Anda di halaman 1dari 32

CASE REPORT STUDY

“PREKOMA HEPATIKUM”

OLEH :
R A N I N O V I A , S . FA R M 29 05 001
A U L I A M A I Z O R A , S . FA R M 29 05 006
J U W I TA M E I L A N I , S . FA R M 29 05 007
V E L L A L O V E Z T, S . FA R M 29 05
011
P R E S E P TO R I P R E S E P TO R I I
DR. SRI ANGRAENI, SP. PD LORA SOMISKO, S. FARM, APT
Prekoma Hepatikum
(Ensefalopati Hepatikum)

E N S E FA LO PAT I H E PAT I K ( E H ) M E R U PA K A N
S I N D R O M N E U R O P S I K I AT R I YA N G D A PAT
T E R JA D I PA D A P E N YA K I T H AT I A K U T D A N
K R O N I K B E R AT D E N G A N B E R A G A M
M A N I F E S TA S I , M U L A I D A R I R I N G A N H I N G G A
B E R AT,
penur
gangg unan
perub uan kesad
ahan intele aran
perila ktual
TINGKAT KESADARAN

Compos mentis • Kesadaan normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua


(conscious) pertanyaan tentang keadaan sekeliling

• Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan


Apatis sekitarnya, sikap acuh tak acuh

• Gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu) memberontak,


Delirium berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal

• Kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah


Somnolen tertidur, kesadaran dirangsang,

• Keadaan seperti tertidur lelah, tetapi ada respon terhadap


Stupor (1/2 koma) nyeri

• Tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap


Coma rangsangan apapun
Pemeriksaan
Penunjang

EEG
Urin dan tinja CT Scan pada
Hematologi: Biokimia darah (Elektroensefalogr Pungsi lumbal
rutin kepala ,
afi)

Uji faal hati : trasaminase,


Hemoglobin, hematokrit, hitung
billirubin, elektroforesis
lekosit-eritrosit-trombosit,
protein, kolestrol, fosfatase
hitung jenis lekosit.
alkali.

b. Uji faal ginjal : Urea


faal pembekuan
nitrogen (BNU), kreatinin
darah.
serum.

c. Kadar amonia darah.

d. Atas indikasi : HbsAg,


anti-HCV,AFP, elektrolit,
analisis gas darah.
SIROSIS HATI

( SIROSIS HEPATIS )
Sirosis Hepatis

S TA D I U M A K H I R P E N YA K I T H AT I M E N A H U N
D I M A N A S E C A R A A N ATO M I S D I D A PAT K A N P R O S E S
FIBROSIS DENGAN PEMBENTUKAN NODUL
REGENERASI DAN NEKROSIS.

S I R O S I S H E PAT I S D I TA N D A I D E N G A N A D A N YA
P E M B E N T U K A N JA R I N G A N I K AT D I S E R TA I N O D U L .
B I A S A N YA D I M U L A I D E N G A N A D A N YA P R O S E S
P E R A D A N G A N N E K R O S I S S E L H AT I YA N G L U A S ,
P E M B E N T U K A N JA R I N G A N I K AT, D A N U S A H A
REGENERASI NODUL
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :

Sirosis hati Sirosis hati


kompensata. Dekompensata
• belum terlihat • gejala-gejala
gejala-gejala yang sudah jelas,
nyata. Biasanya misalnya : ascites,
stadium ini edema dan
ditemukan pada ikterus.
saat pemeriksaan
screening.
Penatalaksanaan

Pengobatan yang
spesifik dari
Pengobatan
sirosis hati akan
Simtomatis Supportif, yaitu : berdasarkan
diberikan jika
etiologi
telah terjadi
komplikasi seperti

1. Asites
a. Istirahat
yang cukup
2. Spontaneous
bacterial
akibat infeksi peritonitis
virus C :
interferon
3. Hepatorenal
b. Pengaturan syndrome
makanan yang
cukup dan
seimbang 4.
Ensefalophaty
hepatic
Pemeriksaan Penunjang Sirosis Hepatis

Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia.

Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak. Namun, tidak meningkat
pada sirosis inaktif.

Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.

Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.

masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.

pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati membentuk
glikogen.

Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti HBsAg,
HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.

Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila AFP terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah terjadi
transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
Perdarahan
Komplikasi Sirosis
Gastrointestinal
Hepatis Koma
hepatikum

Ulkus peptikum

Karsinoma
hepatoselular
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien

Data Umum

Nama Pasien Tn. ES

Jenis Kelamin Laki-laki

Umur 58 tahun 8 bulan

Agama Islam

Alamat Kayu Tanam

Pekerjaan Wiraswasta

Ruangan Interne

Mulai Perawatan 02 November 2019


Keluar RS Dalam Keadaan Meninggal tanggal 9
November 2019
Riwayat Penyakit

Keluhan utama • Penurunan Kesadaran 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit

• Penurunan Kesadaran 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit


Riwayat penyakit • Mual dan muntah
sekarang • Pasien riwayat penyakit hati dan gula

Riwayat penyakit •-
terdahulu

Riwayat penyakit • Penyakit gula dan Tekanan darah tinggi


keluarga
Pemeriksaan Fisik : Tanda vital

Keadaan umum • Berat

Kesadaran • Samnolen
Tekanan darah • 150/90 mmHg
Nadi • 86 x/menit
Pernafasan • 20 x/menit
Suhu • 37,8 oC
Status Generalis

No Pemeriksaan Hasil Keterangan

1 Kepala Tidak ada kelainan Normal

2 Mata Isterik (+) Tidak Normal

3 THT Tidak ada kelainan Normal

4 Leher Tidak ada kelainan Normal

5 Mulut Tidak ada kelainan Normal

6 Thorax Spider naevi (+) Tidak Normal

7 Abdomen Asites (+) Tidak Normal

8 Urogenital Tidak ada kelainan Normal

9 Ekstremitas Edema + / + Normal

10 Kulit Tidak ada kelainan Normal


Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Hb 11,4 g/dl 14 – 16 g/dL Rendah

Leukosit 8.510 /µL 5000 – 10000 /µL Normal

Hematokrit 31 % 40-48 % ( laki-laki ) Normal


Trombosit /platelet 89.000 /µL 150 – 400.103/µL Rendah
Gula Darah Sewaktu 206 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi
Kreatinin 1,8 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL Tinggi
Ureum 31 mg/dL 13-43 mg/dL Normal
Kalsium mg/dL 8,1-10,4 mg/dL Rendah
Natrium 133 mEq/L 135-148 mEq/L Rendah
Kalium 4,4 mEq/L 3,5-5,5 mEq/L Normal
Klorida 101 mEq/L 98-107 mEq/L Normal
SGOT 80 U/L <40 U/L Tinggi
SGPT 64 U/L <40 U/L Tinggi
Diagnosis

Diagnosa • Prekoma Hepatik ec sirosis


hepatis post nekrotik stadium
utama : dekompensata

• Diabetes Mellitus tipe 2


Diagnosa • Trombositopen ec Sirosis hepatis.
Sekunder : • Acute Kidney Injury
Penatalaksanaan

Terapi di IGD

IVFD RL 12 jam/kolf

Inj. Ondansetron 2x1 (IV)

Inj. Omeprazol 2x1 (IV)

Metformin 3 x 500 mg (PO)

Paracetamol 3 x 500 mg (PO)

Sukralfat syr 3x1 cth (PO)


Followup
Tanggal S O A P
02 November 2019 - Muntah 10x hari ini - TD 150/90 mmHg - Vamitus dehidrasi - IVFD RL 12 jam/kolf
08.00 - Muntah tiap x - N : 86x/ mnt ringan-sedang - Inj. Ondansetron 2x1 (IV)
makan - R : 20x/ mnt - Sirosis hepatitis - Inj. Omeprazol 2x1 (IV)
- Mual - S : 37,8 °C - Trombositopen - Metformin 3 x 500 mg (PO)
- Nyeri perut - Ur : 31 - DM Tipe 2 - Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
- Mencret - Cr : 1,8
- Letih
03 November 2019 - Gelisah - Ks : Samnolen - - IVFD Comafusin hepar : RL = 1:1
15.00 - Ngantuk dari sore - TD: 140/74 mmHg 12J/kolf
- Penurunan - Levodopa 3x1
kesadaran dari - Inj. Ceftriaxon 1x2gr (IV)
malam - Sistenol 3x500 mg
- Propanolol 1x10 mg
- Spironolakton 2x100 mg
04 November 2019 - Somnolen - TD: 105/69 mmHg - Prekoma hepatikum - IVFD Comafusin hepar : RL = 1:1
08.00 - gelisah - GDS : 233 ec SH post Nekrotik 12J/Kolf
- DM Tipe 2 - Levodopa 3x1
- Inj Ceftriaxon 1x2gr (IV)
- Sistenol 3x500 mg
- Propanolol 1x10 mg
- Spironolakton 2x100mg
- Inj Ondansetron 2x1 (IV)
- Inj Lansoprazol 2x1 (IV)
- Metformin 3x500
- Sukralfat syr 3x1 cth
- Somnolen - TD: 140/80 - Ganguan - Sistenol 3x500 mg
- Kontak mulai mmHg perfusi
membaik - Ur : 115 jaringan
- cr: 1,2 Perifer
- Hb : 10,1 - Prekoma
- Leuko : 8.620 hepatikum
- Tro: 70.000 - Sirosis
- Na : 133 hepatitis
- K : 4.6 - DM Tipe 2
- Cl : 107

- Pasien Letih TD 130/75 mmHg → - Ganguan perfusi - Inj omeprazol 2x1 (IV)
- Pasien sudah mau 88/60 mmHg jaringan Perifer - Inj Ceftriaxon 1x2 gr (IV)
makan - Prekoma - Cefixim 2x100
- Diet diberikan hepatikum
secara NGT & Oral - Sirosis hepatitis
sedikit-sedikit - DM Tipe 2
AKI

- BAB hitam - TD 120/70 - Prekoma - Inj kalnex 3x500 (IV)


hepatikum - Inj vit K 3x1 (IV)
- Sirosis hepatitis - Inj Lansoprazol 2x3 (IV)
- DM Tipe 2 - Inj omeprazol (IV)
- AKI
08 November 2019 - Gelisah - TD 158/80 - Prekoma - Gliquidon
08.00 - BAB hitam mmHg hepatikum
- GDS 343 - Sirosis hepatitis
- Melena ec
Varises Esofagus
- AKI

13.00 - Samnolen - TD 90/50 mmHg - Prekoma hepatikum - Pindah ICU


- Sesak - Nd : 120 - Sirosis hepatitis
- R :30x - Melena ec Varises
- SpO2 : 60% Esofagus
- AKI

14.00 - Pola nafas tidak - TD 87/43 mmHg - Prekoma hepatikum - NaCl 0,9%
efektif - Ht: 38% - Sirosis hepatitis - Drip forhepar 4 amp12 j/kolf
- Penurunan curah - Gcs: E1V4V1 - Melena ec pecah - IVFD comafusin
jantung - SpO2 : 67% Varises Esofagus - Cefotaxim 3x1gr (IV)
- DM Tipe 2 - Albumin 20%
09 November 2019 - TD 84/41 vascon
22.00 ↑ 0,8 micro

22.45 - TD 79/31 vascon ↑


1 micro
00… - TD 99/39
- Hr: 82%
- R: 34%
- SPO2: 54%
01… - TD: 88/37
- Hr: 80%
- R: 34%
- SPO2: 48%
02… - TD: 88/35
- Hr: 88%
- R: 40%
- SPO2: 48%
03… - TD: 84/31
- Hr: 81%
- R: 40%
- SPO2: 46%
04… - TD: 66/28
- Hr: 67%
- R: 40%
- SPO2: 45%
04.35 - TD: 53/17
- Hr: 30%
04.45 - Pupil medriasi max - TD tidak terukur Pasien dinyatakan meninggal oleh dokter
- Akral dingin - Nadi tidak terukur dihadapan keluarga dan perawat
- Henti nafas
AnalisaTerapi
Tanggal Pemberian Obat
3/11 4/11 5/11 6/11 7/11
No Nama
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M
Dagang/ Frekuensi Rute
O O O O O
Generik
1 IVFD Comafusin hepar : 12 jam/kolf IV
RL jam/kolf
2 Levodopa x13 PO √
3 Inj Ceftriaxon 1x2 IV √ √ √ √
4 Sistenol 3 x 500 PO √ √ √ √
5 Propanolol 1 x 10 PO √ √ √
6 Spironolakton 2 x 100 PO √ √ √ √ √ √
7 Inj Ondansetron 2x1 IV √ √ √
8 omeprazol 2x1 NGT √ √ √ √

9 Metformin 3 x 500 PO √ √ √ √ √ √ √
10 Drip 4 amp L-aspartate 3x1 cth IV
0,9%
11 Inj Vit K 3x1 IV √ √
12 Cefixim 2x100 PO √
13 Inj Kalnex 3x500 IV
14 Inj Lansoprazol 2x3 IV
DRP ( Drug Related Problem)

Chec
N Drug Therapy
k Rekomendasi
o Problem
List
1 Terapi obat yang - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan kondisi medis.
tidak diperlukan

Terdapat terapi Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi


tanpa indikasi -
medis
Pasien Pasien tidak ada mendapatkan terapi yang tidak diperlukan. Terapi yang
mendapatkan diberikan sesuai dengan indikasi yang diderita pasien.
terapi tambahan -
yang tidak
diperlukan
Pasien masih Pasien tidak dapat memungkinkan menjalani terapi non farmakologi.
memungkinkan
menjalani terapi -
non farmakologi
Terdapat duplikasi terapi Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda.
1. Ondansetron : menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) berikatan
pada reseptornya yang ada di CTZ (chemoreseceptor trigger zone) dan di saluran cerna.
2. Omeprazol : untuk mengatasi gangguan lambung, seperti penyakit asam lambung dan tukak
lambung.
3. Metformin (gol. Biguanida) bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan (ISO FARMAKOTERAPI)
4. Paracetamol bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh
dan bekerja menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri ringa-sedang.
5. Sukralfat mekanisme kerja berupa pelepasan kutub alumunium hidroksida yang berikatan
dengan kutub positif melekul proteinàlapisan fisikokemikal pada dasar tukakàmelindungi tukak
dari asam dan pepsin. Membantu sintesa prostaglandin, kerjasama dengan EGF ,menambah
sekresi bikarbonat &mukus, peningkatan daya pertahanan dan perbaikan mukosa.
6. Comafusin digunakan nutrisi parenteral essensial untuk mengembaliakn keadaan pra koma/
koma hepatikum pada pasien (ISO 47).
7. Medopar (levodopa dan benserazide) digunakan untuk penyakit parkinson dan gejala
parkinsonisme (ISO 47)
8. Ceftriaxon menghambat sintesis mucopeptide di dinding sel bakteri.
9. Sistenol (paracetamol dan N asetilsistein) digunakan untuk : demam, sakit kepala dan kondidi
nyeri ringan sampai sedang, sebagai mukolitik (ISO 47
10. Propranolol merupakan penghambat reseptor β1 dan β2. Propranolol menghambat agonis β
- secara kompetitif dan berikatan dengan reseptor β1 dan β2, sehingga efek kronotropik,
inotropik, dan respon vasodilator dari stimulasi β-adrenergik menurun. Hal ini menyebabkan
penurunan denyut jantung, kontraktilitas miokardial, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen
miokard.
11. Spirola (spironilacton) Secara kompetitif menghambat kerja aldosteron yang menginduksi
reabsorpsi ion natrium dan dan sekresi ion kalium pada tubuli distal ginjal. Sehingga cairan
ascites dapat dikeluarkan.
12. Ornispar (L.ornithia Laspartate) digunakan untuk menurunkan kadar amonia plasma pada
hiperamonemia yang diakibatkan penyakit hati akut dan kronik seperti sirosis hepatik,
perlemakan hati, hepatitis. Terapi gangguan kesadaran prekoma atau komplikasi neurologis
(ensfalopati hepatik) (ISO FARMAKOTERAPI)
13. Cefixime Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan pada satu atau lebih ikatan
protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap
transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis
dinding sel.
14. Vitamin K merupakan vitamin yang digunakan sebagai anti oendarahan akibat varises
esophagus
15. Lansoprazole golongan PPI mekanisme kerja adalah memblokir kerja enzim K+H+ATPase yang
akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCL
dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
16. Kalnex (asam traneksamat) digunakan untuk membantu menghentikan pendarahan.
17. Glikuidon (sulfoniurea) bekerja merangsang sekresi insulin pada pankreas sehingga hanya
efeketif bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi (ISO FARMAKOTERAPI)
Pasien mendapat
penanganan terhadap
efek samping yang Pasien tidak mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya dapat
-
seharusnya dapat dicegah.
dicegah.

2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat Bentuk sediaan telah disesuaikan dengan kondisi pasien :
1. IVFD RL : injeksi intravena
2. Ondansetron : tablet peroral
3. Omeprazol : injeksi intravena
4. Metformin : tablet peroral
5. Paracetamol : tablet peroral
6. Sukralfat : syrup peroral
7. Comafusin : injeksi intravena
8. Medopar : tablet dispersible peroral
9. Ceftriaxon : injeksi Intravena
10. Sistenol : tablet
11. Propanolol : tablet
- 12. Spirunolakton : tablet peroral
13. L ornithia L aspharta : ampul
14. Cefixime : injeksi intravena
15. Vitamin K : injeksi intravena
16. Lansoprazole : injeksi intravena
17. asam traneksamat : ampul
18. Glikuidon : tablet
Terdapat kontra Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan. Kontra
-
indikasi indikasi dari obat yaitu :
Kondisi pasien tidak Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan oleh obat dan menyebabkan kematian pada
dapat Ya pasien.
disembuhkan oleh obat
Obat tidak Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi
diindikasikan untuk -
kondisi pasien
Terdapat obat lain yang Pasien tidak ada mendapatkan terapi yang tidak diperlukan. Terapi yang diberikan sesuai
-
lebih efektif dengan indikasi yang diderita pasien.
3 Dosis tidak tepat Pasien tidak dapat memungkinkan menjalani terapi non farmakologi.
Dosis terlalu rendah Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda.
Dosis terlalu tinggi -
Frekuensi penggunaan Frekuensi penggunaan obat yang diberikan sudah sesuai
tidak tepat 12
1. Comafusin hepar
3 x sehari
2. Madopar
1 x 2 sehari
3. Ceftriaxon
4. Sistenol 3 x sehari
5. Propanolol 1 x sehari
6. Spirola (spirunolakton) 2 x sehari
7. Ondansetron 2 x sehari
-
8. Omeprazole 3 x sehari
9. Metformin 4 ampul dalam NaCl
10. Ornispar (L ornithia L aspartha)
3 x sehari
11. Vitamin K
3 x sehari
12. Sistenol (Paracetamol dan N acethil cystein)
13. Cefixime 2 x sehari
14. Kalnex 3 x sehari
15. Lansoprazole 2 x sehari
Penyimpanan tidak Proses penyimpanan obat sudah diletakan pada tempat yang sesuai pada
tepat tempatnya. Dimana obat disimpan dalam tempat obat pasien. Menurut AHFS
1. Comafusin hepar : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas
dan cahaya langsung.
2. Madopar: Simpan ditempat yang kering dan terlindung dari cahaya
3. Ceftriaxon : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
4. Sistenol : Simpan obat di temperature ruangan
5. Propanolol: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
6. Spironalakton: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
7. Ondansetron : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
cahaya langsung.
8. Omeprazole : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
-
kelembaban.
9. Metformin : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
10. Ornispar: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan cahaya
langsung.
11. Vitamin k: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
12. Sistenol: Simpan obat di temperature ruangan
13. Cefixime : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
14. Kalnex: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan cahaya
langsung.
15. Lansoprazol: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
Administrasi obat Administrasi sudah tepat.
tidak tepat 1. Comafusin hepar : IV
2. Madopar : NGT
3. Ceftriaxon : IV
4. Sistenol : NGT
5. Propanolol : NGT
6. Spirola : NGT
7. Ondansetron : IV
- 8. Omeprazole : NGT
9. Metformin : NGT
10. Ornispar : Ampul
11. Vitamin k : IV
12. Cefixime : peroral
13. Kalnex : IV
14. Lansoprazole : IV

Terdapat interaksi obat  Tanggal : 03/11-2019

Jam : 01.30
Metformin + ondansetron = meningkatkan kadar metformin (medscape) =
monitoring/perhatian.
Jam : 11.00
Propanolol + spirola = meningkatkan kalium serum (medscape) = ubah terapi/monitor erat.
 Tanggal : 04/11-19
Ya
Jam : 11.00
Metformin + ondansetron = meningkatkan kadar metformin (medscape) =
monitoring/perhatian.
Sucralfat + lansopraole = sucralfat menurunkan kadar lansopraole dengan menghambat
penyerapan GI.
4 Reaksi yang tidak
diinginkan
Obat tidak aman untuk Obat yang diberikan aman digunakan pasien. Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan
pasien dosis yang tepat untuk pasien Adapun dosis yang diberikan adalah :
-

Terjadi reaksi alergi Tidak ada masalah, Pasien tidak ada yang riwayat alergi, sehingga obat aman digunakan.
- Terapi yang diberikan pada pasien tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada pasien.

Terjadi interaksi obat Tidak terjadi interaksi obat .


-

Dosis obat dinaikkan atau Tidak terdapat peningkatan dan penurunan dosis pada terapi pasien, dosis terapi yang diberikan
diturunkan terlalu cepat pasien telah tepat dan disesuaikan dengan kondisi medis pasien

Muncul efek yang tidak


- Menurut pengamatan tidak muncul efek yang tidak diinginkan selama pemberian terapi.
diinginkan
Administrasi obat yang Administrasi sudah tepat.
-
tidak tepat
5 Ketidak sesuaian
kepatuhan pasien
Obat tidak tersedia Tidak ada masalah untuk penyediaan obat pasien. Semua obat yang dibutuhkan pasien telah tersedia
-
di apotek rumah sakit
Pasien tidak mampu
- Pasien mampu menyediakan obat
menyediakan Obat
Pasien tidak bisa menelan
Pasien mampu menelan obat dalam bentuk tablet.
atau menggunakan obat -
Saat prekoma pasien tidak mampu menelan obat, obat diberikan dalam bentuk injeksi IV dan NGT

Pasien tidak mengerti


intruksi Ya Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan oba dan dijelaskan kepada keluarga pasien.
penggunaan obat
Pasein tidak patuh atau
memilih Pasien patuh menggunakan obat. Obat-obatan untuk pasien rawat inap disediakan dalam bentuk UD
untuk tidak menggunakan untuk pemakaian 1 kali pakai, sehingga ketidak patuhan pada pasien dapat teratasi.
obat -
6 Pasien
membutuhkan
terapi tambahan

Terdapat kondisi yang Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi, karena obat yang digunakan telah
tidak diterapi - tepat untuk terapi penyakit

Pasien membutuhkan Terapi obat yang diberikan telah sinergis sehingga tidak perlukan lagi terapi lain.
obat lain yang sinergis -

Pasien membutuhkan Pasien telah mendapatkan pengobatan profilaksis terhadap kondisinya sehingga tidak
terapi profilaksis - perlu diberikan terapi tambahan.

Anda mungkin juga menyukai