Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL

KELOMPOK 5B
Nama Kelompok
• Ananta Baru W. (P17230174059)
• Safety Sheden S. (P17230173043)
• Trisna Cahya S. (P17230173046)
• Yusendi Putri R. (P17230173050)
• Shofi Nashrul L. (P17230174062)
Isolasi Sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Damaiyanti, 2008)

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart


dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal
(Teori) (Fakta)
Stresor presipitasi terjadinya isolasi Ny. A kambuh 3 hari yang lalu dengan
sosial dapat ditimbulkanoleh faktor gejala marah-marah menendang pintu,
internal maupun eksternal meliputi: bicara dan ketawa sendiri,
• Stresor Sosial Budaya ngomel,obat tidak diminum,
menyendiri dalam kamar dan tidak
• Stresor Psikologi mau keluar rumah.
1. Stresor sosial budaya, dimana pasien menyendiri dalam kamar dan tidak
mau keluar rumah sehingga menyulitkan dalam berhubungan sosial.
2. Stresor psikologi, dimana pasien terdapat gejala marah-marah, bicara dan
ketawa sendiri, ngomel sehingga menurunnya kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan orang lain.
Teori Fakta
• Faktor perkembangan • Pasien pernah masuk RSJ sebanyak
• Faktor Sosial Budaya tiga kali. Pasien pernah mengalami
gangguan jiwa masalalu, pasien
• Faktor Biologis berbicara sendiri dan tertawa atau
tersenyum sendiri, pasien malas
untuk berinteraksi dengan orang
lain. Pasien saat berada dirumah
dikurung dalam kamar.
1. Faktor perkembangan, dimana pasien kurang stimulus kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari orang tua sehingga
sampai dikurung di dalam kamar.
2. Faktor sosial budaya, dimana pasien menarik diri dari
lingkungan dan malas berinteraksi.
3. Faktor biologis, dimana pasien tidak terdapat gangguan pada
organ tubuh.
• Pada hasil teori dan fakta saling berkaitan
No DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ds: Pasien mengatakan malas dan menyendiri Isolasi sosial (menarik diri)
Do: Menyendiri, melamun, dan tidak pernah mengikuti kegiatan

2. Ds: Pasien mengatakan terkadang malas mandi Defisit perawatan diri


Do: Penampilan kurang rapi kulit kaki berdaki,rambut berketombe

3. Ds: Pasien mengatakan melihat bayangan orang yang lewat Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
penglihatan
Do: -

4. Ds: pasien mengatakan tidak mengetahui tentang gangguan jiwa, penyebab dan tanda Kurang pengetahuan
gejala gangguan jiwa
Do: -

5. Ds: - Defisit aktifitas hiburan


Do: pasien terlihat malas dalam melakukan aktifitas sehari-hari

6. Ds: pasien terkadang menjawab pertanyaan tidak sesuai Gangguan proses pikir
Do: -
7. Ds: pasien mengatakan benci kepada kakaknya karena pernah diusir dari rumahnya Respon pasca trauma

Do: -

8. Ds: klien mengatakan ketika stress muncul keinginan untuk berdiam diri dan tidak berinteraksi Koping individu infektif
dengan orang lain

Do: -

9. Ds: - Resiko Perilaku Kekerasan

Do: pasien ada gejala marah-marah menendang pintu

10. Ds: pasien mengatakan pernah diusir oleh kakaknya Koping keluarga inefektif

Do:-

11. Ds: pasien mengatakan ketika pulang dari RSJ pasien tidak minum obat lagi Regimen terapeutik inefektif

Do:-

12. Ds: - Gangguan komunikasi verbal

Do: pasien berbicara lambat, intonasi pelan ,bicara hanya bila ditanya,terkadang bicara
menggumam dan kurang jelas

13. Ds: pasien mengatakan merasa malu dengan keadaan dirinya saat ini karena orang lain sering HDR
mengolok-olok
Do:pasien menyendiri
Hubungan Sosial
A. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan dirumah paling dekat dengan bapak/keluarganya, di RSJ
mengatakan paling dekat dengan temannya yang bernama Ny.C.
B. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan di lingkungan masyarakat tidak pernah mengikuti kegiatan. Di
ruangan cenderung malas dan menyendiri.
C. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malas dan tidak mampu memulai pembicaraan.
SPTK 1 SPTK 2
1. Membina hubungan saling percaya 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
pasien
2. Memperkenalkan diri 2. Berdiskusi dengan pasien tentang manfaat
berinteraksi dengan orang lain
3. Menjelaskan tujuan pertemuan 3. Berdiskusi dengan pasien tetang kerugian
4. Membuat kontrak interaksi yang jelas tidak berinteraksi dengan pasien
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan
seseorang
5. Mengajarkan pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian
SPTK 3
SPTK 4
1. Membina hubungan saling 1. Membina hubungan saling percaya
percaya
2. Mengevaluasi cara berkenalan yang
2. Mengajarkan pasien berinteraksi siudah diajarkan
secara bertahap (berkenalan
dengan 2 orang) 3. Mengajarkan cara berkenalan dgn 3
orang
3. Menanyakan perasaan klien 4. Menanyakan perasaaan klien setelah
setelah berkenalan berkenalan

Anda mungkin juga menyukai