Anda di halaman 1dari 49

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA

JL. KARANGMENJANGAN 20 SBY TELP. (031) 5022815


UNIT LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN
TELP./FAX. (031) 5048833
E-mail : ulpksby@sby.prima.net.id
 AMAN
 BERMUTU KEBUTUHAN
 BERGIZI DASAR
 MEMPERHATIKAN KEYAKINAN MASY.. MANUSIA

 PEMERINTAH TANGGUNG JAWAB


 PELAKU USAHA DAN
 KONSUMEN
PERAN
GLOBALISASI DAN ERA
PERDAGANGAN BEBAS
BERKURANGNYA HAMBATAN
MASUKNYA PRODUK

PERDAGANGAN ANTAR NEGARA


BEBAS & TANPA BATAS

MAKANAN IMPOR MAKANAN EKSPOR PRODUK DLM


NEGERI

DLM WKT SINGKAT BEREDAR


LUAS DI SELURUH INDONESIA BEREDAR DI PASAR GLOBAL

RISIKO KES. & KESELAMATAN KONSUMEN RISIKO KONSUMEN DI LUAR


JIKA TERJADI DEGRADASI MUTU PRODUK NEGERI &
& PRODUK TMS LAINNYA CITRA PRODUK INDONESIA

DIPERLUKAN SISTEM PENGAWASAN OBAT & MAKANAN YG


KOMPREHENSIF UTK MELINDUNGI KES. & KESELAMATAN MASY.
SEKALIGUS MENINGKATKAN CITRA & DAYA SAING PRODUK
INDONESIA
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
IMPOR SISPOM IMPOR

SAFETY, EFFICACY, QUALITY


• MELINDUNGI KONSUMEN DI DALAM DAN DI LUAR NEGERI
• MENINGKATKAN KEUNGGULAN DAYA SAING INDUSTRI
INDONESIA DENGAN QUALITY IMAGE YANG KUAT
• MEMPERKUAT PEREKONOMIAN NASIONAL

EKSPOR EKSPOR
SISPOM
Setiap pangan yang dimasukan kedalam wilayah
Indonesia untuk diedarkan wajib memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dibidang keamanan, mutu dan gizi pangan.

Pangan olahan yang akan dimasukkan kedalam


wilayah Indonesia untuk diedarkan, harus diuji
dan / atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari
segi keamanan, mutu / atau gizi oleh pemerintah
dari negara asal.

Setiap pangan yang dikeluarkan dari wilayah


Indonesia wajib memenuhi persyaratan keamanan
pangan.
PENDEKATAN PENGAWASAN

Integrated Intersectoral Approach


(Pendekatan melalui Keterpaduan Antar Sektor)

METODE PENGAWASAN

Preventive Control
(Pengawasan dengan sedapat mungkin mengupayakan
tindakan pencegahan)

Law Enforcement
(Tindakan terakhir melalui upaya penegakan secara
hukum)

1/8/2020 6
REGULASI BERDASARKAN RISIKO PRODUK

SEBELUM BEREDAR
(PRE – MARKET EVALUATION) SESUDAH BEREDAR
(POST – MARKET
VIGILANCE)
MUTU KEAMANAN
TUJUAN
IJIN SARANA LINDUNGI
STANDAR GMP KES. MSY
• INSPEKSI, AUDIT
• SAMPLING & UJI LAB.
REGISTRASI • LABEL
• IKLAN & PROMOSI
PRODUK
MS, MUTU,
LABEL & IKLAN
AMAN

SANKSI PUBLIC PRO -


ADM WARNING JUSTICIA
• Industri Pangan
• Instansi Pemerintah
• Konsumen dan
organisasinya (lembaga
konsumen)
•Sertifikasi Sarana
•Registrasi
•Pemeriksaan sarana
•Sampling dan
pengujian
•Post Marketing
PRODUSEN Surveilance
•Klaim Label dan Iklan

•Peningkatan kesadaran
•Penerapan GMP
•Mengambil keputusan
•Pengawasan seluruh
untuk membeli produk
proses produksi
•Mampu membentengi
•Post Marketing
dirinya sendiri
Surveilance
PRINSIP DASAR
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

MASYARAKAT

PEMERINTAH ILEGAL

LEGAL
PRODUSEN Badan POM

POLISI –
Lintas Sektor
PENGAWASAN Ka. Badan POM
(MD dan ML)

Bupati/Walikota
(P-IRT)
Perbatasan CORNBEEF

Negara

PANGAN SEGAR
PRODUKSI PRODUKSI PANGAN
PENGOLAHAN
PRA- PASCA - DIKONSUMSI BAHAN BAKU OLAHAN
PANEN PANEN LANGSUNG PENGOLAHAN

Pangan olahan untuk deperdagangkan dalam kemasan


eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat
persetujuan pendaftaran (berdasarkan hasil penilaian
keamanan, mutu dan gizi pangan olahan)

Dikecualikan pangan olahan yang diproduksi oleh


industri rumah tangga (pangan olahan IRT wajib
1/8/2020 memiliki sertifikat produksi pangan IRT) 11
KEWENANGAN PEMERIKSAAN DALAM HAL TERDAPAT DUGAAN
TERJADINYA PELANGGARAN HUKUM DI BIDANG PANGAN

Gubernur dan atau


Bupati/Walikota
(pangan segar)

Kepala Badan POM


(pangan olahan MD,
PANGAN SEGAR, ML)
PANGAN
OLAHAN DAN
PANGAN SIAP
Bupati/Walikota
KONSUMSEN SAJI (pangan olahan IRT)
CORNBEEF

PANGAN SIAP
SAJI
Bupati/Walikota
(pangan siap saji)
Masalah Utama Keamanan Pangan

• Cemaran Mikroba karena rendahnya


kondisi higiene dan sanitasi
• Cemaran Kimia karena kondisi
lingkungan yang tercemar limbah
industri
• Penyalahgunaan Bahan Berbahaya
yang dilarang untuk pangan
(formalin, rhodamin B, boraks,
methanil yellow)
• Penggunaan BTP melebihi batas
maksimal yang diijinkan (pengawet,
pemanis)
Keamanan Pangan :
ditentukan oleh faktor/tahap yang paling kritis
• Bahan mentah berkualitas rendah
mutu rendah
penanganan sembarangan, dll

•Kondisi pengolahan yang jelek


pemilihan bahan yang tidak baik
sanitasi kurang baik
praktek pengolahan kurang baik, dll

•Kondisi pengemasan yang tidak baik


pemilihan pengemas salah
proses pengemasan kurang baik, dll

• Kondisi penyimpanan/distribusi/
penjajaan kurang baik
pengendalian suhu tidak baik
pengendalian kelembaban tidak baik
penanganan tidak baik, dll
1/8/2020
ISU UMUM

• Kontaminasi mikroba akibat Higiene Sanitasi


kurang
• BTP yg melebihi batas maks
• Penggunaan bahan tambahan berbahaya
(formalin, rhodamin B, boraks, methanil yellow)
Pangan yang tersedia bagi
masyarakat harus layak untuk
dikonsumsi (fit for consumption) dan
harus aman untuk dikonsumsi (safe
for consumption)

Serealia
Umbi-umbian
Apakah Makanan yang Layak?

Makanan yang tidak mengalamai kerusakan, berbau


busuk, menjijikkan, kotor, tercemar atau terurai.

Apakah Makanan yang Aman?

Makanan yang tidak mengandung cemaran yang


berbahaya : cemaran kimia, fisik maupun mikrobiologi

Bahaya yang timbul dari pangan disebut keracunan


pangan
BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA

(1) (2)

(3)

Pangan Aman
BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Harus dikendalikan oleh produsen, importir, distributor,


peritel pangan, dihindari oleh konsumen, diatur dan diawasi
oleh pemerintah
BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA

Pencemaran bahan biologis dan kimia yang berbahaya


ke dalam pangan dapat terjadi karena:

• Tidak Disengaja
Praktek yang salah
Ketidaktahuan
Ketidakpedulian
• Disengaja
Sabotase, Bioterorisme
1/8/2020 19
PERAN BALAI BESAR POM DALAM
PENGAWASAN BAHAN BERBAHAYA
Mengapa bahan berbahaya perlu diperhatikan
dan selalu dipantau ?

1. Bahan berbahaya bila tidak dikendalikan bisa


berdampak negatip terhadap lingkungan
maupun kesehatan manusia.
2. KLB Keracunan Pangan dapat saja terjadi
karena penggunaan bahan berbahaya pada
produk pangan, baik disengaja maupun tidak
disengaja.
R E A L IT A

SUPPLY DEMAND

BB YANG Penggunaan BB oleh


DIJUAL SECARA
ECERAN
produsen pangan
JALUR PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA

IT-B2 END USER APOTEK/RS/


SARANA PELAYANAN
KESEHATAN LAIN

diduga
DISTRIBUTOR

IP-B2 Repacking bahan KONSUMEN


berbahaya ke dalam
Negara Asal Impor : kemasan kecil tanpa
di LN -Formalin diduga label yang benar
diduga
-Boraks diduga
Produk
-Rhodamine B Pangan
-Methanil Yellow PENGECER

X
diduga Repacking bahan diduga
PRODUSEN IRT
berbahaya ke dalam
LOKAL
Produksi :
-Formalin
diduga
? ? kemasan kecil tanpa
label yang benar
Pangan

:
-Boraks (bleng) diduga
-Rhodamine B
-Methanil Yellow X X
penyelundupan
X
FOKUS UTAMA
PENGAWASAN BB

MINIMALISASI BAHAN KIMIA


TERLARANG UNTUK PANGAN
CONTROL (“Pengawasan”)

• Pengendalian Preventive
• Pemeriksaan (Inspeksi) Control
- sebelum produk beredar
- sesudah produk beredar
• Penyelidikan
• Penyidikan
• Penindakan Secara Hukum
Law
Enforcement
SASARAN POKOK PENGAWASAN
1. Produsen pangan yang diduga menggunakan BB

2. Distributor / Pengecer Pangan

3. Importir bahan berbahaya

4. Distributor bahan berbahaya

5. Toko / Pengecer Bahan berbahaya


Antara lain dengan :
1. Pengawasan terbuka : Pemeriksaan rutin pada sarana
produksi pangan, distribusi pangan dan pengelola BB
2. Observasi Sarana Produksi dan distribusi pangan
- Sampling undercover dan uji laboratorium
- Pulbaket  Bukti awal : - Proses produksi
- Bahan yang digunakan
- Sumber bahan (BB)
3. Tindakan
Pemeriksaan dan Bukti awal yang cukup :
- Pembinaan
- Pro Justitia
HASIL PEMERIKSAAN SARANA PENGELOLA
BAHAN BERBAHAYA :

1. Tidak memiliki SIUP B2/tidak dapatditunjukan


2. Tidak melakukan catatan mutasi B2
- tidak melakukan pencatatan B2 yang diterima dan
diedarkan
- penyaluran kepada yg belum jelas penggunaan B2 -nya
3. Tidak melaporkan laporan triwulan mutasi B2
4. Melakukan repacking B2 dengan ukuran kecil untuk PT-B2
4. Pelabelan tidak sesuai
5. Penempatan dan penyimpanan B2 tidak sesuai
6. Keselamatan kerja, kesehatan, sistem tangggap darurat
tidak diperhatikan
Hasil Pengujian Pangan
(BBPOM Surabaya 2014)
No. Sampel Pangan Jumlah Hasil Pengujian % TMS

MS TMS

1. Rutin 1024 941 Kimia : 78 ( 7,6 8,10 %


%), mikro : 4 ( (Rodamin 1,
0,4 %) dan Borax 1 )
kimia-mikro : 1
( 0,1 %)

2. PJAS 354 98 Kimia : 17 (4,8 27,68 %


%), mikro : 81 (Borax 12,
(22,9 %) Formalin 2,
Rhodamin 1)
3. Labkel 2850 597 Kimia : 597 20,94 %
(20,94 %) (Borax 326,
FAKTA
1. MAKANAN MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA

Krupuk diberi pewarna Ampiang diberi pewarna Rhodamin B


Rhodamin B
2. BB YANG DIJUAL SECARA ECERAN

FORMALIN 1 LTR/BOTOL ZAT WARNA CAP KODOK

PAKET TAHU/BAKSO BLENG


Tahu yang
direndam air
berformalin

Jirigen
berisi
formalin
Pewarna Terlarang

• Metanil Yellow
• Rhodamin B
Metanil Yellow
• Disebut juga Sodium Phenylaminobenzene,
Metaniline yellow, CI Acid Yellow 36, CI. No.
13065
• Digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat
• Disalahgunakan untuk pewarna krupuk, sirup dan
tahu
• Penggunaan metanil yellow dalam jangka waktu
lama menyebabkan kanker pada saluran kemih
dan kandung kemih
Rhodamin B
• Pewarna pada industri tekstil dan
kertas
• Bahaya kronis penggunaan
Rhodamin B dapat menyebabkan
gangguan pada fungsi hati dan
kanker hati
• Ciri-ciri pangan dengan pewarna
Rhodamin B:
 Warna merah mencolok dan
cenderung berpendar
 Banyak memberikan titik warna
karena tidak homogen

8-Jan-20 42
Pengawet yang Berbahaya
dan Dilarang digunakan untuk
Pangan
• Formalin
 Kanker paru-paru
 Gangguan pada jantung
 Gangguan pada alat pencernaan
 Gangguan pada ginjal dll
• Boraks / Pijer / Kie
 Gangguan pada ginjal
 Gangguan pada SSP, otak
 Gangguan pada hati dll
SANKSI

UU No.18 Tahun 2012 Tentang Pangan

A.PRODUK PANGAN OLAHAN TANPA SURAT


PERSETUJUAN PENDAFTARAN (TIE)

Pelaku usaha yang dengan sengaja tidak memiliki izin edar


terhadap setiap Pangan Olahan yang dibuat di dalam negeri
atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam kemasan
eceran, sebagaimana dimaksud dalam pasal 91 ayat (1);
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau denda paling banyak Rp. 4.000.000.000 ( empat milyar
rupiah).
SANKSI
A.BAHAN DILARANG DIGUNAKAN DALAM BTP.

Setiap orang yang melakukan produksi pangan untuk


diedarkan yang dengan sengaja menggunakan bahan yang
dilarang sebagai BTP, sebagaimana dimaksud dalam pasal
75 ayat (1); dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 10.000.000.000
( sepuluh milyar rupiah).
PENUTUP

Ketersediaan Pangan
mempunyai dampak yg luas & kompleks krn berkaitan
dng hajat hidup rakyat banyak

Mutu, keamanan, kelayakan serta keterjangkauan


pangan perlu diperhatikan disamping ketersediaannya

Untuk menjamin tersedia dan terjangkaunya pangan


yg bermutu, aman dan layak perlu adanya kerjasama diantara
Stake holder: Pemerintah, Produsen/Distributor &
Masyarakat
BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA

AMANKAN PANGAN
dan
BEBASKAN PRODUK
dari
BAHAN BERBAHAYA

BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai