Pasien Batuk-Pilek
Oleh :
Sekarayu Tisnawati (2019000079)
Siti Nurhalizah (2019000083)
Theronika Thennesius (2019000088)
Winda Melfariana (2019000098)
Yulius Evan Christian (2019000104)
DEFINISI BATUK
Batuk adalah mekanisme tubuh berupa dorongan udara yang
kuat dari dalam paru yang berguna untuk membersihkan
saluran pernapasan dari benda asing dan lendir yang
berlebihan yang merupakan stimulus untuk terjadinya batuk.
(Bowman and Rand, 2010; Djojodibroto, 2009; Djunarko dan
Hendrawati, 2011).
2. Batuk Subakut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 – 8
minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut
saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya
kerusakan epitel pada saluran nafas.
3. Batuk Kronis
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari
8 minggu. Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya
penyakit lain yang lebih berat seperti asma, tuberculosis,
bronchitis dan sebagainya.
Epidemiologi
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi ISPA di
Indonesia adalah 25,5% (kisaran 17,5– 41,4%); masyarakat
umumnya mampu mengenali sendiri gejala flu, salesma atau
batuk-pilek yang khas seperti pilek/hidung berair (rhinorrhoea),
hidung tersumbat, tenggorokan sakit dan sakit kepala. Gejala flu
seringkali disertai demam ringan pada awal gejala, nyeri otot dan
badan lemah (fatigue). Flu, salesma atau batuk pilek sebagian
besar (90%) disebabkan oleh virus saluran pernapasan, umumnya
rhinovirus, dan penderita dapat Sembuh sendiri (self limiting
disease) bergantung pada daya tahan tubuhnya. Puncak gejala
biasanya sekitar hari ke-3 atau ke-4, dengan rhinorrhoea yang
awalnya berupa cairan bening, kemudian dapat berubah menjadi
lebih kental; kemungkinan dapat didiagnosis keliru
(misdiagnosed) sebagai infeksi sinus.
Heikkinen T, Jarvinen A. The common cold. Lancet.2003;361:51-9.
Patofisiologi Batuk
Refleks batuk dimulai dengan adanya stimulasi pada
reseptor, dimana reseptor batuk merupakan golongan
reseptor yang secara cepat beradaptasi terhadap adanya
iritan. Ada ujung syaraf yang berlokasi di dalam epitelium di
hampir sepanjang saluran nafas yang paling banyak
dijumpai pada dindng posterior trakea, karina, dan daerah
percabangan saluran nafas utama. Pada bagian faring juga
terdapat reseptor batuk yang dapat dipicu oleh adanya
stimulus kimia maupun mekanis.
Reseptor mekanis sensitif terhadap sentuhan perubahan;
terkonsentrasi di laring, trakea, dan karina.
Reseptor kimia sensitif pada adanya gas dan bau-bauan
berbahaya; terkonsentrasi di laring, bronkus, dan trakea
( Ikawati, Z., 2011, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa Ilmu, Yogyakarta)
Gejala Klinis
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri pada tubuh
4. Radang tenggorokan
5. Mual atau muntah
6. Sakit kepala
7. Berkeringat pada malam hari
8. Influenza
( Ikawati, Z., 2011, Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya, Bursa Ilmu, Yogyakarta)
PILEK
Pilek merupakan infeksi rongga hidung dan saluran napas
karena adanya virus serta suatu gejala berupa gangguan
pernapasan karena terjadi sumbatan hidung, bersin-bersin, dan
dihasilkannya ingus (lendir dari hidung). Beberapa hal yang
dapat menyebabkan pilek adalah alergi (cuaca dingin, debu, dan
bulu hewan) dan menghirup benda asing atau yang sifatnya
iritan, seperti asap dan debu (Tietze, 2004; Djunarko dan
Hendrawati, 2011 ).
ETIOLOGI
• Selesma disebabkan oleh salah satu jenis virus penyebab selesma,
terutama Rhinovirus. Virus lain yang menyebabkan gejala seperti
pada selesma antara lain Coronavirus, Adenovirus, Parainfluenza
virus, RSV (Respiratory Syncytial Virus), Echovirus dan
Cocksackievirus (Tietze, 2004).
• Gejala yang timbul setelah suatu periode inkubasi singkat antara 1-3
hari biasanya berupa pilek karena adanya cairan nasal, bersin, sakit
tenggorokan dan juga sakit kepala. Penyakit ini dapat sembuh
dengan sendirinya (self-limiting) tanpa diobati apabila tidak ada
komplikasi dan seringkali tidak disertai demam (Tjay & Raharja,
2002). Kejadian selesma diawali karena infeksi virus yang
menyebabkan terjadinya radang dan iritasi nasal yang ditandai
dengan bersin kemudian keluar cairan nasal yang dapat
menyebabkan sumbatan nasal yang disertai sakit kepala karena
iritasi yang meluas. Jika gejala tersebut tidak segera diatasi, dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, batuk kering yang dapat berubah
menjadi batuk basah (Tietze, 2004).
.Etiologi rinitis berdasarkan kekerapannya dapat dilihat pada Tabel
5.2.1.Tabel 5.2.1
Kategori Mikroorganisme
Rhinovirus
Penyebab rinitis terbanyak Virus Parainfluenza RSV
Coronavirus
( Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American Pharmacist Assosiation, Amerika )
Gejala Klinis
Gejala selesma muncul 1 sampai 3 hari setelah infeksi.
1. Hidung tersumbat adalah gejala pertama diikuti dengan,
rhinorrea, bersin, sakit tenggorokan dan batuk.
2. Pasien kadang merasa kedinginan, sakit kepala, malaise,
mialgia, batuk, atau demam ringan.
Gejala biasanya terjadi selama 2 atau 3 hari.
Batuk biasanya jarang terjadi dan jika muncul selama 4 atau 5
hari. Gejala selesma bertahan sekitar 7 hari.
( Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American Pharmacist Assosiation, Amerika )
Tatalaksana Batuk-Pilek
• Terapi Farmakologi:
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi obat-obatan
untuk mengurangi symptom, tidak boleh digunakan secara terus
menerus dalam jangka waktu yang lama. Dalam 4-7 hari penyakit akan
sembuh sendiri tergantung dari daya tahan tubuh dan pola hidup
seseorang, serta tidak adanya komplikasi. Obat yang dapat diberikan
yaitu:
a. Antipiretik untuk mengatasi panas/demam. Contohnya :
Parasetamol, Ibuprofen
b. Dekongestan Nasal, berkhasiat dalam mengurangi hidung
tersumbat Contohnya : Fenilpropanilamin (PPA), Efedrin,
Pseudoefedrin, Oksimetazolin
c. Vitamin C, dosis tinggi (3-4 dd 1000 mg) berkhasiat meringankan
gejala dan mempersingkat lamanya infeksi
d. Antihistamin, dapat menghambat kerja histamin yang
menyebabkan terjadinya reaksi alergi. Contoh: CTM,
Difenhidramin HCl.
Tatalaksana Batuk Pilek
• Terapi Non- Farmakologi
Istirahat yang cukup dan teratur. Meningkatkan gizi makanan.
Banyak minum air putih, teh, dan sari buah. Jika pilek, bersihkan
hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Hidung tersumbat
dapat diatasi dengan menghirup uap hangat yang dihasilkan dari
air hangat di wadah bermulut lebar (panci), ditetesi dengan
beberapa tetes minyak atsiri
Tatalaksana batuk
Strategi terapi :
• Menggunakan obat-obat antitusif atau ekspektoran
• Menggunakan obat-obat sesuai dengan penyebabnya
• Menghentikan penggunaan obat-obat penyebab batuk
Terapi Farmakologi batuk
1. Sebagai pengencer dahak (batuk berdahak)
a. Ekspektoran
• Ammonium klorida : mengiritasi paru-paru sehingga
menghasilkan lendir cair
• Gliceryl guaiacolat : meningkatkan volume dahak dan
membuatnya lebih encer
• Succus liquiritae : mengencerkan dahak
b. Mukolitik
• Bromheksin : menurunkan kekentalan sputum/dahak
• Ambroksol : menurunkan kekentalan sputum/dahak
• Asetilsistein : menurunkan viskositas sputum
2. Menekan refleks batuk (batuk tidak berdahak)
a. Antitusif
• Kodein : menurunkan sensitifitas reseptor batuk di
paru sehingga menurunkan stimulus batuk
• Butamirat sitrat : menekan pusat refleks di perifer
• Dekstrometorphan : menekan dorongan untuk batu
kyang berasal dari otak
• Difenhidramin : mengurangi gatal akibat alergi (batuk
akibat alergi)
• Noskapin : menghambat bradikinin yang dapat
menstimulasi batuk