Anda di halaman 1dari 54

UTAMAKAN

KESELAMATAN
PASIEN

PATIENT SAFETY
Anggi Napida Anggraini, MMR

PRODI SARJANA ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019
Insiden
IOM th1999
paling sedikit 44.000 bahkan 98.000 pasien meninggal di rumah sakit
dalam satu tahun akibat medical errors yang sebetulnya bisa dicegah.
Kuantitas ini > kematian akibat kecelakaan lalu lintas, kanker payudara
dan AIDS.

Depkes, 2008; DepKes RI, 2008


Insiden
Kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama
(24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan.
Data di Indonesia dilaporkan paling banyak kejadian adalah kesalahan
pengobatan (Depkes RI, 2008)

>> Penelitian (Anggraini, A, 2015) di Puskesmas Kasihan II Yogyakarta


ditemukan :
1. Kesalahan pemberian obat
2. Kesalahan dosis obat
3. Penempatan obat kadaluarsa dalam satu ruangan di Gudang obat
(dicampur)

(Konggres PERSI Sep 2007); DepKes RI, 2008


Insiden Plebitis
Data hasil dari penelitian ini didapatkan:
lama pemasangan infus <3 hari sebanyak
37 responden (32,8%) yang tidak mengalami flebitis 31 responden (10,8%) dan
yang mengalami flebitis 6 responden (26,2%).
Sedangkan untuk responden dengan lama pemasangan
infus ≥3 hari sebanyak 76 responden (67,2%) yang mengalami flebitis dan
tidak mengalami flebitis 2 responden (22,2%).

Berdasarkan hasil analisis data dengan Kesimpulannya bahwa ada pengaruh lama pemasangan infus
terhadap kejadian flebitis.
Oleh karena itu dapat disarankan untuk tim kesehatan di rumah sakit untuk melakukan perawatan infus
pasien sesuai prosedur, terutama untuk pasien dengan pemasangan infus lebih dari 3 hari, untuk
menghindari terjadinya flebitis.

(Putri, 2016)
Sumber : KONVENSI NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT KE VI 2006
In a Hospital :
Because there are
hundreds of
medications, tests
and procedures,
and many patients
and clinical staff
members in a
hospital, it is quite
easy for a mistake
to be made. . . .

(JCAHO :
Joint Commission
on Accreditation of
Healthcare
Organization)
PENDAHULUAN
• Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
• Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit
yaitu :
1. keselamatan pasien (patient safety)
2. keselamatan pekerja atau petugas kesehatan
3. keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas,
4. keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan
5. keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
rumah sakit.

Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap


rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
apabila ada pasien.
Pedoman nasional Karena
keselamatan itu rumah
pasien keselamatan pasien
sakit Kementrian merupakan
Kesehatan RI prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
Edisi III 2015
perumahsakitan.
PENDAHULUAN
• Di Indonesia gerakan keselamatan pasien dimulai ketika Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengambil inisiatif
membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada tahun
2005, kemudian berubah menjadi Institut Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (IKPRS). Pada tahun 2012 untuk melaksanakan ketentuan pasal
43 UU nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit dan ketentuan pasal 3
Permenkes 1691/Menkes/ Per/VIII/2011 ttg Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, Menteri Kesehatan membentuk Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS), dengan SK Menteri Kesehatan RI No 251
tahun 2012.
Pedoman nasional keselamatan pasien rumah sakit Kementrian Kesehatan RI
Edisi III 2015
Why Patient Safety?
Dasar Hukum
Undang – Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;
a. Pasal 2 : RS diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak & anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial.
b. Pasal 3 ayat b : memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan RS dan SDM di RS
c. Pasal 29 ayat b : memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, &
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar pelayanan RS.
d. Pasal 43 :
- Ayat 1 ; RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
- Ayat 2 ; Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa
& menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka KTD
- Ayat 3 ; RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan
pasien yang ditetapkan Menteri
- Ayat 4 ; Pelaporan IKP pada ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk mengkoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien Ketentuan lebih lanjut mengenai
keselamatan pasien ayat 1 & ayat 2 tertuang dalam Peraturan Menteri
Dasar Hukum
Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Pasal 5 : Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah
sakit wajib melaksanakan program dgn mengacu pada kebijakan
nasional Komite KPRS.
2. Pasal 6 : 1) Ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala
rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
3. Ayat 4 : tugas TKPRS
4. Pasal 7 Standar Keselamatan Pasien
5. Pasal 8 Sasaran Keselamatan Pasien
6. Pasal 9 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Dasar Hukum
Undang - Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
1. Pasal 2 : Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan pada nilai ilmiah, serta perlindungan dan keselamatan
pasien.
2. Penjelasan Umum ; asas & tujuan penyelenggaraan praktik
kedokteran yang menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah,
dan keselamatan pasien;
3. Penjelasan Pasal 2 : perlindungan dan keselamatan pasien adalah
bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran, dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien
Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. yang meliputi :
1. Asesmen risiko,
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien,
3. Pelaporan dan analisis insiden,
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera

Indonesia, P. M. K. R. (2011).
Definisi
• Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan

Pedoman nasional keselamatan pasien rumah sakit Kementrian Kesehatan RI


Edisi III 2015
Istilah dalam Patient Safety
1. Laporan Insiden Keselamatan Pasien adalah laporan tertulis atau suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang
tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkancederapadapasien.
Sisteminijuga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau
asuhan pasien.
2. Kejadian Potensi Cedera / Reportable circumstance adalah kondisi atau situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden. Contoh : Alat defibrilator di IGD rusak, ICU yang dalam kondisi jumlah tenaga yang
kurang.
3. Kejadian Tidak Cedera adalah suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera
4. Kejadian Nyaris Cedera adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga pasien tidak cedera
5. Kejadian Tidak Diharapkan adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying disease” atau kondisi
pasien.
6. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : Operasi pada bagian
tubuh yang salah. Amputasi pada kaki yang salah, dsb sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan & prosedur yang berlaku.
7. RCA/ Root Cause Analysis adalah metode evaluasi terstruktur untuk identifikasi akar masalah dari kejadian yang tidak
diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
8. FMEA/ Failure Mode & Effect Analysis adalah metode perbaikan kinerja yang dilakukan secara proaktif dengan melakukan
identifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Pasien
tidak cidera Near Miss (NM)
- Dpt obat “c.i.”, tdk timbul (chance)
- Plan, diket, dibatalkan (prevention)
- Dpt obat “c.i.”, diket, beri anti-nya
Medical Error (mitigation)

-Kesalahan proses
-Dpt dicegah
-Pelaks Plan action Pasien
tdk komplit
cidera Adverse Event (AE)
-Pakai Plan action yg
salah (KTD=Kejadian Tdk Diharapkan)
-Krn berbuat : commission
-Krn tidak berbuat : omission

Proses of Care Pasien


(Non Error) cidera Adverse Event

Nico A. Lumenta/KKP-RS
Keselamatan Pasien Rumah Sakit -
KPRS (Patient safety)
Mengapa Patient Safety
Quality Quality
Quality
Structure Process of care Outcome : AE
Costly
Cost: Invsment

“Blaming”
Patient Safety -Pengaduan, Tuntutan
-Culture -Tuduhan “Malpraktek”(Pid/Perd)
-Reporting -Proses Hukum:Polisi,Pengadilan
-Blow-up Mass Media, 90%
-Learning/Analysis/Research Publikasi-opini negatif
-K&R-based Standard-Guideline -“Pertahanan RS” :
-Implementasi,Monitor -Pengacara
-RS/Dr : Asuransi
-Patient Involvement -Tuntutan balik
- Dsb
Kepercayaan meningkat
Kecurigaan meningkat
Nico A. Lumenta/KKP-RS
Patient Safety di berbagai negara

1. Amerika : AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality),


2001
2. Australia : Australian Council for Safety and Quality in Health Care,
2000
3. Inggeris : NPSA (National Patient Safety Agency), 2001
4. Canada : NSCPS (National Steering Committee on Patient Safety),
CPSI (Canadian Patient Safety Institute), 2003
5. Malaysia : Patient Safety Council, 2004
6. Denmark : UU Patient Safety, 2003
7. Indonesia : KKP-RS, 2005
PROGRAM
“KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT”
SEBAGAI LANGKAH STRATEGIS
PENERAPAN
KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT

1). TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT

2). STANDAR KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


1
KKP-RS NO 001-VIII-2005

TUJUH LANGKAH MENUJU


KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
PANDUAN BAGI STAF RUMAH SAKIT
(KKP-RS)
7 Langkah menuju Keselamatan pasien
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP  Ciptakan kepemimpinan & budaya yg
terbuka & adil.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA  Bangunlah komitmen & fokus yang kuat &
jelas tentang KP di RS Anda
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO  Kembangkan sistem &
proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang
potensial bermasalah
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN  Pastikan staf Anda agar dgn mudah
dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN  Kembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dgn pasien
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP , Dorong staf anda utk melakukan
analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP  Gunakan informasi yang
ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP
Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil.

RS:
•Kebijakan : tindakan staf segera setetelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien - keluarga
•Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden
•Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
•Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP.

Tim:
• Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
• Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan /
solusi yg tepat.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang
KP di RS Anda.
RS:
•Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
•Di bagian2 ada orang yg dapat menjadi ”penggerak” (champion) KP
•Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi / Manajemen
•Masukkan KP dalam semua program latihan staf

Tim:
•Ada ”penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
•Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
•Tumbuhkan sikap kesatria yg menghargai pelaporan insiden.
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta
lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah.

RS:
• Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
• Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
• Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan kepedulian
terhadap pasien.

Tim:
• Diskusi isu KP dalam forum2, untuk umpan balik kepada mmanajemen terkait
• Penilaian risiko pada individu pasien
• Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah memperkecil
risiko tsb
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat melaporkan
kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS.
RS:
•Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dalam maupun ke luar - yg
harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.

Tim:
• Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, sebagai bahan pelajaran yg penting.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn
pasien.

RS:
•Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dgn pasien & keluarga
•Pasien & kel. mendapat informasi bila terjadi insiden
•Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien &
kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien)

Tim:
•Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila telah terjadi insiden
•Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
•Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP
Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul.

RS:
•Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
•Kebijakan : kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden
& minimum 1 X per tahun utk proses risiko tinggi.

Tim:
•Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
•Identifikasi bagian lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tsb.
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.

RS
•Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden,
audit serta analisis
•Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis,
penggunaan instrumen yg menjamin KP.
•Asesmen risiko untuk setiap perubahan
•Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS - PERSI
•Umpan balik kepada staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
Tim
•Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman.
•Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya.
•Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan.
2

STANDAR
KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT

(KARS – DEPKES)
Standar Keselamatan Pasien RS
(KARS – DepKes)
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk
melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

Indonesia, P. M. K. R. (2011); Depkes, 2008; Cahyono, 2008


Summary Of WHO/SEAR Regional
Workshop on Patient Safety
1. Patient safety must be built into all aspects of healthcare
2. Patient safety is action-oriented
3. Patient safety is a mindset and a behavior
4. Patient safety requires a safe reporting environment
5. Patient safety requires a partnership with patients, their
families and communities
Sasaran Patient safety
1.Indentifikasi pasien.
2.Peningkatan komunikasi yang efektif;
3.Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4.Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5.Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
6.Pengurangan risiko pasien jatuh.

Indonesia, P. M. K. R. (2011); Depkes, 2008; Cahyono, 2008


Sasaran 1: Indentifikasi pasien
Langkah Penerapan
• Rumah Sakit membuat kebijakan tentang Identifikasi Pasien
• Rumah Sakit membuat Pedoman/ Panduan Identifikasi Pasien yang dijadikan
acuan seluruh unit.
• Rumah Sakit merancang SPO Identifikasi Pasien melalui pemasangan gelang
identitas (min. 2 identitas, kapan dipasang? Dimana dipasang?)
• Rumah sakit mengemangkan SPO pemasangan dan pelepasan tanda identitas
risiko bagi pasien yang datang ke rumah sakit.
• Rumah sakit merancang SPO tentang Pemasangan dan pelepasan gelang
identitas
Minimal dua kali pengecekan yaitu:
1. Pertama mengidentifikasi pasien sebagai indivudu yang akan
menerima pelayanan
2. Kedua untuk menyesuaikan tindakan atau pengobatan pada individu
tersebut
Sasaran 2. Peningkatan komunikasi yang efektif
JCI & WHO (2007)
melaporkan kasus sebanyak 25.000-30.000 kecacatan yang permanen
pada pasien di Australia 11% disebabkan karena kegagalan komunikasi.

Apa yang harus dilakukan ???


Sumber: patient safety initiative (2002)
Hasil Penelitian Teori oleh : T. Reason 1990

Dewi (2011) yang menunjukkan hasil yang signifikan dengan melakukan pelatihan timbang terima dengan
pendekatan komunikasi S-BAR pada perawat maka berpengaruh juga terhadap penerapan keselamatan
pasien

Fitria (2012) judul penelitian Efektivitas pelatihan komunikasi S-BAR dalam meningkatkan motivasi dan
psikomotor perawat ruang medikal bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
HASILNYA : terdapat perbedaan bermakna motivasi dan psikomotor setelah pelatihan

JCI & WHO (2007) ; Komunikasi S-BAR adalah suatu metode komunikasi yang telah terstandaraisasi atau
menggunakan alat yang terstruktur yaitu situation, background, assessment dan recommendation,
sehingga informasi dapat disampaikan pada orang lain dengan efisien dan akurat
Langkah Penerapan :
• Rumah sakit mengembangkan Kebijakan tentang Keakuratan dan
penerapan Komunikasi (lisan, telepon) secara konsisten di rumah sakit.
• Rumah sakit mengembangkan Pedoman/ Panduan Komunikasi Efektif
yang akan dijadikan acuan bagi seluruh unit di rumah sakit.
• Rumah sakit merancang SPO tentang Komunikasi Efektif (lisan, telepon)
• Rumah sakit merancang SPO tentang Komunikasi Efektif SBAR Rumah
sakit membuat Daftar Singkatan resmi yang digunakan oleh seluruh
unit.
• Rumah sakit membuat SPO Serah Terima pasien
• Rumah sakit merancang SPO tentang Penyampaian Hasil Nilai Kritis
Sasaran 3 : Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai;
Obat-obatan menjadi bagian rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien terkait keamanan
obat.

Prinsip benar dalam pemberian


obat ?
Penelitian
• Untuk mencegah kesalahan obat dengan menerapkan prinsip 10 benar yaitu:
obat benar, dosis benar, benar pengkajian, pasien benar, rute benar, waktu
benar, dokumentasi benar, benar kadaluarsa, benar efek samping obat dan
benar informasi .

• (Tambayong, 2005; Berman et al, 2009; Potter & Perry, 2009).


Langkah Penerapan :
• Rumah sakit mengembangkan Kebijakan tentang Pengelolaan Obat di
rumah sakit
• Rumah sakit membuat Pedoman/ Panduan Pengelolaan Obat (high
alert & norum) yang akan dijadikan acuan bagi seluruh unit/ Rumah
sakit merancang SPO Identifikasi
• Pelabelan dan Penyimpanan obat High Alert Rumah sakit merancang
SPO Penyiapan dan Penyerahan obat Hight Alert
• Rumah sakit mmbuat SPO Pencampuran Obat IV Hight Alert
• Rumah sakit membuat SPO tentang Pemberian Obat dengan Benar
• Rumah sakit membuat Daftar Obat Yang Perlu diwaspadai
Sasaran 4: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi;
• Kesalahan terjadi akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat
antara anggota tim bedah, kurang melibatkan pasien dalam penandaan lokasi
operasi (site marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.

Langkah Penerapan :
• Rumah sakit mengembangkan Kebijakan tentang Prosedur Operasi (tepat lokasi-
tepat prosedur, tepat pasien)
• Rumah sakit merancang SPO tentang Penandaan Identifikasi Lokasi Operasi
• Rumah sakit merancang SPO tentang Surgical Patient Safety Check List
• Rumah sakit mengembangkan Form Surgical Patient Safety Check List
• Rumah sakit merancang SPO tentang Pengecekan Intrumen, Kasa
• Rumah sakit mengembangkan Form Pengecekan Instrumen, Kasa
Sasaran 5 : Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan;
1. Kewaspadaan standar, program pengendalian infeksi.
2. Pengusaha harus memastikan bahwa sarana cuci tangan tersedia pada tempat
yang ditandai dengan jelas dalam tempat kerja.
Tersedianya : sarana cuci tangan, sabun dan handuk, sekali pakai.
3. Penanganan benda-benda tajam dan peralatan injeksi sekali pakai yang aman.
a. Penempatan wadah tahan tusukan yang diberi tanda dengan jelas
b. Penempatan ulang yang teratur dari wadah benda-benda
tajam sebelum mereka mencapai garis isi
c. Hindari penutupan ulang dan manipulasi jarum dengan
tangan lainnya,
d. Tanggung jawab untuk pembuangan yang benar
e. Melaporkan setiap kejadian oleh setiap orang yang
menemukan benda tajam
Langkah Penerapan :
• Rumah sakit mengembangkan Kebijakan RS Pencegahan Infeksi
• Rumah sakit membuat Pedoman Pencegahan Infeksi di RS yang
dijadikan acuan diseluruh unit
• Rumah sakit merancang SPO tentang Cuci Tangan
• Rumah sakit menyediakan Fasilitas Cuci Tangan
• Rumah sakit melakukan sosialisasi dengan alat bantu : Sosialisasi ;
brosur, flyer, standing banner – Edukasi ; Pedoman Hand Hyangiene
(WHO)
Sasaran 6: Pengurangan risiko pasien jatuh

Rumah sakit perlu mengevaluasi resiko


pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sabagai
mengurangi resiko cidera bila sampai jatuh.
penyebab cidera bagi pasien rawat inap.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat
dan telaah terhadap konsumsi alkohol
Langkah Penerapan :
• Rumah sakit mengembangkan Kebijakan RS tentang Pencegahan
Pasien Jatuh
• Rumah sakit merancang SPO tentang Penilaian Awal Risiko Jatuh
• Rumah sakit menggunakan Form Penilaian : Morse Fall, Humpty
Dumpty
• Rumah sakit menggunakan Form Monitoring Risiko Jatuh Rumah sakit
membuat fasilitas seperti ; Signage/ Alat bantu
• Rumah sakit memperhatikan lingkungan rumah sakit yang menjadi
potensi cidera pada pasien
9 Program Keselamatan Pasien
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM atau
LookAlike, Sound-Alike Medication Names/ LASA.
2. Identifikasi Pasien
3. Komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien
4. Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Pengendalian Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Transisi Asuhan
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
8. Penggunaan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hyangiene) untuk Pencegahan
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan.
Rujukan
• Indonesia, P. M. K. R. (2011). Keselamatan Pasien Rumah Sakit. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011.
• Fatimah, F. S., & Rosa, E. M. (2016). Efektivitas Pelatihan Patient Safety; Komunikasi S-BAR pada Perawat dalam Menurunkan
Kesalahan Pemberian Obat Injeksi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia, 2(1).
• Fatimah, F. S. (2016). Gambaran Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
II. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 4(2), 79-83.
• Cahyono. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.
• World Health Organization & Joint Comission International. 2007. Communication during patient hand-overs. Diakses Dari:
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS-Solution3.pdf.
• Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal Health and Sport, 5(03).
• Putri, I,R,R. (2016). "Pengaruh Lama Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit
Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul." Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia 4.2 . 90-94.
• PEDOMAN-NASIONAL-KESELAMATAN-PASIEN-RS-EDISI-III-2015 diakses dari : http://www.rsmatasmec.com/wp-
content/uploads/sites/2/2019/04/PEDOMAN-NASIONAL-KESELAMATAN-PASIEN-RS-EDISI-III-2015.pdf
• Undang - Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit
• KKP-RS NO 001-VIII-2005

Anda mungkin juga menyukai