Anda di halaman 1dari 22

Swamedikasi pada

Pasien Batuk-Pilek
Oleh :
Sekarayu Tisnawati (2019000079)
Siti Nurhalizah (2019000083)
Theronika Thennesius (2019000088)
Winda Melfariana (2019000098)
Yulius Evan Christian (2019000104)
DEFINISI BATUK
Batuk adalah mekanisme tubuh berupa dorongan udara yang
kuat dari dalam paru yang berguna untuk membersihkan
saluran pernapasan dari benda asing dan lendir yang
berlebihan yang merupakan stimulus untuk terjadinya batuk.
(Bowman and Rand, 2010; Djojodibroto, 2009; Djunarko dan
Hendrawati, 2011).

Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti iritan yang


terhirup (asap atau debu), gangguan yang menyebabkan radang,
penyempitan serta penekanan saluran pernapasan, alergi (udara
dingin, debu, bulu hewan), penyakit- penyakit (asma, TBC,
penyakit paru obstruktif kronis) dan penggunaan obat-obat
tertentu seperti obat tekanan darah tinggi (captopril dan
enalapril) (Tietze, 2006; Djunarko dan Hendrawati, 2011).
KLASIFIKASI
Batuk dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
• Akut (berlangsung kurang dari 3 minggu)
• Subakut (berlangsung selama 3-8 minggu)
• Kronik (berlangsung lebih dari 8 minggu)

Jenis batuk dapat dibedakan menjadi 2 macam, yakni :


• Batuk produktif (dengan dahak)
• Batuk non-produktif (kering)
Pada batuk produktif, penyebab sekret berwarna bening
(bronkitis), bernanah (infeksi bakteri), berubah warna
(kekuningan dengan peradangan) dan berbau (infeksi bakteri
anaerob) (Djunarko dan Hendrawati, 2011; Tietze, 2006).
Batuk berdasarkan Produktivitasnya
Batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu
• Batuk berdahak (batuk produktif)
• Batuk kering (batuk non produktif).

• Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan.


Batuk berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran
nafas, seperti influenza, bronchitis, radang paru, dan sebagainya.
Selain itu batuk berdahak terjadi karena saluran nafas peka
terhadap paparan debu, polusi udara, asap rokok, lembab yang
berlebihan dan sebagainya.

• Batuk kering ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam


saluran nafas, suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa
sakit pada tenggorokan. Batuk kering dapat disebabkan karena
adanya infeksi virus pada saluran nafas, adanya faktor-faktor alergi
(seperti debu, asap rokok dan perubahan suhu) dan efek samping
dari obat (misalnya penggunaan obat antihipertensi kaptopril).
Batuk Berdasarkan Waktu Berlangsungnya
1. Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3
minggu. Penyebab batuk ini umumnya adalah iritasi, adanya
penyempitan saluran nafas akut dan adanya infeksi virus atau
bakteri.

2. Batuk Subakut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 – 8
minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut
saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya
kerusakan epitel pada saluran nafas.

3. Batuk Kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari
8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya
penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis,
bronchitis dan sebagainya.
Epidemiologi
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi ISPA di
Indonesia adalah 25,5% (kisaran 17,5– 41,4%); masyarakat
umumnya mampu mengenali sendiri gejala flu, salesma atau
batuk-pilek yang khas seperti pilek/hidung berair (rhinorrhoea),
hidung tersumbat, tenggorokan sakit dan sakit kepala. Gejala flu
seringkali disertai demam ringan pada awal gejala, nyeri otot dan
badan lemah (fatigue). Flu, salesma atau batuk pilek sebagian
besar (90%) disebabkan oleh virus saluran pernapasan, umumnya
rhinovirus, dan penderita dapat Sembuh sendiri (self limiting
disease) bergantung pada daya tahan tubuhnya. Puncak gejala
biasanya sekitar hari ke-3 atau ke-4, dengan rhinorrhoea yang
awalnya berupa cairan bening, kemudian dapat berubah menjadi
lebih kental; kemungkinan dapat didiagnosis keliru
(misdiagnosed) sebagai infeksi sinus.
Heikkinen T, Jarvinen A. The common cold. Lancet.2003;361:51-9.
Patofisiologi Batuk
Refleks batuk dimulai dengan adanya stimulasi pada
reseptor, dimana reseptor batuk merupakan golongan
reseptor yang secara cepat beradaptasi terhadap adanya
iritan. Ada ujung syaraf yang berlokasi di dalam epitelium di
hampir sepanjang saluran nafas yang paling banyak
dijumpai pada dindng posterior trakea, karina, dan daerah
percabangan saluran nafas utama. Pada bagian faring juga
terdapat reseptor batuk yang dapat dipicu oleh adanya
stimulus kimia maupun mekanis.
Reseptor mekanis sensitif terhadap sentuhan perubahan;
terkonsentrasi di laring, trakea, dan karina.
Reseptor kimia sensitif pada adanya gas dan bau-bauan
berbahaya; terkonsentrasi di laring, bronkus, dan trakea

( Ikawati, Z., 2011, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa Ilmu, Yogyakarta)
Gejala Klinis
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri pada tubuh
4. Radang tenggorokan
5. Mual atau muntah
6. Sakit kepala
7. Berkeringat pada malam hari
8. Influenza

( Ikawati, Z., 2011, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa Ilmu, Yogyakarta)
PILEK
Pilek merupakan infeksi rongga hidung dan saluran napas
karena adanya virus serta suatu gejala berupa gangguan
pernapasan karena terjadi sumbatan hidung, bersin-bersin, dan
dihasilkannya ingus (lendir dari hidung). Beberapa hal yang
dapat menyebabkan pilek adalah alergi (cuaca dingin, debu, dan
bulu hewan) dan menghirup benda asing atau yang sifatnya
iritan, seperti asap dan debu (Tietze, 2004; Djunarko dan
Hendrawati, 2011 ).
ETIOLOGI
• Selesma disebabkan oleh salah satu jenis virus penyebab selesma,
terutama Rhinovirus. Virus lain yang menyebabkan gejala seperti
pada selesma antara lain Coronavirus, Adenovirus, Parainfluenza
virus, RSV (Respiratory Syncytial Virus), Echovirus dan
Cocksackievirus (Tietze, 2004).

• Gejala yang timbul setelah suatu periode inkubasi singkat antara 1-3
hari biasanya berupa pilek karena adanya cairan nasal, bersin, sakit
tenggorokan dan juga sakit kepala. Penyakit ini dapat sembuh
dengan sendirinya (self-limiting) tanpa diobati apabila tidak ada
komplikasi dan seringkali tidak disertai demam (Tjay & Raharja,
2002). Kejadian selesma diawali karena infeksi virus yang
menyebabkan terjadinya radang dan iritasi nasal yang ditandai
dengan bersin kemudian keluar cairan nasal yang dapat
menyebabkan sumbatan nasal yang disertai sakit kepala karena
iritasi yang meluas. Jika gejala tersebut tidak segera diatasi, dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, batuk kering yang dapat berubah
menjadi batuk basah (Tietze, 2004).
.Etiologi rinitis berdasarkan kekerapannya dapat dilihat pada Tabel
5.2.1.Tabel 5.2.1

Kategori Mikroorganisme
Rhinovirus
Penyebab rinitis terbanyak Virus Parainfluenza RSV
Coronavirus

Dapat menyebabkan rinitis Adenovirus Enterovirus Virus Influenza


Virus Parainfluenza
Reovirus
Mycoplasma pneumoniae

Jarang menyebabkan rinitis Coccidioides immitis Histoplasma capsulatum


Bordatella pertussis
Chlamydia psitacci Coxiella Burnetti
Epidemiologi Pilek

Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia. Baik laki-laki maupun


perempuan dewasa memiliki insidensi yang sama. Di Amerika
Serikat, rata-rata orang dewasa menderita Common Cold (pilek)
ini 4 sampai 6 kali tiap tahunnya. Anak-anak di bawah umur 3
tahun lebih sering frekuensinya, yakni sekitar 6 sampai 8 kali tiap
tahunnya. Hal tersebut dikarenakan daya tahan tubuh atau
imunitas pada anak belum sebaik orang dewasa.
Patofisiologi Pilek
Rhinovirus mengikat molekul intraseluler 1 reseptors yang
melekat pada sel-sel ephitelial pernapasan di hidung dan
nasofaring sehingga dapat bereplikasi dan menyebar. Sel
yang terinfeksi melepaskan chemokine “sinyal bahaya” dan
sitokin yang mengaktifkan mediator inflamasi dan refleks
neurogenik, sehingga ada tambahan mediator inflamasi,
vasodilatasi, transudasi plasma, sekresi kelenjar, stimulasi
saraf nyeri, refleks bersin dan batuk.

( Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American Pharmacist Assosiation, Amerika )
Gejala Klinis
Gejala selesma muncul 1 sampai 3 hari setelah infeksi.
1. Hidung tersumbat adalah gejala pertama diikuti dengan,
rhinorrea, bersin, sakit tenggorokan dan batuk.
2. Pasien kadang merasa kedinginan, sakit kepala, malaise,
mialgia, batuk, atau demam ringan.
Gejala biasanya terjadi selama 2 atau 3 hari.
Batuk biasanya jarang terjadi dan jika muncul selama 4 atau 5
hari. Gejala selesma bertahan sekitar 7 hari.

( Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American Pharmacist Assosiation, Amerika )
Tatalaksana Batuk-Pilek
• Terapi Farmakologi:
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi obat-obatan
untuk mengurangi symptom, tidak boleh digunakan secara terus
menerus dalam jangka waktu yang lama. Dalam 4-7 hari penyakit akan
sembuh sendiri tergantung dari daya tahan tubuh dan pola hidup
seseorang, serta tidak adanya komplikasi. Obat yang dapat diberikan
yaitu:
a. Antipiretik untuk mengatasi panas/demam. Contohnya :
Parasetamol, Ibuprofen
b. Dekongestan Nasal, berkhasiat dalam mengurangi hidung
tersumbat Contohnya : Fenilpropanilamin (PPA), Efedrin,
Pseudoefedrin, Oksimetazolin
c. Vitamin C, dosis tinggi (3-4 dd 1000 mg) berkhasiat meringankan
gejala dan mempersingkat lamanya infeksi
d. Antihistamin, dapat menghambat kerja histamin yang
menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Contoh: CTM,
Difenhidramin HCl.
Tatalaksana Batuk Pilek
• Terapi Non- Farmakologi
Istirahat yang cukup dan teratur. Meningkatkan gizi makanan.
Banyak minum air putih, teh, dan sari buah. Jika pilek, bersihkan
hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Hidung tersumbat
dapat diatasi dengan menghirup uap hangat yang dihasilkan dari
air hangat di wadah bermulut lebar (panci), ditetesi dengan
beberapa tetes minyak atsiri
Tatalaksana batuk

Strategi terapi :
• Menggunakan obat-obat antitusif atau ekspektoran
• Menggunakan obat-obat sesuai dengan penyebabnya
• Menghentikan penggunaan obat-obat penyebab batuk
Terapi Farmakologi batuk
1. Sebagai pengencer dahak (batuk berdahak)
a. Ekspektoran
• Ammonium klorida : mengiritasi paru-paru sehingga
menghasilkan lendir cair
• Gliceryl guaiacolat : meningkatkan volume dahak dan
membuatnya lebih encer
• Succus liquiritae : mengencerkan dahak
b. Mukolitik
• Bromheksin : menurunkan kekentalan sputum/dahak
• Ambroksol : menurunkan kekentalan sputum/dahak
• Asetilsistein : menurunkan viskositas sputum
2. Menekan refleks batuk (batuk tidak berdahak)
a. Antitusif
• Kodein : menurunkan sensitifitas reseptor batuk di
paru sehingga menurunkan stimulus batuk
• Butamirat sitrat : menekan pusat refleks di perifer
• Dekstrometorphan : menekan dorongan untuk batu
kyang berasal dari otak
• Difenhidramin : mengurangi gatal akibat alergi (batuk
akibat alergi)
• Noskapin : menghambat bradikinin yang dapat
menstimulasi batuk

3. Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin


tenggorokan agar tidak kering (Emoliensia)
contoh : sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus
carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis),
permen dan pastilles isap.
Terapi Non-farmakologi
batuk
1. Sering minum air putih untuk membantu mengenceran
dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal
2. Hindari paparan debu yang merangsang tenggorokan
dan udara malam yang dingin
3. Hindari konsumsi makanan yang berminyak dan minum
minuman dingin
4. Istirahat yang cukup dan teratur
KASUS
Pada suatu hari datang seorang ibu dan anak ke Apotek. Mereka
datang ke Apotek untuk membeli obat yang bisa
menyembuhkan penyakit yang sedang dialami anaknya yang
berusia 5 tahun. Ibu mengatakan anaknya sedang mengalami
batuk berdahak dan dahak yang dikeluarkan kental dan belum
bisa mengeluarkan sendiri dahaknya itu. Kemudian,
tenggorokannya terasa gatal dan hidungnya meler (pilek).

Kemudian, oleh apoteker diberikan Anakonidin syr rasa cherry


60 mL . Dengan aturan pakai 3 x sehari 1 sendok takar ( 5 mL).
Anakonidin syr rasa cherry ini mengandung : Dextromethrophan
HBr 5 mg , Guaifenesin 25 mg, Pseudoephedrine HCl 7.5 mg,
Chlorphenamine Maleate 0.5 mg. Efek samping : menyebabkan
kantuk. Obat tanpa alkohol sehingga baik untuk anak-anak.
Role Play
swamedikasi
batuk-pilek
pada pasien
Anak umur 5
tahun
Sirup obat batuk dan pilek tanpa
alkohol dengan rasa cherry yang
disukai anak, dalam kemasan
60ml.

Anda mungkin juga menyukai