Anda di halaman 1dari 21

Hukum Kesehatan

Kasus Malpraktek Prita Mulyasari


sebagai pasien RS OMNI
Anggota Kelompok :

1. Anita Nur Faiz (09160481N)


2. Desy Sukma Lestari (09160483N)
3. Andari Anjas M (09160484N)
4. Ezra Desy W (09160485N)
5. Boni Mohammad S (09160486N)
6. Moh.Nur Ikhwan A (09160487N)
7. Titis Enggar Pramesti (09160488N)
8. Qurrotul Uyun (09160489N)
9. Robin Brillian (09160490N)
10. Noor Halimah M.S (09160492N)
Malpraktek
• Malpraktek adalah kesalahan dalam
menjalankan profesi sebagai dokter, dokter
gigi, dokter hewan ataupun tenaga kesehatan
lainnya. Malpraktek adalah akibat dari sikap
tidak peduli, kelalaian, atau kurang
keterampilan, kurang hati-hati dalam
melaksanakan tugas profesi, berupa
pelanggaran yang disengaja, pelanggaran
hukum atau pelanggaran etika.
Jenis Malpraktik
1. Malpraktek Etik
2. Malpraktek Yuridik ,dibagi menjadi :
 Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
 Malpraktek Pidana (Criminal Malpractice)
 Malpraktek pidana karena kesengajaan
(intensional)
Faktor-faktor yang mendukung
terjadinya malpraktik medik
Ada 3 hal yang dapat menyebabkan seorang tenaga kesehatan
melakukan tindakan malpraktik medik, yaitu apabila tidak melakukan tindakan
medisi sesuai dengan :

1. Standar Profesi Kedokteran


Dalam profesi kedokteran, ada tiga hal yang harus ada dalam standar
profesinya, yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian umum.
2.Standar Prosedur Operasional (SOP)
SOP adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
3.Informed Consent
Substansi informed consent adalah memberikan informasi tentang
metode dan jenis rawatan yang dilakukan terhadap pasien, termasuk
peluang kesembuhan dan resiko yang akan dialami oleh pasien.
Undang-undang
Hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu:
1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan
pelayanan kesehatan yaitu antara lain :
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah
diubah menjadi UU No 36/2009 tentang Kesehatan
b. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
c. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
d. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
e. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara laingsung terkait dengan
pelayanan Kesehatan antara lain:
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab
secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyebabkan pasien
mengalami cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau kematian akibat
kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata.
Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya Pasal
1365 KUH Perd. mengatur tentang kewajiban hukum untuk mengganti kerugian yang dialami oleh
pasien akibat adanya perbuatan wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
c. Hukum Administrasi
Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan yang melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan
kerugian pada pasien menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut.
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara
Internasional
a. Konvensi
b.Yurisprudensi
c. Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
a. Perda tentang kesehatan
b. Kode etik profesi
Contoh Kasus Malpraktek
Pembahasan
1. kejadian yang dialami oleh Prita dapat dikatakan sebagai kesalahan dari pihak dokter
maupun rumah sakit. Salah satu indikasi yang paling jelas adalah adanya kesalahan pemberian obat oleh
pihak dokter akibat diagnosa penyakit yang juga mengalami kesalahan. Hal ini menyebabkan kerugian
secara fisik maupun material pada Prita.
2. adanya kekuatiran/ketakutan dari pihak dokter maupun rumah sakit untuk memberikan hasil rekam
medis yang seharusnya menjadi hak Prita Mulyasari sebagai pasien RS Omni. Perlindungan yang
diberikan oleh undang-undang adalah rekam medis adalah dokumen rahasia milik rumah sakit,
sedangkan pasien adalah pemilik kandungan isi catatan medik. Pasien sudah seharusnya memiliki hak
terhadap rekam medis dirinya. Logikanya, rekam medis itu jelas-jelas berisi tentang segala hal yang
menyangkut tentang kesehatan seseorang. Jadi apabila dikaitkan dengan kasus Prita, dimana untuk
meminta rekam medis miliknya dipersulit oleh Pihak Rumah sakit, hal ini bertentangan dengan apa yang
tertera di dalam pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa
perlindungan hukum tentang konsumen harus lebih
diperhatikan dan hukum keshatan untuk tenaga
kesehatan juga harus tegas apabila tenaga kesehatan
tersebut memang lalai dalam tugas harusnya diberi
sanksi seperti pencopotan izin praktek atau izin
rumah sakit.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai