Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 5

Bayu Dwisetyo
Nurlela Hi Baco
Sri Lestari Pani
Dilema etik merupakan situasi yang di hadapi
oleh seseorang dimana ia harus membuat
keputusan mengenai perilaku yang patut.
1. PENGKAJIAN
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah
“adakah saya terlibat langsung dalam dilema?”.
Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi
pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah
terkumpulnya data dari seluruh pengambil
keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu :
 Apa yang menjadi fakta medik ?
 Apa yang menjadi fakta psikososial ?
 Apa yang menjadi keinginan klien ?
 Apa nilai yang menjadi konflik ?
2. PERENCANAAN
 Untuk merencanakan dengan tepat dan
berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam
proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik
namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
 Tentukan tujuan dari treatment.
 Identifikasi pembuat keputusan
 Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
3. IMPLEMENTASI
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik
tak selalu ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi
kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak
mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan,
pengambil keputusan harus menjalankannya.
Kadangkala kesepakatan tak tercapai karena semua
pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan
nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap
perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di
dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
4. EVALUASI
Tujuan dari evaluasi adalah
terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya.
Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medik, dan fakta sosial dapat
dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi
dan akibat treatment perlu untuk dirubah.
Komunikasi diantara para pengambil
keputusan masih harus dipelihara.
Seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang
ber umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja
sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan
RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita
kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan klien harus dioperasi
untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan
untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak cemas
dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat
ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau
keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangandijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan
menjelaskannya.Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada
perawat ruangan yang merawatnya, yaitu:“apakah saya masih bisa punya
anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak. “apakah
masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya
bisa diundur dulu suster”Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat
ruangan hanya menjawab secara singkat,“ibu kan sudah diberitahu dokter
bahwa ibu harus operasi”“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada
jalan lain”“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”“Bila ibu tidak
puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.”
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny.
D, dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu
kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989),
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengembangkan data
dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi
sebanyaknya, berkaitan dengan:Orang yang terlibat, yaitu: Pasien,
suami pasien, dokter bedah/kandungan, Rohaniawan dan
perawat.Tindakan yang diusulkan yaitu:Akan dilakukan operasi
pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien
mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti
tubuhnya, walaupun sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena
pasien masih meginginkan keturunan.Maksud dari tindakan yaitu:
dengan memberikan pendidikan, konselor, advocasi diharapkan
pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan yang
tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar
Agar kanker rahimyang dialami Ny.D dapat diangkat (tidak menjalar
keorgan lain) dan pengobatan tuntas.Konsekuensi dari tindakan yang
diusulkan yaitu:Bila operasi dilaksanakan:Biaya: biaya yang
dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya.
Mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu
dipertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan atau paling tepat untuk pasien.
Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten
keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang
diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik
dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut.
Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema
etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk
kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah
dilakukan untuk kepentingan pasien atau
kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang
berkaitan dengan moralitasetis yang dilakukan.Pada
kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima
penolakan pasien dan keluarga tetapi setelah perawat
atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara
lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan
dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai