
JUWITA MEILANI (2905007)
HUSNUL FIJRIAH (2905008)
WELIYA FORENDA (2905009
0
Definisi Geriatri
• Geriatri adalah cabang • Pasien Geriatri adalah
ilmu kedokteran yang pasien lanjut usia dengan
mempelajari aspek multi penyakit dan/atau
kesehatan pada lanjut gangguan akibat
usia termasuk penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial,
pelayanan ekonomi dan lingkungan
kesehatannya dengan yang membutuhkan
mengkaji semua aspek pelayanan kesehatan
kesehatan berupa secara terpadu dengan
pencegahan, pendekatan multidisiplin
diagnosis, pengobatan, yang bekerja secara
dan rehabilitasi. interdisiplin.
Karakteristrik Pasien Geriatri
• Usia > 60 tahun
• Multipatologi
• Tampilan klinis tidak khas
• Fungsi organ menurun
• Gangguan status fungsional
• Gangguan nutrisi
Klasifikasi Geriatri

Menurut WHO, geriatri diklasifikasikan


menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Lansia (ederly): 60-75 tahun
2. Tua (old): 75-90 tahun
3. Sangat tua (very old): 90 tahun keatas
Perubahan Farmakokinetik
Pada Geriatri
• Absorpsi
Terjadi karena perlambatan aliran darah, kenaikan
PH lambung, dan penundaan pengosongan
lambung.
• Distribusi
Gangguan distribusi obat terjadi karna
pengurangan jumlah albumin, pengurangan total
air tubuh, dan kenaikan lemak tubuh.
• Metabolisme
Terjadi ketika perlambatan aliran darah
menuju hepar, penurunan fungsi hepar, dan
penurunan aktivitas enzim
• Ekskresi
Terjadi karena adanya perlambatan aliran
darah ke ginjal, perlambatan filtrasi
glomerulus, dan perlambatan sekresi tubular.
Perubahan farmakodinamik

Perubahan farmakodinamik dipengaruhi oleh


degenerasi reseptor obat di jaringan yang
mengakibatkan kualitas reseptor berubah atau
jumlah reseptornya berkurang.
Contoh:
 Nitrazepam: pada usia lanjut sensitivitas
terhadap nitrazepam meningkat.
Efek Penuaan Terhadap
Absorpsi Obat
 Berkurangnya penyerapan dan penurunan aliran darah splanknik
- Memperlambat absorpsi obat secara keseluruhan
 Peningkatan pH gaster akibat penurunan sekresi HCL dan sekret
gastrointestinal lainnya
- Mempengaruhi laju absorpsi obat melalui efeknya pada derajat
ionisasi obat asam atau basa lemah
 Perubahan motilitas gastrointestinal
- mengurangi/memperlambat absorpsi obat basa lemah
- Mempercepat absorpsi obat asam lemah
 Penurunan kecepatan pengosongan gaster
Efek Penuaan Pada
Distribusi Obat
Penurunan jumlah kandungan air total dalam tubuh, massa otot (lean
body massa), dan kadar albumin serum atau protein transporter
lainnya (alfa-glikoprotein)
- obat-obat polar memiliki Vd yang lebih kecil, seperti pada digoksin,
teofilin, dan cimetidin
- Obat nonpolar sebaliknya, memiliki Vd lebih besar, seperti
diazepam, tiopenton, lignokain dan klormetiazole
- Konsentrasi obat bebas dikompensasi oleh eliminasi yang lebih cepat
- Sebagian besar pasien geriatri tidak memiliki perubahan kadar
albumin serum, kecuali pada penyakit kronik stadium lanjut atau
malnutrisi berat
Peningkatan massa lemak
Efek penuaan pada
Metabolisme Obat
 Bergantung pada jalur metabolisme dan beberapa faktor lain (jenis
kelamin dan rokok)
 Fase awal metabolisme obat (oksidasi, reduksi dan hidrolisis)
mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Didapatkan juga
bahwa penurunan ini lebih menonjol terjadi pada laki-laki
 Fase kedua (biotransformasi, termasuk asetilasi dan glukuronidasi)
fase ini tidak terlalu mempengaruhi terhadap umur yang bertambah
 Kemampuan faktor lingkungan (terutama merokok) untuk menginduksi
enzim metabolisme obat ikut menurun
 Efek ini belum sepenuhnya dapat diprediksi dengan tepat sehingga
pasien geriatri dengan hasil tes fungsi liver yang baik belum tentu
metabolisme obat seefisien individu yang lebih muda
Efek penuaan pada Ekskresi Obat

• Fungsi ekskresi banyak dikaitkan dengan fungsi ginjal,


karena itu efek aging pada ekskresi lebih dapat
diperkirakan.
• Penurunan fungsi ginjal mempengaruhi
farmakokinetik obat-obat yang dieliminasi lebih
banyak oleh ginjal obat-obat ini dikeluarkan dari
tubuh lebih lambat, waktu paruh serta durasi aksinya
lebih panjang kecendrungan untuk terjadi akumulasi
menuju konsentrasi yang berpotensi toksik.
Pengaruh Penuaan Pada
Farmakodinamik Obat
 Interaksi farmakodinamik: perubahan efek obat tanpa adanya
perubahan kadar obat dalam plasma
 Mekanisme yang mendasari perubahan farmakodinamik
• Jumlah reseptor
• Afinitas reseptor
• Second messanger
 Respon selular dan nuklear Perubahan farmakodinamik
seiring usia: organ kardiovaskuler dan sistem saraf pusat
merupakan organ yang telah diketahui paling terpengaruhi
 Beberapa obat membutuhkan dosis yang lebih sedikit untuk
mencapai efek yang diinginkan, beberapa obat lain
sebaliknya
Contoh Interaksi Farmakodinamik

• Pasien geriatri lebih sensitif terhadap efek


benzodizepin, mis: kebutuhan dosis diazepam lebih
rendah dari pada dewasa muda
• Sensitifitas otak terhadap golongan opiat (Fentanil,
alfentanil)
• Thiazid + NSAID: pada ginjal efek diuretika
• ACE inhibitor + thiazid: dapat mencegah perubahan
kalium
Polifarmasi: Definisi dan Penyebab
Polifarmasi adalah meresepkan obat melebihi indikasi klinis,
pengobatan yang mencakup paling tidak satu obat yang tidak
perlu
Penyebab:
• penyakit yang diderita banyak dan kronis
• Obat diresepkan oleh beberapa dokter
• Kurangnya koordinasi dalam pengelolaan pasien
• Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas
• Pasien meminta resep
• Penambahan obat untuk menghilangkan efek samping
obat
Kerugian Akibat Polifarmasi
• Efek samping meningkat
• Bila timbul efek samping, sulit menentukan
penyebabnya dan mengacaukan antara gejala
penyakit yang dialami pasien dengan gejala yang
timbul akibat efek samping
• Interaksi obat yang merugikan pasien, baik
inkompatibilitas, pada farmakokinetik maupun
dinamik
• Meningkatkan biaya pengobatan pasien dengan
polifarmasi (obat tanpa indikasi yang jelas)
Pasien Geriatri

• Ulkus Dekubitus
Ulkus Dekubitus
• Ulkus dekubitus adalah kerusakan terlokalisasi di kulit dan jaringan
disebabkan oleh tekanan, gesekan, atau kombinasinya. Ulkus dekubitus
terbentuk karena kerusakan jaringan lunak sebagai akibat kompresi
antara penonjolan tulang dan permukaan eksternal. Kelembaban yang
berasal dari eksudat luka atau urin atau inkontinensia feses, makin
memperburuk kerusakan pada jaringan
• Pembersihan luka harus dilakukan dengan lembut untuk mengurangi
gesekan pada jaringan yang mengalami penyembuhan. Irigasi luka
dilakukan dengan larutan normal saline dengan menggunakan spuit,
jarum dan angiokateter.
• Penanganan nyeri karena ulkus dekubitus meliputi terapi kombinasi
yang terdiri dari penanganan konservatif, obat-obatan dan perawatan
luka yang tepat. Obat-obatan seperti relaksan otot diberikan untuk
mengurangi spasme otot pada area ulserasi. Tiga puluh menit sebelum
debridement ulkus dapat diberikan anastesi topikal krim lidokain-
prilokain untuk mengurangi nyeri saat dilakukan perawatan luka.
Pedoman Tatalaksana Pelayanan
Farmasi Untuk Pasien Geriatri
PEDOMAN KERJA TIM TENAGA KESEHATAN
Tujuan: Terciptanya suatu tim terpadu dengan konsep
interdisiplin dalam penanganan pasien geriatri.
Memerlukan kinerja yang efektif melalui sebuah Tim
Tenaga Kesehatan. Tim Tenaga Kesehatan yang bekerja di
rumah sakit harus memahami bahwa hasil kerja yang
diharapkan senantiasa berorientasi kepada pasien dan dalam
mencapainya tidak terjebak ke dalam persaingan antar
disiplin ilmu yang terkait. dalam tim yang bekerja dengan
menerapkan konsep interdisiplin dibutuhkan pemahaman
yang mendalam perihal aturan yang disepakati bersama,
koordinasi dan batas otoritas untuk menyampaikan
ekspertise keilmuan masing-masing.
Pedoman Peresepan

• Tujuan: Pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan


indikasi klinik, efektif, aman dan mudah untuk dipatuhi
• Pada pasien geriatri diperlukan pertimbangan akan
kebutuhan, indikasi, kontraindikasi dan keperluan serta
tujuan pengobatan menjadi penting. Tujuan pengobatan
tidak selalu harus berdasarkan sudut pandang dokter,
namun selain penemuan obyektif, perlu pula diingat akan
pentingnya pendapat pasien dan keluarga tentang tujuan
pengobatan sebelum dokter memutuskan memberikan
rejimen pengobatan.
Langkah Praktis Memantau
Pasien Geriatri
• Mencatat semua obat yang dipakai (resep dan nonresep, termasuk
jamu)
• Mengenali nama generik dan golongan obat
• Mengenali indikasi klinik untuk setiap obat
• Mengetahui profil efek samping setiap obat
• Mengenali faktor risiko sesuatu efek yang tak terduga (misalnya
interaksi)
• Menyederhanakan rejimen pengobatan
• Menghentikan pemberian obat tanpa manfaat penyembuhan
• Menghentikan pemberian obat tanpa indikasi klinik dengan obat yang
lebih aman, bila perlu
• Tidak menangani efek tak terduga suatu obat dengan obat lagi
• Menggunakan obat tunggal bila cara pemberiannya tidak sering
• Membiasakan untuk melakukan evaluasi daftar obat secara berkala
Pedoman Memantau
Ulang Rejimen Obat
Tujuan: Memastikan bahwa rejimen obat diberikan sesuai dengan indikasi
kliniknya, mencegah atau meminimalkan efek yang merugikan akibat
penggunaan obat dan mengevaluasi kepatuhan pasien dalam mengikuti rejimen
pengobatan.
Kriteria pasien yang mendapat prioritas untuk dilakukan pemantauan ulang
rejimen obat:
1. Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih dalam sehari
2. Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat yang
berisiko tinggi untuk mengalami efek samping yang serius
3. Menderita tiga penyakit atau lebih
4. Mengalami gangguan kognitif, atau tinggal sendiri
5. Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan
6. Akan pulang dari perawatan di rumah sakit
7. Berobat pada banyak dokter
8. Mengalami efek samping yang serius, alergi
Tatalaksana Pemantauan
Ulang Rejimen Obat
 Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki
pengetahuan tentang prinsip-prinsip farmakoterapi geriatri dan
ketrampilan yang memadai.
 Melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat pasien:
• Meminta pasien untuk memperlihatkan semua obat yang sedang
digunakannya.
• Menanyakan mengenai semua obat yang sedang digunakan pasien,
meliputi: obat resep, obat bebas, obat tradisional/jamu, obat
suplemen.
• Aspek-aspek yang ditanyakan meliputi: nama obat, frekuensi, cara
penggunaan dan alasan penggunaan.
• Melakukan cek silang antara informasi yang diberikan pasien
dengan data yang ada di catatan medis, catatan pemberian obat dan
hasil pemeriksaan terhadap obat yang diperlihatkan pasien
• Memisahkan obat-obat yang seharusnya tidak
digunakan lagi oleh pasien.
• Menanyakan mengenai efek yang dirasakan oleh pasien,
baik efek terapi maupun efek samping.
• Mencatat semua informasi di atas pada formulir
pengambilan riwayat penggunaan obat pasien.
 Meneliti obat-obat yang baru diresepkan dokter.
 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat (lihat lampiran daftar masalah yang
berkaitan dengan penggunaan obat)
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk masalah yang
teridentifikasi: Contoh: menghubungi dokter dan
meminta penjelasan mengenai pemberian obat yang
indikasinya tidak jelas.
Pedoman Penyiapan Dan
Pemberian Obat

Tujuan: Pasien mendapatkan obat yang tepat dengan


mutu baik, dosis yang tepat, pada waktu yang tepat dan
untuk durasi yang tepat.
Tatalaksana penyiapan dan pemberian obat:
a. Menerima resep/instruksi pengobatan
b. Meneliti kelengkapan dan kebenaran resep/instruksi
pengobatan dari aspek administratif, farmasetik dan
klinik.
Tatalaksana pemantauan
penggunaan obat
 Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang
patofisiologi, terutama pada pasien geriatri, prinsip-prinsip farmakoterapi
geriatri, cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
diagnostik yang berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan
berkomunikasi yang memadai.
 Mengumpulkan data pasien, yang meliputi:
• Deskripsi pasien (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, nama ruang rawat/poliklinik, nomor registrasi)
• Riwayat penyakit terdahulu - Riwayat penggunaan obat (termasuk
riwayat alergi penggunaan obat non resep)
• Riwayat keluarga dan sosial yang berkaitan dengan penyakit dan
penggunaan obat.
• Data hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik -
Masalah medis yang diderita pasien - Data obat-obat yang sedang
digunakan oleh pasien
 Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya
mengidentifikasi adanya masalah-masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat (lihat lampiran daftar masalah yang
berkaitan dengan penggunaan obat)
 Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain
mengenai penyelesaian masalah yang teridentifikasi.
 Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat
pada formulir yang dibuat khusus.
Pedoman Pemberian
Informasi Dan Edukasi
Tujuan: Pasien/keluarga memahami penjelasan yang diberikan,
memahami pentingnya mengikuti rejimen pengobatan yang telah
ditetapkan sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk berperan
aktif dalam menjalani terapi obat.
Tatalaksana pemberian informasi dan edukasi:
 Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki
pengetahuan tentang prinsip-prinsip gerontologi dan
farmakoterapi geriatri, memiliki rasa empati dan ketrampilan
berkomunikasi secara efektif.
 Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap
muka dan berjalan secara interaktif, dimana kegiatan ini bisa
dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang atau ketika
datang kembali untuk berobat
 Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat
pasien/keluarga merasa nyaman dan bebas, antara lain:
• Dilakukan dalam ruang khusus atau yang dapat menjamin
privacy.
• Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk
kenyamanan mereka.
• Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain hendaknya
tidak menghambat komunikasi.
• Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi
(contoh: apoteker menerima telepon atau mengerjakan pekerjaan
lain)
 Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi,
maka pemberian informasi dan edukasi dapat disampaikan
kepada keluarga/pendamping pasien.
 Apoteker perlu membina hubungan yang baik dengan
pasien/keluarga agar tercipta rasa percaya terhadap peran
apoteker dalam membantu mereka.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai