Anda di halaman 1dari 35

Antitrombotik

dan
Antikoagulan
Hemostasis

• Hemostasis merupakan suatu


mekanisme tubuh yang berfungsi untuk
menghentikan perdarahan dari
pembuluh darah yang rusak.
• Pada saat terjadi perdarahan, terjadi:
– Reaksi Vaskular
– Reaksi Selular
– Reaksi Biokimia
Reaksi Vaskular

• Pada saat terjadi kerusakan pembuluh


darah terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah
• Sel endotel pembuluh darah
memproduksi faktor von Willebrand 
membantu adhesi platelet dan sel
endotel yang rusak.
Reaksi Selular
Reaksi Biokimia
ANTITROMBOTIK/ANTIPLATELET
Jenis Obat

• Obat yang digunakan adalah yang


bersifat antiplatelet  mencegah
terjadinya agregasi
– Aspirin
– Thienopyridines (e.g., ticlopidine,
clopidogrel, prasugrel)
– GPIIb/IIIa antagonists
Mekanisme Kerja

Asetilasi dan
menghambat COX-1 
enzim yang dibutuhkan
untuk mensintesis
thromboxane A2
(aktivator dan rekrutmen
platelet).

Dalam dosis tinggi (1


g/hari), bersifat
menghambat COX-2
sintesis prostasiklin
vasodilator dan inhibitor
aktivasi platelet.
Indikasi

• Digunakan untuk prevensi sekunder


terjadinya gangguan kardiovaskular pada
pasien dengan CAD, cerebrovascular
disease dan peripheral vascular disease.
• Prevensi primer pada pasien dengan
risiko infark myokardium menahun.
Dosis

• Dosis berkisar 75-325 mg perhari


• Hati-hati penggunaan dengan dosis
tinggi  efek samping muncul sesuai
dengan peningkatan dosis
• Dosis rekomendasi 75-150 mg per hari
Aspirin per oral dengan cepat diabsorpsi oleh
mukosa lambung dan usus bagian atas.

Kadar dalam plasma dapat dideteksi setelah 20


menit konsumsi per oral dan konsentrasi puncak
dapat dicapai dalam 30–40 menit serta efek
hambatan pada fungsi platelet dicapai dalam
waktu 1–2 jam.
Resistensi aspirin

– Teori yang berkaitan antara resistensi aspirin


dengan obesitas adalah karena adanya peran
hormon leptin. Peningkatan leptin pada individu
obesitas bersifat proaterogenik dan dikaitkan
dengan disfungsi endotel, proliferasi sel otot
polos vaskular, peningkatan stres oksidatif, dan
inflamasi.

– Seluruh mekanisme tersebut juga ikut terlibat


dalam terjadinya penyakit aterosklerotik vaskular
– Resistensi aspirin didefinisikan dengan menggunakan
uji fungsi platelet dan dianggap sebagai kondisi yang
tidak merespon secara klinik terhadap aspirin.
– Resisten aspirin terjadi apabila memenuhi dua
kriteria, yaitu agregasi ≥70% dengan 10 μmol/L ADP
(adenosin difosfat) dan. ≥20% dengan 0,5 mg/mL AA
(asam arakidonat) menggunakan agregometer
platelet.
– Apabila hasil agregasi hanya memenuhi satu dari dua
kriteria di atas maka didefinisikan sebagai aspirin
semirespon
Thienopyridine : • Ticlopidine, Clopidogrel, Prasugrel

•Secara selektif menghambat


ADP secara ireversibel dengan
menduduki reseptor P2Y12
 menghambat agregasi platelet.

•Ticlopidine dan Clopidogrel


merupakan prodrug harus
diaktifkan oleh CYP P450 di hati

•Obat-obatan ini memiliki aksi


yang lama di dalam tubuh 
pada pasien yang harus
menjalani tindakan harus
menghentikan obat ini selama 5
hari.
Mekanisme Kerja
• Secara selektif menghambat ADP secara
ireversibel dengan menduduki reseptor
P2Y12
 menghambat agregasi platelet.
• Ticlopidine dan Clopidogrel merupakan
prodrug harus diaktifkan oleh CYP P450
di hati
• Obat-obatan ini memiliki aksi yang lama di
dalam tubuh  pada pasien yang harus
menjalani tindakan harus menghentikan
obat ini selama 5 hari.
Dosis

• Ticlopidine 250 mg per hari di bagi


dalam 2 dosis.
• Clopidogrel 75 mg 1 kali sehari
• Prasugrel  loading dose 60 mg
selanjutnya 10 mg perhari.
GPIIb/IIIa Antagonis

• Abciximab
• Eptifibatide
• Tirofiban
Mekanisme Kerja

• Reseptor GPIIb/IIIa diekspresikan


pada permukaan dari platelet 
mengikat fibrinogen yang berfungsi
untuk agregasi platelet
FEATURE ABCIXIMAB EPTIFIBATIDE TIROFIBAN

Fab fragment of Cyclical KGD-


Nonpeptidic RGD
Description humanized mouse containing
mimetic
monoclonal heptapeptide
antibody

Specific for No Yes Yes


GPIIb/IIIa
Plasma half-life Short (min) Long (2.5 hr) Long (2.0 hr)

Platelet-bound
Long (days) Short (sec) Short (sec)
half- life

Renal clearance No Yes Yes


Cara Pemberian dan Efek Samping

• Diberikan melalui intravena secara bolus


bersama dengan infus.
• Efek samping yang dapat terjadi:
– Trombositopenia  immune mediated,
terutama pada penggunaan abciximab.
ANTIKOAGULAN
Jenis Obat

• Parenteral :
– Heparin
– LMWH
– Fondaparinux
• Oral:
– Warfarin
Antikoagulan Parenteral

FEATURE HEPARIN LMWH FONDAPARINUX


Source Biologic Biologic Synthetic
Molecular weight 15,000 5000 1728
Target Xa andIIa Xa andIIa Xa
Bioavailability (%) 30 90 100
Half-life (hr) 1 4 17
Renal excretion No Yes Yes
Antidote Complete Partial No
HIT <5% <1% Never
Heparin

• Diberikan parenteral  IV / SC
• Efek samping:
– Perdarahan
– Trombositopenia
– Osteoporosis
– Peningkatan transaminase
Indikasi

• Trombosis vena
• Emboli paru
• Unstable angina atau acute myocardial
infarction selama pembedahan.
• DIC
• Pilihan obat antikoagulan untuk
kehamilan.
Administrasi

• Pengobatan untuk tromboembolisme vena


diberikan injeksi bolus inisial 5000 unit
selanjutnya diikuti dengan 1200 sampai 1600
unit perjam dengan menggunakan pompa
infus.
• Heparin dosis rendah dapaat digunakan
untuk profilaksis bagi pasien dengan risiko
tinggi terjadinya trombosis vena dalam dan
tromboembolisme  5000 unit diberikan
setiap 8 sampai 12 jam.
• Pada pemberian heparin harus diperhatikan
monitoring aPTT.
LMW
H
– ADVANTAGE – CONSEQUENCE

– Better bioavailability and longer – Can be given subcutaneously


half- life after subcutaneous once or twice daily for both
injection prophylaxis and treatment
– Dose-independent clearance
– Simplified dosing
Predictable anticoagulant – Coagulation monitoring
unnecessary for most patients
response
– Safer than heparin for short- or
– Lower risk of heparin-induced long-
– thrombocytopenia – term administration
– Lower risk of osteoporosis – Safer than heparin for long-
term administration
EfekSamping

• Perdarahan
• Trombositopenia
• Osteoporosis
Fondaparinux

• Dosis 2.5 mg untuk prevensi


tromboembolisme vena dan untuk
pasien dengan sindrom koroner akut.
• Efek samping:
– Perdarahan
Warfarin
Mekanisme Kerja
• Warfarin bersifat antagonis terhadap
vitamin K.
• Faktor koagulasi II, VII, IX dan X dan
protein antikoagulasi protein C dan S
disintesis di hati dan secara biologis
inaktif.
• Aktivasi faktor koagulasi ini membutuhkan
vitamin K
• Warfarin bekerja sebagai inhibitor dari
enzim vitamin K reduktase.
• Digunakan dalam dosis 5 sampai 10 mg
• Efek samping:
– Perdarahan
– Nekrosis Kulit
• Penggunaan warfarin harus hati-hati karena
dapat terjadinya interaksi dengan obat lainnya.
– Obat-obatan yang menghambat CYP2C9 
amiodarone, azole antijamur, cimetidine,
cloidogrel, cotrimoxazole, disulfira, fluoxetine,
isoniazid, metronidazole, sulfinpyrazone,
tolcapone atau zafirlukast
– Penggeseran dari ikatan protein  loop diuretik
atau valproat.
Daftar Pustaka

• Bonow OR, Mann DL, Zipes DP, Libby P.


Braunwald’s Heart Disease. 9th Ed.
Masshasusetts: Elsevier Saunders; 2012.
• Brunton LL, Lazo JS, Parker KL.
Goodman&Gilman’s The Pharmacological
Basis of Therapeutics. 11th Ed. New York:
McGrawHill; 2006.
• Mohrman DE, Heller LJ. Physiology of
Cardiovascular. 6th Ed. New York:
McGrawHill; 2006.

Anda mungkin juga menyukai