Anda di halaman 1dari 75

MANAGEMEN

PENANGGULANGAN PENYAKIT
SAAT BENCANA
KEPALA DINAS KESEHATAN ACEH 2018
INDONESIA RAWAN BENCANA
BENCANA ALAM BENCANA NON ALAM BENCANA SOSIAL
Gempa bumi, tsunami, letusan gunung Gagal teknologi, kebakaran, Konflik Sosial, Teror, Bom, dll
api, banjir, kekeringan, angin topan, epidemi dll
tanah longsor dll
Emergencies and Disasters

• Emergency = Risiko yang ada dapat dikelola


dengan sumber daya yang ada di tempat.

• Disaster = Risiko yang terjadi hanya dapat dikelola dengan


dukungan ekstra diluar kemampuan respon setempat.
Capaian Program 2017 (1 Jan - 30 Des)

KLASTER KES  
4.Pidie
6  1  1
NO KAB/KOTA SK KLUSTER  TAHUN - - -   - -
KES Sabang
1 BANDA ACEH    
2 ACEH TENGGARA    
Banda Aceh
3 GAYOE LUES     87 Km
4 ACEH SELATAN     Pidie
A.Besar Lhokseumawe
47 Km
5 ACEH BARAT     59 Km
Bireuen
6 PIDIE JAYA Aceh
V 2017 Pidie Utara
7 ABDYA Aceh Jaya 66 Km
   
Jaya Bener Meriah
Aceh
8 ACEH TAMIANG     107. Km
21 Km Timur
Aceh
 
9 SIMEULUE V 2017 Langsa
Barat Aceh
10 ACEH JAYA     21. Km Tengah 156 Km Aceh
11 BIREUN Nagan Tamiang
   
Raya
12 NAGAN RAYA     108 . Km Gayo
13 LHOKSEUMAWE Lues
    Abdya
14 SUBULUSSALAM 105 Km
   
15 SINGKIL .69. Km REGIONAL
V 2017 Aceh
Tenggara SUMUT
16 KOTA LANGSA     Aceh
Simeulue
17 ACEH UTARA     Selatan
18 SABANG V 2017 46 Km

19 ACEH TIMUR V 2017 .199.


44 Km
20 BENER MERIAH Kmv
    Subulussalam
21 ACEH BESAR     44 Km
Aceh Singkil
22 PIDIE     
23 ACEH TENGAH    
Kejadian bencana di Aceh 

Kejadian terparah sepanjang 2010 -2017 adalah gempa bumi Pidie


jaya 7 Desember 2017 :
Pengungsian 85.256 jiwa, Jumlah kematian 102 jiwa, Rawat RS
pada 9 RS pada kab tetangga Pidie, Bireuen, & Banda Aceh , dgn
RUANG LINGKUP
1. Pelayanan Kedaruratan Medik (pengobatan dan
perawatan)
2. Pengendalian penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
3. Air Bersih dan Sanitasi
4. Pelayanan Kesehatan Gizi
5. Kesehatan Reproduksi
6. Penanganan Kesehatan Jiwa
DAFTAR PUSTAKA
 Kepmenkes No. 066/Menkes/SK/II/2006 tentang
Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam
Penanggulangan Bencana.
 Kepmenkes No. 048/Menkes/SK/I/2006 tentang
Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan
Jiwa dan Psikososial pada Masyarakat akibat
Bencana dan Konflik
 PMK No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
 Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana, Kemenkes, 2011.
 Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gizi dalam
Situasi Darurat
Bencana ( disaster ) : 
Segala kejadian yang mengakibatkan kerugian,
gangguan ekonomi, kerugian jiwa manusia dan
kemerosotan kesehatan dan jasa kesehatan dengan
sekala yang cukup untuk menjamin tanggapan luar
biasa dari masyarakat atau daerah luar yang tidak
terkena dampak ( WHO ).

Tiga hal penting dari “ bencana “:
1. Fungsi normal dari sebuah masyarakat terganggu
2. Melebihi mekanisme kemampuan sebuah masyarakat
3. Gangguannya begitu besar shg tdk mampu utk     
        dikembalikan ke fungsi normal tanpa bantuan dari luar.
DAMPAK PERMASALAHAN KESEHATAN

Korban luka/cacat Korban meninggal Infrastruktur & Faskes rusak Pengungsi

 Obat dan bahan habis pakai, Alat kesehatan


 Alat transportasi (Ambulans, Mobil klinik, perahu karet, motor URC, kendaraan ops.) PERLU
 Alat komunikasi (HT, RIG, HP satelit) PERAN SERTA
MASYARAKAT
 RS lapangan dan SDM Kes trampil (Manajemen Bencana, ATLS, dll) (Swasta, Akademisi)
 Alat dan bahan sanitasi termasuk air bersih (water purifier, PAC, insektisida, dll)
 Sarana penunjang lain (gen set, tenda lapangan, kantong jenazah dll)
ANALISIS SITUASI

BENCANA ALAM BENCANA NON ALAM BENCANA SOSIAL


Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, Gagal teknologi, kebakaran, Konflik, Teror, Bom, dll
banjir, kekeringan, angin topan, epidemi dll
tanah longsor dll

KEGAWATDARURATAN
SEHARI-HARI

Kecelakaan Lalin, laut, udara


Tawuran, Demo
Kegawatdaruratan kesehatan, dll Sumber: Antara
KRISIS KESEHATAN
Suatu kondisi luar biasa berdampak pada kesehatan masyarakat
yang berlangsung secara cepat maupun perlahan-lahan dengan
ciri-ciri pokok :
Bersifat genting/darurat
Menimbulkan kepanikan
Besar dan massal
Perlu tindakan segera

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN


 Serangkaian kegiatan bidang kesehatan
 Mencegah dan menyiapsiagakan sumber daya,
menanggapi kedaruratan kesehatan,
memulihkan dan membangun kembali
(rekonstruksi)
 Dilakukan secara lintas program dan lintas 11
INDIKATOR KEADAAN DARURAT

 Angka Kematian Kasar >1/10.000 penduduk/hari


 Angka Kematian Balita >2/10.000 balita/hari
PERHITUNGAN ANGKA KEMATIAN

• Angka kematian /10,000/hari =

Jumlah Kematian x 10,000


Jumlah Hari x Jumlah Penduduk

• Jika dalam waktu 1 minggu ada kematian 12 orang dari 6.000


penduduk, berapa Angka Kematian ?
PERHITUNGAN ANGKA KEMATIAN

12 (kematian) x 10.000
 7 (hari) x 6.000 (jmlh penduduk)
atau
Darurat!!!

2,8/10.000/hari
2,8/10.000/hari
PELAYANAN 
KEDARURATAN MEDIK
PELAYANAN KEDARURATAN MEDIK

Memakai standar pengobatan


yang berlaku sesuai diagnosis

Menggunakan sistem
pelayanan rujukan yang
berlaku
SPGDT
 (SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU)
PRA RUMAH SAKIT FASE RS
Intra R.S &
Antar R.S
Gerakan Pelayanan medis Dokter
SAFE Perawat
Penunjang
COMMUNITY Awam  Kru ambulans 
RS klas C

Pencegahan PKM

Pembentukan RS rujukan
KOMUNIKASI SDM Klas B/A
PUBLIC Multi Disiplin
TRANSPORTASI
SAFETY Multi profesi
CENTER (PSC) PENDANAAN Multi sektor

TIME SAVING IS LIFE SAVING


MERUJUK....... THE RIGHT PATIENT, TO THE RIGHT PLACE AT THE RIGHT TIME
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT 
TERPADU (SPGDT)

adalah
SEHARI HARI ~ GADAR BENCANA ~MASSAL 

SISTEM YG TERDIRI DARI KOMPONEN:
• PRA RS
• RS
• INTER RS
• KOMUNIKASI & TRANSPORTASI
• SDM KESEHATAN & FASILITAS KES
• LINTAS SEKTOR TERKAIT

MERUPAKAN RESPONS CEPAT DAN TEPAT


“TIME SAVING IS LIFE AND LIMB SAVING”
TIM PENANGGULANGAN KRISIS

Tim Gerak • Bergerak 0 – 24 jam


Cepat (Tim setelah ada informasi
Reaksi kejadian
Cepat)
Tim RHA
(Rapid • Bergerak dalam waktu
Health <24 jam
Assessmen
t)
Tim • Diberangkatkan
Bantuan berdasarkan kebutuhan
setelah TGC dan Tim
Kesehatan RHA kembali
TIM GERAK CEPAT

Minimal
Dokter Umum 1 org
Dokter Sp. Bedah 1 org
Dokter Sp. Anestesi 1 org
Perawat mahir (Perawat Bedah, Gadar) 2 org
Tenaga DVI 1 org
Apoteker / Ass. Apoteker 1 org
Sopir Ambulans 1 org
Surveilans epidemiolog / sanitariam 1 org
Petugas komunikasi 1 org
TIM RHA

Minimal
Dokter Umum 1 org
Surveilans epidemiolog 1 org
Sanitarian 1 org
FASILITAS PELAYANAN MEDIS
(SPHERE PROJECT)

Ada sejumlah sarana kesehatan yang memadai untuk 
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar semua 
penduduk terkena bencana:
• Satu unit kesehatan dasar untuk 10.000 orang (unit 
kesehatan dasar adalah sarana pelayanan 
kesehatan dasar yang memberi layanan kesehatan 
dasar umum)
• Satu rumah sakit kabupaten untuk 250.000 orang
KEBUTUHAN JUMLAH MINIMAL SDM
KESEHATAN DI LAPANGAN

Kebutuhan untuk jumlah penduduk/pengungsi antara


10.000-20.000 orang :

– Dokter umum 4 orang


– Perawat 10-20 orang
– Bidan 8-16 orang
– Apoteker 2 orang
– Asisten apoteker 4 orang
– Pranata laboratorium 2 orang
– Epidemiolog 2 orang
– Entomolog 2 orang
– Sanitarian 4-8 orang
KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
LAPANGAN
(Rawat Jalan)

Untuk 5.000 penduduk/pengungsi

Pelayanan kesehatan 24 jam : Pelayanan kesehatan 8 jam :


 Dokter umum 2 org  Dokter umum 1 org
 Perawat 6 org  Perawat 2 org
 Bidan 2 org  Bidan 1 org
 Asisten apoteker 2 org  Sanitarian 1 org
 Sanitarian 1 org  Gizi 1 org
 Gizi 1 org
 Administrasi 1 org
KEBUTUHAN JUMLAH MINIMAL SDM
KESEHATAN DI FASILITAS RUJUKAN /RUMAH
SAKIT

1. Dokter umum = 
(jml pasien/40) – jml DU yang ada di tempat
Contoh perhitungan:
Andaikan jumlah pasien yang perlu mendapatkan 
penanganan dokter umum adalah 80 orang/hari, 
sementara jumlah dokter umum yang ada di rumah sakit 
tersebut adalah 1 orang, maka jumlah dokter umum yang 
masih dibutuhkan adalah:
(80/40) – 1 = 2 - 1 = 1 orang
KEBUTUHAN JUMLAH MINIMAL SDM
KESEHATAN DI FASILITAS RUJUKAN /RUMAH
SAKIT

2. Dokter bedah =
{(jml psn DSB/5)} - jml DSB yang ada di tempat
       jml hari tugas
Diasumsikan lama Dokter Bedah yang bertugas 
adalah selama 5 hari baru berganti shift dengan 
penggantinya, rata-rata jumlah pasien bedah 
selama 5 hari adalah 75 pasien, dan jumlah 
dokter bedah yang berada di daerah tersebut 
berjumlah 1 orang. Maka jumlah dokter bedah 
yang masih dibutuhkan adalah :
75/5 -1 = 3 – 1 = 2 orang dokter bedah
   5
KEBUTUHAN JUMLAH MINIMAL SDM
KESEHATAN DI FASILITAS RUJUKAN /RUMAH
SAKIT

3. Dokter anestesi =
{(jml psn DSB/15)} - jml DSAn yang ada di tempat
   jml hari tugas
  Diasumsikan lama Dokter Anestesi yang bertugas 
adalah selama 5 hari baru berganti shift dengan 
penggantinya, rata-rata jumlah pasien bedah 
selama 5 hari adalah 75 pasien, dan tidak terdapat 
dokter anestesi di daerah tersebut. Maka jumlah 
dokter anestesi yang dibutuhkan adalah :
75/15 - 0 = 1  orang dokter anestesi.
   5
KEBUTUHAN JUMLAH MINIMAL SDM
KESEHATAN DI FASILITAS RUJUKAN /RUMAH
SAKIT

4. Perawat di UGD = 
       Rasio kebutuhan tenaga perawat mahir di UGD 
pada saat bencana adalah 1:1 (1 perawat 
menangani 1 pasien)

5. Perawat di ruang rawat inap = jumlah jam 
perawatan total untuk semua jenis pasien/jumlah 
jam efektif per hari per shift (7 jam)
KEBUTUHAN JUMLAH MINIMAL SDM
KESEHATAN DI FASILITAS RUJUKAN /RUMAH
SAKIT

6. Tenaga fisioterapi =
Rasio kebutuhan tenaga fisioterapi untuk 
penanganan korban selamat adalah 1:30  
(1 fisioterapis menangani 30 pasien)

7. Apoteker 1 orang dan asisten apoteker 2 
orang. 

8. Tenaga gizi adalah 2 orang 

10. Pembantu umum adalah 5-10 orang
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

Tujuan
 Mencegah KLB penyakit menular potensial
wabah seperti diare, ISPA, Malaria, DBD,
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (P3DI), keracunan serta penyakit-
penyakit spesifik lokal.
PENGENDALIAN PENYAKIT

 Surveilans penyakit dan faktor risiko


 Imunisasi
 Pengendalian vektor
 Pencegahan dan pengendalian penyakit
PENGENDALIAN PENYAKIT
 Imunisasi campak massal (crash program) + pemberian vit. A :
 Cakupan imunisasi campak ≧ 80%  tidak perlu
 Cakupan imunisasi meragukan  dilakukan terhadap setiap
anak usia 6 – 59 bulan dengan target cakupan ≧ 95%.
 Jika tidak memungkinkan dilakukan imunisasi massal :
 pengamatan ketat
 jika ditemukan 1 penderita campak, segera laksanakan
dengan sasaran anak usia 6-59 bulan dan anak usia sekolah
kelas 1 – 6 SD (bila belum mengadakan Bias campak)
 ada laporan penderita campak di luar daerah tetapi ada
kemudahan penularan , segera dilaksanakan crash program
PENGENDALIAN PENYAKIT

 Sasaran imunisasi mencegah KLB PD3I lainnya :


 Kelompok populasi yang berisiko tinggi terhadap
penyakit tertentu. Contoh : Imunisasi TT untuk
petugas kesehatan, sukarelawan, pengungsi, dll.

 Pengendalian vektor  pengelolaan lingkungan,


pengendalian secara mekanis, pengendalian biologis,
pengendalian kimiawi.
AIR BERSIH DAN SANITASI
STANDARD MINIMUM KEBUTUHAN AIR
BERSIH
• Hari 1 : 5 liter/orang/hari
• Hari 2 dst : 15 - 20 liter/orang/hari
• Puskesmas / RS : 50 liter/orang/hari
• Jarak tangki air – tenda pengungsian : minimum 30 meter
dan maksimum 500 meter
• Kualitas Air Minum :
1.Bakteri E. coli = 0/100 ml air
2.Kekeruhan maksimal 20 NTU
3.Tidak berwarna dan berbau
4.pH 6-8
Menilai Kualitas Air Sumber

• Inspeksi sanitasi terhadap sistem 
penyediaan air bersih dan air minum perlu 
dilakukan secara reguler
• Kegiatan utama: uji laboratorium kualitas air 
bersih dan air minum
• Hasilnya digunakan untuk menentukan 
kontaminasi yang potensial atau sudah 
terjadi.
• Hasil inspeksi  dijadikan pedoman 
perbaikan sarana sumber air
Indikator Keamanan Air  
Terhadap Infeksi

• Air terkontaminasi oleh kotoran manusia atau 
hewan
• Escheria coli (E. coli) : indikator pencemaran 
tinja di air  air belum lama tercemar oleh tinja
• 1 gram tinja segar : 5 juta – 500 juta E. Coli
• E coli di air  air baru saja kontak dengan 
tanah atau tanaman.
• Jika tidak tercemar E coli  air memang tidak 
tercemar tinja atau pencemaran sudah lama 
terjadi sehingga E coli sudah mati secara alami.
Mencegah Penyakit dengan Penyediaan Air 
Bersih

• Hasil surveilens  menentukan arah intervensi 
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi.
• Surveilens penyakit  memberikan data 
perkiraan tempat-tempat mana yang akan 
“ditimpa oleh letupan penyakit”   diprioritaskan 
untuk penyediaan air bersih dan pencegahan 
penyakit.
• Survei di tingkat rumah tangga untuk 
merencakan penyediaan air bersih yang efektif 
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan 
konsumsi korban bencana
Klasifikasi Infeksi Terkait Air
PEMBUANGAN KOTORAN

• Pada awal pengungsian : 1 jamban untuk 50 – 100 orang


• Hari berikutnya setelah masa emergency berakhir : 1
jamban untuk ≦ 20 orang.
• Lokasi jamban : minimal 30 meter dari sumber air dan
maksimal 50 meter dari lokasi pengungsian
• Konstruksi jamban harus kuat dan diberi tutup pada
lubang agar jamban tidak menjadi tempat berkembang
biak lalat atau vektor lain
• Terpisah wanita dan pria
SANITASI PENGELOLAAN SAMPAH

a. Sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat


sampah keluarga atau sekelompok keluarga
b. Tempat sampah yang digunakan harus dapat ditutup dan
mudah dipindahkan untuk menghindarkan lalat, dapat
berupa kantong plastik sampah (polybag) atau drum, dll
c. Penempatan tempat sampah maksimum 15 meter dari
tempat tinggal;
d. Maksimal 3 hari harus sudah diangkut ke TPA / TPS
e. Lokasi pembuangan akhir harus jauh dari tempat hunian
dan jarak minimal dari sumber air 10 meter
SHELTER/TENDA

Persyaratan Lokasi
• Dipilih lokasi yang berdekatan dengan pelayanan essesial seperti
sumber air bersih, yankes, dsb
• Lokasi tidak berada pada daerah yang membahayakan keselamatan
pengungsi (daerah tebing, rawan banjir, rawan kecelakaan lalu lintas
dll)
• Jauh dari tempat yang berisiko bagi kesehatan (dekat dengan daerah
genangan tempat perindukan nyamuk, tempat pembuangan akhir
sampah, daerah industri, dsb)

Persyaratan Shelter/Tenda
• Luas area tenda/gedung adalah 3,5 m2 per orang
• Adanya pencahayaan dan ventilasi yang cukup
• Terlindung dari terik matahari dan hujan
• Aliran udara dan suhu optimal
PELAYANAN KESEHATAN GIZI
PENANGANAN GIZI DARURAT

Penanganan gizi pada saat tanggap darurat


meliputi 2 tahap yaitu :
1.Tahap Penyelamatan
• Fase I
• Fase II
2.Tahap Tanggap Darurat
FASE I TAHAP PENYELAMATAN
• Tujuan pemberian makanan agar pengungsi tidak lapar
dan dapat mempertahankan status gizinya
• Belum ada data pengungsi secara lengkap  pemeriksaan
cepat untuk mendapatkan informasi adanya masalah gizi
melalui pengukuran LILA
• Bantuan pangan mulai berdatangan  perlu pengawasan
• Adanya penyelenggaraan dapur umum  petugas gizi ikut
terlibat sebagai penyusun menu serta pengawas
penyelenggaraan dapur umum
• Pemberian makanan masih sama untuk tiap pengungsi 
standard ransum 2100 kkal dan 50 gram protein per hari.
Khusus untuk anak usia 2-5 tahun, bumil, buteki, manula
terdapat ketentuan khusus
• Lama fase I tergantung situasi di lokasi bencana
FASE II TAHAP PENYELAMATAN

• Dimulai setelah fase pertama selesai


• Sudah ada gambaran lebih rinci tentang keadaan
pengungsi  perencanaan makanan lebih rinci
• Status gizi termasuk rencana pemantauan
menggunakan indeks BB/TB-PB
• Penyelenggaraan makanan sudah
mempertimbangkan hasil analisis status gizi dan
standar ransum
• Diusahakan menu makanan dapat sesuai dengan
kebiasaan makan setempat, mudah diangkut,
disimpan dan didistribusikan serta memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral
TAHAP TANGGAP DARURAT

• Dimulai setelah tahap penyelamatan selesai


• Tujuan : menanggulangani masalah gizi melalui
intervensi sesuai tingkat kedaruratan.
• Menghitung prevalensi status gizi balita
berdasarkan BB/TB-PB & menganalisis adanya
faktor pemburuk (diare, campak, dll)
• Pemberian makanan sesuai dengan spesifik
kebutuhan (Balita, Bumil, Buteki, Lansia)
• Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan
suplementasi gizi.
INTERVENSI GIZI

 Prevalensi Balita Kurus : ≧15% atau 10-14,9% dengan Faktor


Pemburuk)
 pemberian Ransum ditambah PMT darurat kepada semua
kelompok rawan khususnya balita, bumil, buteki.
 PMT terapi untuk balita gizi buruk.
 Prevalensi Balita Kurus : 10-14,9% atau 5-9,9% dengan Faktor
Pemburuk )
 PMT darurat terbatas pd balita, bumil, buteki dan lansia yg
kurang gizi
 PMT terapi bagi penderita gizi buruk
 Prevalensi Balita Kurus : <10% tanpa Faktor pemburuk atau
<5% dengan Faktor pemburuk)
 Pelayanan balita gizi kurang melalui fasyankes setempat
 PMT terapi bagi penderita gizi buruk
PRINSIP PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK
(PMBA) USIA 0 – 24 BULAN
 ASI tetap diberikan dalam situasi darurat
 PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi darurat
dan harus diintegrasikan pada yankes ibu, bayi dan anak
 Institusi penyelenggara PMBA adalah Dinkes setempat yang
mempunyai tenaga terlatih penyelenggara PMBA dalam situasi
darurat. Bila tidak punya bisa meminta bantuan pada Dinkes lainnya.
 Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat untuk
mengidentifikasi keadaan ibu, bayi dan anak termasuk bayi dan anak
piatu
 Ransum pangan darurat harus mencakup kebutuhan makanan yang
tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak
dengan mencantumkan kode produksi serta tanggal kadaluarsanya
 Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk
dalam pengadaan ransum darurat
PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK (PMBA) USIA 0 – 24 BULAN

• Tetap diberi ASI


• Bila bayi piatu / terpisah dari ibunya / ibu tidak dapat
memberikan ASI  ibu ASI/donor
Bayi • Bila tidak ada ibu susu/donor  susu formula dengan
pengawasan atau didampingi petugas kesehatan

• Tetap diberi ASI


• Pemberian MP ASI yang difortifikasi dengan zat gizi
mikro, pabrikan atau makanan lokal
Baduta • Pemberian kapsul vit. A
• Dapur umum wajib menyediakan makanan olahan
untuk anak baduta
• Air minum dalam kemasan diupayakan selalu tersedia
di tempat pengungsian
SUSU FORMULA / PASI

 Berikan informasi pada donor dan media massa  tidak


membutuhkan bantuan susu formula/PASi, botol dan dot untuk
korban bencana
 Bantuan berupa susu formula/PASI harus mendapat izin dari
Kadinkes setempat
 Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/PASi harus
diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, Puskesmas dan
Dinkes setempat
 Kriteria bayi dan baduta yang mendapat PASI :
a. Sesuai pertimbangan profesional tenaga kesehatan yang
berkompeten (indikasi medis)
b. Bayi dan baduta yang sudah menggunakan PASI sebelum
situasi darurat
c. Tidak mendapatkan ibu ASI/donor
CARA PENYIAPAN DAN PEMBERIAN
SUSU FORMULA

a. Gunakan cangkir atau gelas yang mudah 
dibersihkan, diberikan sabun untuk mencuci alat 
yang digunakan.
b. Gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat 
susu dan menyimpannya dengan benar.
c. Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk 
(jangan menakar menggunakan botol susu).
d. Sediakan bahan bakar untuk memasak air dan 
gunakan air bersih, jika memungkinkan gunakan air 
minum dalam kemasan.
e. Lakukan pendampingan untuk memberikan 
konseling menyusui.
KESEHATAN REPRODUKSI
KESEHATAN REPRODUKSI
 Penerapan Kespro dalam situasi darurat melalui
penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
 Data-data didapat dari estimasi statistik 
bumil 4%, wanita usia subur 25%, pria dewasa 25%,
ibu hamil komplikasi 20%, dsb
 Penilaian yang harus dilakukan adalah menilai
kondisi faskes (Puskesmas, RS, SDM, ketersediaan
obat dan alat) untuk membangun sistem rujukan
maternal dan neonatal
 Data riil dikumpulkan segera setelah situasi
memungkinkan
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
1. Memastikan cluster/sektor kesehatan
mengidentifikasi lembaga untuk memimpin
pelaksanaan PPAM
2. Mencegah terjadinya kekerasan seksual dan
memberi pertolongan bagi korbannya
3. Mencegah penularan IMS/HIV
4. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal
5. Merencanakan tersedianya yankesprokomprehensif
yang terintegrasi ke dalam layanan kesehatan dasar
segera setelah situasi menjadi stabil atau
memungkinkan
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMAL

 Kit Kespro untuk tingkat masyarakat dan faskes dasar


(Puskesmas)  10.000 penduduk/ 3 bulan
 Kit 0 : Kit Administrasi
 Kit 1 : Kit kondom
 Kit 2 : Kit persalinan bersih
 Kit 3 : Kit pasca perkosaan
 Kit 4 : Kit kontrasepsi oral dan injeksi
 Kit 5 : Kit pengobatan IMS/Infeksi Menular Seksual
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMAL

 Kit Kespro untuk yankes dasar (Puskesmas) dan RS 


30.000 penduduk/ 3 bulan
 Kit 6 : Kit persalinan di klinik
 Kit 7 : Kit IUD
 Kit 8 : Kit penanganan keguguran dan komplikasi aborsi
 Kit 9 : Kit jahitan robekan cervix dan vagian dan kit
pemeriksaan vagina
 Kit 10 : Kit persalinan dan ekstraksi vakum

 Kit Kespro untuk RS rujukan/operasi kebidanan 


150.000 penduduk/ 3 bulan
 Kit 11 : Kit tingkat rujukan Kespro
 Kit 12 : Kit transfusi darah
PENANGANAN KESEHATAN JIWA
FASE KEDARURATAN AKUT
 Periode di mana kurang tertanganinya penanganan
kegawatdaruratan medik dan kurangnya akses terhadap yankes
dasar
 Intervensi sosial antara lain:
i. menyebarluaskan informasi tentag kedaruratan, penyelamatan
fisik terhadap populasi, informasi tentang perolongan, dan
lokasi kerabat
ii.Mencari jejak keluarga untuk kelompok rentan
iii.Mendorong dimulainya kegiatan sekolah bagi anak-anak
 Intervensi psikologik antara lain:
i. Berhubungan dengan Puskesmas/RSU/RSJ atau pelayanan
darurat di lokasi
ii.Menangani keluhan psikiatrik yang mendesak
iii.Menjamin tersedianya obat psikotropika esensial di tingkat
Puskesmas
FASE REKONSOLIDASI
 Periode di mana kebutuhan dasar sudah kembali pada tingkatan
sebelum darurat atau pada kasus pengungsian
 Intervensi sosial antara lain:
i. Tetap meneruskan intervensi sosial sebelumnya
ii.Menyusun psikoedukasi dan rencana selanjutnay
iii.Mendorong cara pertahanan diri yang positif
 Intervensi psikologik antara lain:
i. Mendidik pemuka masyarakat dan pekerja kemanusiaan
lainnya tentang keterampilan pelayanan psikologis yang dasar
ii.Melatih dan mensupervisi tenaga Puskesmas/RSU/RSJ dalam
hal pengetahuan dan ketrampilan kesehatan jiwa dasar
iii.Menyediakan obat-obatan bagi pasien psikiatrik yang tak
memungkinkan dibawa ke Faskes selama fase darurat akut
PEMBELAJARAN

GEMPA PIDIE JAYA 
TAHUN 2016
Pernyataan Tanggap Darurat Skala 
Provinsi
Tanggal 7-20 Desember 2016

•  SK Gubernur No. 39/PER/ 2016 
–SK Bupati Pidie Jaya No 389 tahun  
2016
–SK Bupati Pidie No. 481 tahun 2016
–SK Bupati Bireuen No. 145 tahun 2016
Pos Koordinasi Kesehatan di Pidie Jaya
ALUR POS KOODINASI KESEHATAN & PENEMPATAN RELAWAN MASA TANGGAP DARURAT PSC
DI KABUPATEN PIDIE JAYA, PIDIE & BIREUEN,  7 s/d 27 DESEMBER 2016 119

Tugas :
ASAL 1.Meja  SUB CLUSTER 
POSKES/ 
TIM / Datang POS KOORDINASI FARMASI 
penerimaan  PUSK /LOK. 
Chek in /LOGISTIK 
RELAW relawan KESEHATAN PENGUNGSI
Tugas : KESEHATAN
AN 2.Isi  buku  tamu  AN 
1. Serahkan  obat-obatan  kepada  Tim 
(Tim  yang   
relawan yang akan bertugas di lokasi.
dibawa  ,    2. Isi  format  logistic  obat-obatan  yang 
jumlah  berasal dari bantuan (lihat format isian).
ambulans—isi  RSU PIDIE JAYA
3. Menyerahkan  logistic  kes  sesuai 
format ) RSU TGK CIK 
permintaan  Tim  relawan/lain-lain    DITIRO, RS TAS, 
3.Isi  BAST 
dengan  persetujuan  coordinator  kluster  RSS CITRA 
barang,  Jika  (format terlampir) HUSADA
Memberikan 
RSS MUFID
RSU Dr. 
bantuan   
obat /Logkes FAUZIAH 
4.Penempatan  RSS JEUMPA
lokasi   SUB CLUSTER   
RSUZA
5.memberi  YANKES RSU MEURAXA
SUB CLUSTER 
format  lap.   
SANITASI  
harian  penyakit 
DARURAT & 
utk tim relawan LINGKUNGAN
Pulang  6.Isi 
1. Masa permintaan 
tugas  SUB CLUSTER 
 
Check out obat 
relawan utk  di 
selesai  KESWA
&   pengembalian 
bawa  tim 
obat-obatan  jika  SUB CLUSTER 
 
relawan
ada sisa KIA / KESPRO
2. Laporan  SUB CLUSTER 
kegiatan  
PENGENDALIAN 
  PENYAKIT -  Antar  laporan  harian,  jam 
SUB CLUSTER  16.00 Wib/ hari
  - Rapat Sub kluster
GIZI
UR RUJUKAN PASIEN KORBAN GEMPA SELAMA TANGGAP DARURAT 
ABUPATEN PIDIE JAYA TANGGAL 7 s/ d 27 DESEMBER 2016 
LOKASI BENCANA PIDIE –
BANDA ACEH
PIDIE JAYA BIREUN
PSC 119

PSC 119
PKM  RSU TGK CHIK  RSU 
TRIENG  DITIRO
ZAINOEL 
GADENG RSU TGK 
PKM  ABDULLAH  ABIDIN
BANDAR  SYAFI’I
BARU
RSS CITRA 
PKM 
PANTEE 
HUSADA
RAJA RSS MUFID
PKM 
PKM   
CUBO
MEURAH  RSU PIDIE 
DUA JAYA
PKM 
BANDAR 
DUA
PKM 
MEREUD RSU dr FAUZIAH
U RSS JEUMPA RSU 
PKM ULIM PSC 119 RSS AVISENA
PKM 
MEURAXA
JANGKA 
BUYA

 
PSC 119
PSC 119 PSC 119
Alur Logistik Kesehatan dan Farmasi
Gempa Bumi Pidie Jaya 8 - 27 Desember 2016

Pos Koordinasi Kesehatan


Relawan
Registrasi
Sub Kluster Farmasi

Bantuan Obat/ Logistik Gudang Farmasi Kab/


Kota
Kesehatan
-Buffer Stock

Penerimaan
Pendistribusian
-Berasal dari sumber/ donatur
-Tanggal penerimaan -Sesuai permintaan poskes/
-Cek obat sesuai daftar relawan
-Nama, satuan, jumlah, No. Batch, ED
-Catat obat keluar
-Berita acara serah terima Catatan :
-Foto Bantuan -Tanda tangan petugas farmasi
obat LN
harus dan penerima
verifikasi
Balai POM By : P2KK
1
Penyebaran Pengungsi dan Populasi Rentan Pada Bencana Alam
Gempa Pidie Jaya 7 Desember 2016 (setelah 14 Des 2016)

Selat Malaka
Pkm
Bandar Pkm Pante
Baru Raja : Pkm Jangka
Buya
Pkm Ulim

PkmTringgad
eng
Pkm
Cubo
Pkm
Meureudu Pkm Bandar
Dua
Kondisi yang memungkinkan terjadi 
Tetanus pada Relawan yang membantu.

Ruko di Pante Raja Mesjid Trienggadeng POM Bensin Uleeglee

Ruko di Kota Mereudu RSU Pidie Jaya


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai