• Kokas adalah bahan karbon padat yang
berasal dari distilasi batubara rendah abu dan
rendah sulfur, batubara
bitumen. Kokas batubara berwarna abu-abu,
keras, dan berongga. Kokas sebenarnya dapat
terbentuk secara alami, namun bentuk yang
umum digunakan adalah buatan manusia.
• Kokas mengandung 87-89% karbon.
• Proses penyulingan kokas bisa berlangsung
tanpa oksigen atau dengan menggunakan
oksigen terbatas.
• Dalam proses ini, komponen-komponen yang
dapat terbakar dan zat-zat terbang di dalam
bahan penyusun kokas, kecuali karbon
dihilangkan.
• Kokas yang paling lazim digunakan adalah
kokas yang terbuat dari batubara jenis
tertentu
• Yakni batubara yang dapat berubah menjadi
lunak dan kemudian membeku kembali dalam
proses pemanasan yang berlangsung tanpa
oksigen (coking coal).
• Kokas sangat berperan dalam proses reduksi
oksida logam, terutama untuk mengekstraksi
logam dari bijih logamnya.
• MO + C -> M + CO (gas)
• MO + CO -> M + CO2
• Dengan M adalah unsur logam.
• Coking coal (batubara kokas) didefinisikan
sebagai batubara yang mengalami pelunakan,
pemuaian dan mengeras kembali menjadi kokas
selama proses karbonisasi (Aisi, 2006).
• Proses tersebut dinamakan tahapan plastis. Zona
plastis yang dilalui oleh kokas ditunjukan pada
Gambar II.2 (Zimmerman & Raymond, 1979).
• Coking coal juga harus memiliki kandungan sulfur
dan fosfor rendah (Yustanti, 2012).
• Kokas yang baik harus memiliki sifat caking
yaitu kemampuan menggumpal
(agglomeration) dan mengembang (swelling)
selama pemanasan dilakukan (Loison, 1989).
Batubara dapat dimanfaatkan sebagai kokas
yang baik jika memiliki nilai free swelling index
(FSI) sebesar 4 sampai 6 (Yustanti, 2012).
• Coking coal merupakan batubara yang diubah
menjadi kokas dengan menghilangkan
pengotornya untuk menghasilkan karbon yang
hampir murni.
• Kokas terbuat dari pembakaran campuran
batubara bituminus (disebut juga
metallurgical coal atau coking coal) pada
temperatur tinggi tanpa udara sampai volatile
matter-nya hilang.
• Kokas digunakan terutama untuk melebur bijih
besi dan bahan besi lainnya di dalam blast
furnace, penggunaan kokas sebagai sumber
panas dan agen pereduksi untuk menghasilkan
pig iron atau hot metal.
• Ada banyak jenis batubara di dunia, mulai dari
brown coal atau lignit hingga antrasit.
• Ciri yang membedakan batubara kokas dengan
batubara lainnya adalah kemampuan caking,
yang merupakan syarat khusus yang
diperlukan untuk membuat kokas.
• Kokas diproduksi dengan memanaskan coking
coal dalam oven sehingga suhu batubara
meningkat, batubara melebur dan menjadi
plastic sebelum berubah menjadi partikel
kokas. Hal ini dikenal sebagai proses
penggumpalan. Kualitas kokas yang dihasilkan
ditentukan oleh kualitas dari batubara kokas
yang digunakan, serta kondisi pengoperasian
pabrik kokas.
• Kokas berkualitas sangat dipengaruhi oleh
peringkat batubara, komposisi, kandungan
mineral dan kemampuan untuk melunakkan
ketika dipanaskan menjadi plastic, dan
membeku kembali menjadi massa yang
koheren. Batubara kelas bituminous tinggi,
menengah, dan peringkat rendah yang
memiliki sifat ini disebut "coking" coal.
• Kokas metalurgi memiliki tiga peran utama:
1. Sebagai bahan bakar, kokas menyediakan panas untuk
kebutuhan endotermik dari reaksi kimia dan pencairan slag
dan logam,
2. Sebagai kimia, untuk mengurangi sifat agen, menghasilkan
gas untuk pengurangan oksida besi; dan
3. Sebagai dukungan permeabel, kokas bertindak sebagai satu-
satunya bahan padat dalam tungku yang mendukung iron-
burden dan memberikan matriks permeabel yang diperlukan
untuk slag dan logam untuk masuk ke dalam perapian dan
menghasilkan gas panas yang dapat naik ke atas ke dalam
stack.
Dari tiga peran tersebut, dua yang pertama dapat diganti dengan
minyak, gas, plastik, dan batubara.
BAJA
• Baja adalah logam aloy yang komponen utamanya adalah
besi, dengan karbon sebagai material pengaloy utama.
Karbon bekerja sebagai agen pengeras, mencegah atom
besi, yang secara alami dalam lattice, begereser melalui
satu sama lain. Memvariasikan jumlah karbon dan
penyebaran alloy dapat mengontrol kualitas baja. Baja
dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras
dan memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi
klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon
sampai 5,1 persen yang dimana aloy dengan kadar karbon
lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi.
Proses peleburan Baja
• PROSES PELEBURAN TAHAP I
• dimulai saat scrap dan bahan baku dituang dari tempat
pengisi kedalam dapur listrik berkapasitas 108 ton. Dapur
listrik ini menggunakan energi listrik untuk memanaskan scrap
dan bahan baku lain hingga diatas 3.0000 F dan melelehkannya
hingga bentuk cair. Dalam proses ini , slag terbentuk dan
mengapung pada bagian atas baja cair dengan kotoran oksida
dan kemudian dibuang.
• Tahap kedua pada proses peleburan ini, Baja
cair dituang ke dalam Ladle Refining Furnace.
Dalam hal ini baja diuji dan diatur
komposisinya serta temperaturnya sehingga
dapat dipastikan sifat mekanik dalam grade
yang diinginkan pada baja yang dihasilkan.
• Produk yang sudah dibentuk dipindahkan ke
cooling bed ( bed pendingin ) dimana ada
kondisi tersebut dalam batas ijin sebelum
produk dipotong dan diikat.
Proses Re-Heating Bed Pendingin