Anda di halaman 1dari 16

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM MENCEGAH DAN MENANGKAL


RADIKALISME

Oleh :
Ketua FKDM Kalsel
H.M. Bayu Budjang, SH., MM

Pada rakor FKDM Kab. HSS


di Kandangan

Rabu, 13 Nopember 2013


MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MENCEGAH DAN MENANGKAL RADIKALISME DI
KOTA JAMBI

Radikalisme
(Radicalism)
• Paham / aliran yang ‘radikal’ dalam politik.
• Paham / aliran yang menginginkan perubahan/
pembaharuan sosial dan politik dengan cara yang
drastis, atau kalau perlu dengan kekerasan.
• Sikap ekstrim dalam aliran politik.
• Kegiatan yang bertujuan merubah sistem sosial
politik secara drastis.
Kelompok yang mempunyai keyakinan
ideologi tinggi dan fanatik yang mereka
perjuangkan untuk menggantikan
tatanan nilai dan sistem yang berlaku.

Dalam kegiatannya sering menggunakan


aksi-aksi kekerasan, dan bahkan kasar,
Kriteria
terhadap kelompok masyarakat lainnya
Radikal yang dianggap bertentangan dengan
keyakinan mereka.

Secara sosio-kultural dan sosio-religius,


mereka mempunyai ikatan kelompok yang
kuat dan menampilkan ciri-ciri
penampilan diri dan ritual yang khas.
Pemikiran radikal
yg lbh bersifat
gagasan, tdk
Radikalisme dlm bentuk aksi
Statis nyata kekerasan

RADIKALISME Radikalisme yg
merusak,
gunakan
Radikalisme metode
Destruktif kekerasan dlm
wujudkan
tujuan yg dicita-
citakan
Sidney Jones menyatakan :
• … radikalisme lebih terbuka pada era sekarang, tetapi bibit-
bibit radikalisme tertanam pada mereka yang melawan rejim
represif Soeharto….
• Contohnya, radikalisme pada masa Orde Baru terjadi pada
peristiwa Tanjung Priok 1984. Para Pelaku radikalisme
berangkat ke Afganistan untuk ikut berperang melawan Uni
Sovyet pada masa itu, sekaligus dipersiapkan untuk melawan
rejim represif Soeharto.
• Kaum radikal memandang dunia secara hitam putih, dan
menganggap mereka yang paling benar.

Sifat Radikalisme diwujudkan dengan cara :


a. Kekerasan (violent)
b. Tanpa kekerasan (non-violent)
• Didorong oleh rasa ketidak adilan dan
Penyebab kekecewaan akibat tata sosio-ekonomis dan
Timbulnya sosio-politis, yang sifatnya :
Radikalisme / a. Diskualifikatif, dicirikan dengan sulitnya
mendapatkan akses ke dunia kerja akibat
Ekstrimisme ketidak mampuan bersaing karena rendahnya
keterampilan dan pendidikan;
b. Dislokasi sosial-ekonomis, dalam bentuk
termarginalisasikannya kaum miskin dari
sumber daya ekonomi, sosial, dan kultural;
c. Deprivasi sosio-politis, dapat berupa proses
pemiskinan masyarakat kelas bawah, lebih
besar melalui lembaga-lembaga ekonomi yang
sifatnya monopolitik, adanya konglomerasi
dan masuknya modal asing yang berkolusi
dengan elit penguasa lokal atas penguasaan
sumber-sumber ekonomi dan politis.
Muncul radikalisasi individual / kelompok
di Asia yang mengatasnamakan :

- Ideologi perubahan atau keyakinan teokratis,


- dengan tafsir sempit, miopik, dan sepihak.
- yang secara radikal dan brutal justru
disalahgunakan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan radikal dan ekstrim.

Perbuatan radikal dan ekstrim inilah yang akhir-


akhir ini dinamai dengan teror / terorisme.
• Radikalisme yang diwujudkan melalui cara-cara kekerasan
(terorisme), yang berarti “menakuti-nakuti” (to terrify) atau
Terrere (Bahasa Latin) yang berarti “menimbulkan rasa
gemetar atau cemas”, atau Irhab (Bahasa Arab) yang berarti
intimedasi atau Khaafa (Bahara Arab) yang berarti takut.

• Pada awalnya terorisme mempunyai konotasi positif, yaitu


dipergunakan oleh negara / pemerintah untuk menegakkan
gagasan dan cita-cita demokrasi pada masa Revolusi
Perancis (1793-1794), guna meredam kekacauan dan
pemberontakan rakyat, yang mencirikan bahwa kegiatan
rejim tersebut bersifat terorganisasi, deliberate, dan
sistematis, dan bertujuanuntuk menggantikan sistem yang
korup dan tidak demokratis. Rejim Perancis setelah Revolusi
ini disebut “Republik de la terreur” (Republik Teror) di bawah
Pimpinan Robespierre.
Radikalisme /
Fundamentalisme / • Dilakukan dengan
keyakinan, motif, tujuan,
Ekstrimisme Terorisme
dan latar belakang
politik (motif altruistik
politik)

• Political Crime /
Political Offence
• Mengharapkan
• Secara sadar konsekuensi politik
menentang dan sesuai dengan yang
melawan tertib hukum, diyakininya.
tertib politik, dan tertib
sosial yang berlaku
Radikalisme
Penanggulangan radikalisme melalui sarana dan
mekanisme hukum harus dilakukan secara hati-
hati.

Karena proses kriminalisasi yang tanpa memilah-


milah, justru akan mendatangkan keresahan sosial
(social unrest).

Oleh karena itu, persoalan antara demokrasi/ kebebasan


(liberty) dengan keamanan rakyat (security) harus perlu
dijaga harmonisasinya
Dalam negara demokrasi, radikalisme dapat menjadi faktor
krimininogen, manakala ide/cita/nilai yang diyakininya
diwujudkan melalui cara-cara kekerasan dan cara-cara yang
melawan hukum (misalnya melalui terorisme dan
pemberontakan)

Pengaturan hukum terhadap bahaya radikalisme, terutama


yang diwujudkan melalui cara-cara kekerasan dan melawan
hukum, menjadi relevan manakala pengaturan dimaksud
bertujuan untuk melindungi keamanan dan perdamaian umat
manusia (human security).

Sehingga penggunaan kekerasan dalam mewujudkan


radikalisme melalui terorisme, dipandang sebagai suatu
“extra-ordinary crime” yang harus ditanggulangi secara “extra-
ordinary measures”, dikarenakan cara-cara memperjuangkan
keyakinan dan ideologi politik seperti ini dipandang sebagai
“hostes humanis generis” (musuh umat manusia).
P ro – Kontra
Terhadap Kriminologi R adikalisme

Victim – Oriented
Offender – Oriented (Perlindungan Korban)

(Perlindungan HAM Bersifat massal - random

pelaku) Perlindungan terhadap ancaman :


• Hak untuk hidup
• Bebas dari rasa takut
• Kebebasan demokrasi
• Integritas teritorial
Penanggulangan radikalisme tidak • Keamanan nasional
cukup hanya sekadar melalui • Stabilitas pemerintahan yang sah
kriminalisasi yang bersifat kebijakan • Pembangunan
penal (pemidanaan), tapi perlu dicari • Ketertiban umum
upaya lain yang bersifat non-penal • Harmoni trhadap perdamaian
(non pidana) internasional
I. Mulai dari :
 Konflik Komunal (Sectarian) di Ambon dan Poso , 1999 s.d
2000;
 Bom Natal di 10 kota besar , 2000;
 Bom Bali I, 2002;
 Bom J.W. Marriot I, 2003;
 Bom Kedubes Australia, 2004;
 Bom Bali II, 2005
 Bom J.W. Marriot II dan Ritzt Carlton, 2009.
 Rencana aksi teror bom Pok Jati Asih; (target Presiden RI,
2009)
15
www.bnpt.go.id
Deradikalisasi
Pencerahan Sosial Social Policy Soft-Approach

Upaya strategis untuk memangkas


seluruh jalur dan variabel yang dapat
dipandang sebagai stimulan munculnya
radikalisme.

Pemahaman akan
Kebhinekaan / Keberagaman
ANCAMAN RADIKALISME
TERHADAP PELAJAR DAN
UPAYA YANG DAPAT DI
LAKUKAN PENDIDIK UNTUK
MENANGGULANGINYA

VIDEO
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai