Anda di halaman 1dari 35

INFEKSI SALURAN KEMIH

MURNI 12-040
Anatomi Tractus Urinarius
Anatomi Ginjal
Anatomi Vesika Urinaria
Histologi Ginjal
Histologi Ureter
Fisiologi Ginjal
Tahap pembentukan urin
1) Filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus. Cairan yang
tersaring di tampung oleh kapsul bowman. Selama
24 jam darah yang tersaring dapat menapai 170
liter. Penyaringan di glomerulus disebut filtrat
glomerulus atau urine primer.

2) Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian
besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion
bikarbonat.
Fisiologi Ginjal.....
3) Sekresi
Sisa dari proses reabsorbsi pada tubulus akan
diteruskan ke papila renalis selanjutnya
diteruskan ke ureter lalu masuk ke vesika
urinaria.

4) Augmentasi
Adalah proses penambahan zat sisa dan urea
yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.
Hormon pada Ginjal
1. Hormon yang bekerja pada ginjal
 Hormon antidiuretik (ADH atau vasopressin)
 Aldosteron
 Peptida natriuretik (NP)
 Hormon paratiroid
2. Zat yang dihasilkan ginjal
 Renin
 Vitamin D
 Eritropoeitein
 Prostaglandin
Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme di dalam urine. Bakteriuria
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme
murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/
ml) pada biakan urin.
Klasifikasi ISK
Etiologi ISK
1. Mikroorganisme :
Escherichia coli : 90 %, Proteus spp : 33 %
1. Kebiasaan sering menahan BAK.
2. Mobilitas menurun
3. Sistem imunitas menurun, baik seluler
maupun humoral
4. Adanya hambatan pada aliran urin
5. Penggunaan kateter yang tidak tepat
6. Kurangnya kebersihan pada organ genitalia
Secara asending yaitu masuknya
mikroorganisme dalam kandung kemih karena
faktor anatomis, dimana wanita cenderung lebih
beresiko terinfeksi disebabkan uretra yang
berukuran lebih pendek dibanding uretra pada
laki-laki sehingga insiden terjadi ISK lebih tinggi
pada wanita. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kontaminasi fekal dan pemasangan alat
ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopi, pemakaian kateter).
Secara hematogen yaitu disebabkan sistem
imun yang rendah sehingga penyebaran infeksi
lebih cepat. Ada beberapa hal yang
mempermudah penyebaran secara hematogen
yaitu adanya bendungan total urin yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, dan
bendungan intrarenal akibat jaringan.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat
tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu urin menjadi
menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan
fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini
secara hematogen menyebar keseluruh traktus
urinarius.
Manifestasi Klinik
• Demam
• Mukosa memerah dan edema
• Ada ulserasi pada uretra
• Terdapat cairan eksudat yang purulent
• Adanya rasa gatal yang menggelitik
• Disuria (nyeri saat miksi)
• Nyeri pada bagian abdomen, punggung bawah
atau suprapubic
• Adanya sel-sel darah putih/ leukosit dalam urin,
atau adanya darah pada kasus yang parah
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan :

• Gejala klinis dan adanya bakteriuria bermakna


• Biakan urin : jumlah koloni kuman menunjukkan
kuman yang di anggap bermakna (105 koloni/ml atau
sekitar 100.000 koloni /ml).

Pemeriksaan penunjang
Bakteriologis
• Mikroskopis dengan mengidentifikasi adanya
organisme spesifik
• Biakan bakteri
Urinalisis
 Leukosuria atau puria : merupakan salah satu
bentuk adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat
lebih dari 5 leukosit/Lapang Pandang Besar (LPB)
sedimen urin.
 Hematuria : positif bila 5-10 eritrosit/ LPB sedimen
urin. Disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
Metode tes
1. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes
esterase leukosit)
2. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
3. Ultrasonografi
4. Sistoskopi
1. Vaginitis
2. Batu saluran kemih (urolithiasis)
3. Abses ginjal
Komplikasi

1. Gagal ginjal akut


2. Enselopati hipertensif
3. Gagal jantung
4. Edema paru
penatalaksanaan
Farmakoterapi, lama pengobatan 7-10 hari.
Pemberian antibiotik peroral dengan dosis
tungggal biasanya efektif, selama belum timbul
komplikasi.
• Sulfonamide, yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif.
Diberikan 3 x 0,5-1 gr selama 3-5 hari.
• Trimethoprim, yang aktif melawan bakteri gram
negatif. Diberikan dosis tunggal 2 x 100 mg
• Nitrofurantoin, sebagai antibakteri sistemik.
Diberikan 3 x 100 mg
• Kotrimoksazol diberikan 3 x 200 mg
Penatalaksanaan

Follow up pengobatan dilakukan dengan


pemeriksaan kultur urin setelah 2-3 hari setelah
pengobatan, karena kekambuhan sering terjadi
pada 3 bulan pertama.
Jika tanpa kelainan anatomis dan
pengobatan yang adekuat serta
pengawasan terhadap infeksi berulang
maka prognosisnya baik.
TRIGGER
“ Seorang wanita dengan umur 30 tahun, seorang ibu
rumah tangga datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri buang air kecil sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
pada suprapubic atau kadang di punggung sebelah
bawah, nyerinya seperti rasa terbakar dengan frekuensi
yang bertambah dan juga disertai dengan demam. Pasien
sering buang air kecil dimalam hari. Juga memiliki riwayat
penggunaan kateter saat pasca persalinan sekitar 8 bulan
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu tubuh
38,5 ºC. Tekanan darah 120/80 mmHg. Nadi 128x/menit.
Pada pemeriksaan lanjutan terjadi peningkatan leukosit
sekitar 10-30/LPB, tes Nitrat (+)”.
Anamnesa
Nama : Ibu Rani
Umur : 30 tahun

Keluhan utama : sejak 3 hari yang lalu


• Nyeri seperti terbakar pada suprapubic atau pada punggung
bagian bawah saat buang air kecil
• Demam
• Sering buang air kecil dimalam hari (nokturia)
Riwayat perawatan di RS :
Penggunaan kateter pasca persalinan
Pemeriksaan Fisik
 Suhu : 38,5 ºC
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 128 x/menit
Pemeriksaan lanjutan
Urinalisa Lekosituria = Peningkatan leukosit
10-30/LPB
Tes Nitrat  positif = Urin pasien terdapat
bakteri
Diagnosa : Sistitis
Adalah Infeksi pada kandung kemih atau vesika
urinaria.
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan
pemeriksaan penunjang.
Urinalisa, dilakukan pengambilan sampel urin aliran
tengah (midstream), agar urin tidak tercemar oleh
bakteri dari vagina atau ujung penis. Urin kemudian
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya
sel darah putih atau sel darah merah.
Biakan bakteri pada urin, dilakukan perhitungan
koloni bakteri dan dibuat biakan untuk menetukan
jenis bakterinya.
Untuk pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan
rontgen.
Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa
dilakukan adalah minum banyak cairan. Aksi
pembilasan ini akan membuang banyak bakteri
dari tubuh, bakteri yang tersisa akan
dilenyapkan oleh pertahanan tubuh.

Farmakoterapi, lama pengobatan 7-10 hari.


Pemberian antibiotik peroral dengan dosis
tungggal biasanya efektif, selama belum timbul
komplikasi.
Pada pasien ini diberikan ampisilin 3 mg atau
trimetoprin 200 mg selama 2 hari. Atau jika
mengalami resisten dapat di gunakan antibiotik
berikut ini :

Sulfonamide, yang dapat menghambat


pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif.
Trimethoprim, yang aktif melawan bakteri gram
negatif. Diberikan dosis tunggal 2 x 100 mg
Fluoroqinolones, memblok sintesis DNA bakteri.
Nitrofurantoin, sebagai antibakteri sistemik.
Follow up pengobatan dilakukan dengan
pemeriksaan kultur urin setelah 2-3 hari setelah
pengobatan, karena kekambuhan sering terjadi
pada 3 bulan pertama.
KESIMPULAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme di dalam urine. Pada umumnya
ISK disebabkan mikroorganisme seperti E.Coli,
Stafilokokus. Manifestasi klinis nya adalah nyeri
saat buang air kecil, dan kadang disertai demam.
Diperlukan pengobatan yang adekuat dan
pengawasan yang berulang agar penyakit ini
tidak menimbulkan komplikasi yaitu gagal ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Basmajian, John V., Slonecker, Charles E. Grant. 2000.


Metode Anatomi Berorientasi pada Klinik. Jilid
II.Jakarta: Binarupa Aksara.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran
Dorland Edisi 29. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ganong,William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hall & Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hastuti, Triani. 2007. Bahan Ajar Histology
Kardiovaskuler. Makassar: Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Jawetz E. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik.
Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Teks dan Atlas
Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
EGC.
Pearce, evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk
paramedis. Jakarta: Penerbit Buku Gramedia.
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Sagung Seto.
Saiffuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta:
Penerbit Buku Salemba Medika.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel
ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC.
Siregar, Harris, dkk. 1995. Sistem Urogenitalia Fisiologi
Ginjal. Makassar: Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik.
Jakarta: EGC.
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Buku Ajar IPD.
Jakarta : FKUI.
Ward, jerremy, dkk. 2009. At Glance Fisiologi. Jakarta:
Penerbit Buku Erlangga

Anda mungkin juga menyukai