“PREKOMA HEPATIKUM”
OLEH :
R A N I N O V I A , S . FA R M 29 05 001
A U L I A M A I Z O R A , S . FA R M 29 05 006
J U W I TA M E I L A N I , S . FA R M 29 05 007
V E L L A L O V E Z T, S . FA R M 29 05
011
P R E S E P TO R I P R E S E P TO R I I
DR. SRI ANGRAENI, SP. PD LORA SOMISKO, S. FARM, APT
Prekoma Hepatikum
(Ensefalopati Hepatikum)
E N S E FA LO PAT I H E PAT I K ( E H ) M E R U PA K A N
S I N D R O M N E U R O P S I K I AT R I YA N G D A PAT
T E R JA D I PA D A P E N YA K I T H AT I A K U T D A N
K R O N I K B E R AT D E N G A N B E R A G A M
M A N I F E S TA S I , M U L A I D A R I R I N G A N H I N G G A
B E R AT,
penur
gangg unan
perub uan kesad
ahan intele aran
perila ktual
TINGKAT KESADARAN
EEG
Urin dan tinja CT Scan pada
Hematologi: Biokimia darah (Elektroensefalogr Pungsi lumbal
rutin kepala ,
afi)
( SIROSIS HEPATIS )
Sirosis Hepatis
S TA D I U M A K H I R P E N YA K I T H AT I M E N A H U N
D I M A N A S E C A R A A N ATO M I S D I D A PAT K A N P R O S E S
FIBROSIS DENGAN PEMBENTUKAN NODUL
REGENERASI DAN NEKROSIS.
S I R O S I S H E PAT I S D I TA N D A I D E N G A N A D A N YA
P E M B E N T U K A N JA R I N G A N I K AT D I S E R TA I N O D U L .
B I A S A N YA D I M U L A I D E N G A N A D A N YA P R O S E S
P E R A D A N G A N N E K R O S I S S E L H AT I YA N G L U A S ,
P E M B E N T U K A N JA R I N G A N I K AT, D A N U S A H A
REGENERASI NODUL
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
Pengobatan yang
spesifik dari
Pengobatan
sirosis hati akan
Simtomatis Supportif, yaitu : berdasarkan
diberikan jika
etiologi
telah terjadi
komplikasi seperti
1. Asites
a. Istirahat
yang cukup
2. Spontaneous
bacterial
akibat infeksi peritonitis
virus C :
interferon
3. Hepatorenal
b. Pengaturan syndrome
makanan yang
cukup dan
seimbang 4.
Ensefalophaty
hepatic
Pemeriksaan Penunjang Sirosis Hepatis
Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia.
Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak. Namun, tidak meningkat
pada sirosis inaktif.
Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati membentuk
glikogen.
Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti HBsAg,
HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila AFP terus meninggi atau >500-1.000 berarti telah terjadi
transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati primer (hepatoma).
Perdarahan
Komplikasi Sirosis
Gastrointestinal
Hepatis Koma
hepatikum
Ulkus peptikum
Karsinoma
hepatoselular
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Data Umum
Agama Islam
Pekerjaan Wiraswasta
Ruangan Interne
Riwayat penyakit •-
terdahulu
Kesadaran • Samnolen
Tekanan darah • 150/90 mmHg
Nadi • 86 x/menit
Pernafasan • 20 x/menit
Suhu • 37,8 oC
Status Generalis
Terapi di IGD
IVFD RL 12 jam/kolf
- Pasien Letih TD 130/75 mmHg → - Ganguan perfusi - Inj omeprazol 2x1 (IV)
- Pasien sudah mau 88/60 mmHg jaringan Perifer - Inj Ceftriaxon 1x2 gr (IV)
makan - Prekoma - Cefixim 2x100
- Diet diberikan hepatikum
secara NGT & Oral - Sirosis hepatitis
sedikit-sedikit - DM Tipe 2
AKI
14.00 - Pola nafas tidak - TD 87/43 mmHg - Prekoma hepatikum - NaCl 0,9%
efektif - Ht: 38% - Sirosis hepatitis - Drip forhepar 4 amp12 j/kolf
- Penurunan curah - Gcs: E1V4V1 - Melena ec pecah - IVFD comafusin
jantung - SpO2 : 67% Varises Esofagus - Cefotaxim 3x1gr (IV)
- DM Tipe 2 - Albumin 20%
09 November 2019 - TD 84/41 vascon
22.00 ↑ 0,8 micro
9 Metformin 3 x 500 PO √ √ √ √ √ √ √
10 Drip 4 amp L-aspartate 3x1 cth IV
0,9%
11 Inj Vit K 3x1 IV √ √
12 Cefixim 2x100 PO √
13 Inj Kalnex 3x500 IV
14 Inj Lansoprazol 2x3 IV
DRP ( Drug Related Problem)
Chec
N Drug Therapy
k Rekomendasi
o Problem
List
1 Terapi obat yang - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan kondisi medis.
tidak diperlukan
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat Bentuk sediaan telah disesuaikan dengan kondisi pasien :
1. IVFD RL : injeksi intravena
2. Ondansetron : tablet peroral
3. Omeprazol : injeksi intravena
4. Metformin : tablet peroral
5. Paracetamol : tablet peroral
6. Sukralfat : syrup peroral
7. Comafusin : injeksi intravena
8. Medopar : tablet dispersible peroral
9. Ceftriaxon : injeksi Intravena
10. Sistenol : tablet
11. Propanolol : tablet
- 12. Spirunolakton : tablet peroral
13. L ornithia L aspharta : ampul
14. Cefixime : injeksi intravena
15. Vitamin K : injeksi intravena
16. Lansoprazole : injeksi intravena
17. asam traneksamat : ampul
18. Glikuidon : tablet
Terdapat kontra Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan. Kontra
-
indikasi indikasi dari obat yaitu :
Kondisi pasien tidak Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan oleh obat dan menyebabkan kematian pada
dapat Ya pasien.
disembuhkan oleh obat
Obat tidak Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi
diindikasikan untuk -
kondisi pasien
Terdapat obat lain yang Pasien tidak ada mendapatkan terapi yang tidak diperlukan. Terapi yang diberikan sesuai
-
lebih efektif dengan indikasi yang diderita pasien.
3 Dosis tidak tepat Pasien tidak dapat memungkinkan menjalani terapi non farmakologi.
Dosis terlalu rendah Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda.
Dosis terlalu tinggi -
Frekuensi penggunaan Frekuensi penggunaan obat yang diberikan sudah sesuai
tidak tepat 12
1. Comafusin hepar
3 x sehari
2. Madopar
1 x 2 sehari
3. Ceftriaxon
4. Sistenol 3 x sehari
5. Propanolol 1 x sehari
6. Spirola (spirunolakton) 2 x sehari
7. Ondansetron 2 x sehari
-
8. Omeprazole 3 x sehari
9. Metformin 4 ampul dalam NaCl
10. Ornispar (L ornithia L aspartha)
3 x sehari
11. Vitamin K
3 x sehari
12. Sistenol (Paracetamol dan N acethil cystein)
13. Cefixime 2 x sehari
14. Kalnex 3 x sehari
15. Lansoprazole 2 x sehari
Penyimpanan tidak Proses penyimpanan obat sudah diletakan pada tempat yang sesuai pada
tepat tempatnya. Dimana obat disimpan dalam tempat obat pasien. Menurut AHFS
1. Comafusin hepar : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas
dan cahaya langsung.
2. Madopar: Simpan ditempat yang kering dan terlindung dari cahaya
3. Ceftriaxon : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
4. Sistenol : Simpan obat di temperature ruangan
5. Propanolol: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
6. Spironalakton: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
7. Ondansetron : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
cahaya langsung.
8. Omeprazole : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
-
kelembaban.
9. Metformin : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
10. Ornispar: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan cahaya
langsung.
11. Vitamin k: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
12. Sistenol: Simpan obat di temperature ruangan
13. Cefixime : Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
14. Kalnex: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan cahaya
langsung.
15. Lansoprazol: Simpan obat di temperature ruangan, jauh dari panas dan
kelembaban.
Administrasi obat Administrasi sudah tepat.
tidak tepat 1. Comafusin hepar : IV
2. Madopar : NGT
3. Ceftriaxon : IV
4. Sistenol : NGT
5. Propanolol : NGT
6. Spirola : NGT
7. Ondansetron : IV
- 8. Omeprazole : NGT
9. Metformin : NGT
10. Ornispar : Ampul
11. Vitamin k : IV
12. Cefixime : peroral
13. Kalnex : IV
14. Lansoprazole : IV
Jam : 01.30
Metformin + ondansetron = meningkatkan kadar metformin (medscape) =
monitoring/perhatian.
Jam : 11.00
Propanolol + spirola = meningkatkan kalium serum (medscape) = ubah terapi/monitor erat.
Tanggal : 04/11-19
Ya
Jam : 11.00
Metformin + ondansetron = meningkatkan kadar metformin (medscape) =
monitoring/perhatian.
Sucralfat + lansopraole = sucralfat menurunkan kadar lansopraole dengan menghambat
penyerapan GI.
4 Reaksi yang tidak
diinginkan
Obat tidak aman untuk Obat yang diberikan aman digunakan pasien. Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan
pasien dosis yang tepat untuk pasien Adapun dosis yang diberikan adalah :
-
Terjadi reaksi alergi Tidak ada masalah, Pasien tidak ada yang riwayat alergi, sehingga obat aman digunakan.
- Terapi yang diberikan pada pasien tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada pasien.
Dosis obat dinaikkan atau Tidak terdapat peningkatan dan penurunan dosis pada terapi pasien, dosis terapi yang diberikan
diturunkan terlalu cepat pasien telah tepat dan disesuaikan dengan kondisi medis pasien
Terdapat kondisi yang Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi, karena obat yang digunakan telah
tidak diterapi - tepat untuk terapi penyakit
Pasien membutuhkan Terapi obat yang diberikan telah sinergis sehingga tidak perlukan lagi terapi lain.
obat lain yang sinergis -
Pasien membutuhkan Pasien telah mendapatkan pengobatan profilaksis terhadap kondisinya sehingga tidak
terapi profilaksis - perlu diberikan terapi tambahan.