Anda di halaman 1dari 47

Jul Seventa Tarigan

Karakteristik PPN
1. Pajak Negara
2. Pajak atas konsumsi
PPN adalah pajak atas penghasilan yang
dikenakan saat penghasilan dikonsumsi
Disposable Income: Yd = Y – Tx
Yd = C + S
PPh adalah pajak atas penghasilan yang dikenakan saat penghasilan
diterima/diperoleh.
Karakteristik PPN
3. Pajak objektif
 tidak memperhatikan siapa yang melakukan
transaksi (subjek pajak),
 dikenakan sepanjang terdapat objek pajak, yaitu
penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak,
 setiap objek pajak dikenakan pajak secara objektif
(sama) tanpa memandang kondisi atau subjektifitas dari
setiap objek.
Karakteristik PPN
4. Pajak tidak langsung
 Pihak yang membayar PPN belum tentu pihak yang
menanggung PPN,
 PPN dikenakan pada setiap mata rantai transaksi
dengan tujuan akhir adalah konsumen sebagai pihak
yang menanggung PPN.
PM: Rp150 PK: Rp200

Pabrikan
Pedagang Konsumen
PK: Rp100 Rp2000

Distributor
Rp1500
Rp1000
PM: Rp100 PK: Rp150
Karakteristik PPN
5. Regresif
 Orang yang berpenghasilan tinggi menanggung porsi
PPN lebih kecil dari orang yang berpenghasilan rendah.
 Keberadaan PPnBM diperlukan untuk menetralisir efek
regresif PPN.
Pajak/Income
Pajak/Income

PPN
PPN+PPnBM

Income
Income
PPh v. PPN
Apabila negara hanya mengenakan PPh:
 Tarif PPh menjadi sangat tinggi untuk memperoleh penerimaan
negara yang memadai
 Yang membayar pajak hanyalah orang yang memperoleh
penghasilan,
 PPh yang tinggi menurunkan produktivitas (orang dan modal).
Apabila negara hanya mengenakan PPN:
 Tarif PPN menjadi sangat tinggi untuk memperoleh penerimaan
negara yangmemadai
 Semua orang terkena PPN, karena semua orang berkonsumsi
 Kelompok ekonomi rendah akan menanggung pajak lebih besar
(regresif)
Dasar Hukum Pengenaan PPN
Undang-Undang Berlaku sejak
No 8 Th 1983 1 April 1985

Undang-Undang Berlaku sejak


No 11 Th 1994 1 Januari 1995

Undang-Undang Berlaku sejak


No 18 Th 2000 1 Januari 2001

Undang-Undang Berlaku sejak


No 42 Th 2009 1 April 2010
Mekanisme Pemungutan PPN
Umum: Kas Negara

Penjual/ BKP/JKP Pembeli BKP/


PPN PPN
Keluaran Pengusaha Penerima Masukan
Kena Pajak PPN JKP

“Pemungut PPN”:
Kas Negara
PPN

Penjual/ Pembeli BKP/


PPN PPN
Keluaran Pengusaha BKP/JKP Penerima JKP Masukan
Kena Pajak (Pemungut PPN)
Pemungut PPN:
bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan
Objek PPN [Pasal 4 ayat (1)]
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh pengusaha;
b. impor BKP;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
d. pemanfaatan BKP Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
f. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan
h. ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak.
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha [Pasal 4 ayat (1) huruf a]

 Pengusaha: meliputi baik pengusaha yang telah dikukuhkan


menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum dikukuhkan.

 Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat:


1. barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP;
2. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak
Berwujud;
3. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
4. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
Impor BKP [Pasal 4 ayat (1) huruf b]

 Pajak juga dipungut pada saat impor BKP.


Pemungutan dilakukan melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
 Berbeda dengan penyerahan BKP, siapapun
yang memasukkan BKP ke dalam Daerah
Pabean, tanpa memperhatikan apakah
dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha [Pasal 4 ayat (1) huruf c]

 Pengusaha: meliputi pengusaha yang telah dikukuhkan


sebagai PKP maupun pengusaha yang seharusnya
dikukuhkan sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkan.
 Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi
syarat:
a. jasa yang diserahkan merupakan JKP;
b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
d. Termasuk dalam pengertian penyerahan JKP adalah JKP
yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau
yang diberikan secara cuma-cuma.
Pemanfaatan BKP Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean [Pasal 4 ayat (1) huruf d]

Untuk memberikan perlakuan yang sama dengan


impor BKP, atas BKP Tidak Berwujud yang berasal
dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh
siapa pun di dalam Daerah Pabean juga dikenai PPN.

Contoh:
Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh
hak menggunakan merek yang dimiliki Pengusaha B
yang berkedudukan di Hongkong. Atas pemanfaatan
merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah
Pabean terutang PPN.
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean [Pasal 4 ayat (1) huruf e]
Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang
dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah
Pabean dikenai PPN.

Misalnya, PKP C di Surabaya memanfaatkan JKP dari


Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura. Atas
pemanfaatan JKP tersebut terutang PPN.
Ekspor BKP Berwujud oleh PKP
[Pasal 4 ayat (1) huruf f]

Berbeda dengan pengusaha yang melakukan


kegiatan penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean
dan/atau penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean,
pengusaha yang melakukan ekspor BKP Berwujud
hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
PKP.
Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP
[Pasal 4 ayat (1) huruf g]

Sebagaimana halnya dengan kegiatan ekspor BKP Berwujud,


pengusaha yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud hanya
pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP
Yang dimaksud dengan ”BKP Tidak Berwujud”:
1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang
kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau
model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang,
atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak
serupa lainnya;
2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan
industrial, komersial, atau ilmiah;
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,
teknikal, industrial, atau komersial;
Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP
[Pasal 4 ayat (1) huruf g]
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau
hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian
pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa:
a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau
teknologi yang serupa;
b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi;
5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film
atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau
pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
Ekspor JKP oleh PKP [Pasal 4 ayat (1) huruf h]

Termasuk dalam pengertian ekspor JKP adalah


penyerahan JKP dari dalam Daerah Pabean ke luar
Daerah Pabean oleh PKP yang menghasilkan dan
melakukan ekspor BKP Berwujud atas dasar
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
Objek Pajak: Pengecualian
Jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang tertentu dalam
kelompok barang sebagai berikut:
a)barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;
b)barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak;
c)makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;
dan
d)uang, emas batangan, dan surat berharga.
[Pasal 4A ayat (2)]
Objek Pajak: Pengecualian
Jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa tertentu dalam
kelompok jasa sbb:
a.jasa pelayanan kesehatan medis;
b.jasa pelayanan sosial;
c.jasa pengiriman surat dengan perangko;
d.jasa keuangan;
e.jasa asuransi;
f.jasa keagamaan;
g.jasa pendidikan;
h.jasa kesenian dan hiburan;
i.jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
Objek Pajak: Pengecualian
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
k. jasa tenaga kerja;
l. jasa perhotelan;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum;
n. jasa penyediaan tempat parkir;
o. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. jasa boga atau katering.
[Pasal 4A ayat (3)]
Pengusaha Kena Pajak (PKP)-1
Pengusaha Kena Pajak:
pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang dikenai PPN.

Pengusaha:
orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha
jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP)-2
Pengusaha yang melakukan:
a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean,
b. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean;
c. ekspor BKP Berwujud/Tidak Berwujud; dan
d. ekspor JKP.
Diwajibkan:
a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. memungut pajak yang terutang;
c. menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta
menyetorkan PPnBM yang terutang; dan
 melaporkan penghitungan pajak.
Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasannya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pengusaha Kena Pajak (PKP)-3
 Pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan
sebagai PKP;
 Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau yang memanfaatkan JKP dari luar
Daerah Pabean wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN yang terutang.
Penyerahan dan Bukan Penyerahan
Pengertian penyerahan BKP :
a. penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;
b. pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing);
c. penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP;
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan;
f. penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan BKP antar cabang, kecuali PKP melakukan pemusatan
tempat terutang PPN;
g. penyerahan BKP secara konsinyasi; dan
h. penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.
Penyerahan dan Bukan Penyerahan
Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP :
a. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
b. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;
c. pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah PKP; dan
d. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan
Saat terutang dan Tempat terutang
Terutangnya pajak terjadi pada saat:
a. penyerahan BKP;
b. impor BKP;
c. penyerahan JKP;
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean;
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;
f. ekspor BKP Berwujud;
g. ekspor BKP Tidak Berwujud; atau
h. ekspor JKP.
Dalam hal pembayaran diterima lebih dahulu, saat
terutangnya pajak adalah saat pembayaran.
Faktur Pajak (1)
Pengertian:
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP
atau penyerahan JKP.

Aturan Pelaksanaan:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
13/PJ/2010 tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur
Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata
Cara Pengisian Keterangan, Tata Cara Pembetulan
Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur
Pajak
Faktur Pajak (2)
Jenis Faktur Pajak:
1. Faktur Pajak
2. Faktur Pajak Gabungan

PKP yang melakukan:


a. penyerahan BKP, ekspor BKP, dan penyerahan BKP
sesuai Pasal 16D;
b. penyerahan JKP;
c. Ekspor BKP tidak berwujud;
d. Ekspor JKP,
wajib membuat Faktur Pajak. [Psl 13 (1) UU PPN]
Faktur Pajak (3)
Syarat Faktur Pajak:
Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang
penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang paling sedikit
memuat:
a. nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
b. nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
dan potongan harga;
d. PPN yang dipungut;
e. PPnBM yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur
Pajak.
Faktur Pajak (4)
 PKP tidak dikenai sanksi apabila menerbitkan Faktur
Pajak (FP) yang tidak memuat:
1. Identitas pembeli; atau
2. Identitas pembeli, serta nama dan tanda tangan untuk FP
yang diterbitkan oleh pedagang eceran. (Psl 14 (1) huruf e UU
KUP)
 FP tersebut tidak dikategorikan sebagai FP cacat, namun
FP tidak dapat dikreditkan oleh pembelinya.
 Penggantian atau pembatalan Faktur Pajak tidak dibatasi
jangka waktu tertentu, namun mengikuti ketentuan UU
KUP terkait pembetulan SPT.
Faktur Pajak (5)
Saat pembuatan Faktur Pajak (FP):
1. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP,
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum
penyerahan,
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan,
4. Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada bendahara pemerintah
sebagai pemungut PPN,
5. Akhir bulan penyerahan untuk Faktur Pajak gabungan.

 PKP yang menerbitkan FP setelah melewati jangka waktu 3 bulan


sejak saat FP seharusnya dibuat dianggap tidak menerbitkan FP.
 PKP yang menerima FP tersebut tidak dapat mengkreditkan PPN yang
tercantum di dalamnya.
 Jangka waktu 3 bulan dihitung sejak saat dilakukannya penyerahan.
Nota Retur dan Nota Pembatalan (1)
 Nota Retur dibuat oleh Pembeli BKP apabila terjadi
pengembalian BKP baik sebagian maupun seluruhnya oleh
Pembeli BKP.
 Nota Pembatalan dibuat oleh penerima JKP apabila terjadi
pembatalan seluruhnya atau sebagian hak atau fasilitas atau
kemudahan oleh penerima JKP.
Aturan Pelaksanaan:
PMK NOMOR 65/PMK.03/2010 tentang
Tata Cara Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai
Atau Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah Atas Barang Kena Pajak Yang Dikembalikan
Dan Pajak Pertambahan Nilai Atas Jasa Kena Pajak Yang
Dibatalkan
Nota Retur dan Nota Pembatalan (2)
Matriks Retur BKP

PKP Penjual Pembeli


Mengurangi PK dan PPnBM • PKP :
- Mengurangi PM dan PPnBM
- Mengurangi biaya atau harta
• Bukan PKP:
- Mengurangi biaya atau harta
Pengurangan dilakukan Pengurangan dilakukan dalam masa
dalam masa pajak saat pajak saat pengembalian BKP
pengembalian BKP
Nota Retur dan Nota Pembatalan (3)
Matriks Retur JKP

PKP Penjual Pembeli


Mengurangi PK • PKP :
- Mengurangi PM
- Mengurangi biaya atau harta
• Bukan PKP:
- Mengurangi biaya atau harta
Pengurangan dilakukan Pengurangan dilakukan dalam masa
dalam masa pajak saat pajak saat pembatalan JKP
pembatalan JKP
Dasar Pengenaan Pajak (1)
Pajak Pertambahan Nilai terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi
Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain.
Aturan Pelaksanaan:
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 75/PMK.03/2010 Tentang
DPP Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak

nilai Nilai Nilai Harga


Penggantian
lain Impor Ekspor Jual
Dasar Pengenaan Pajak (2)
 Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena
penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak.
 Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya
yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena
penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud,
tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau
nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh
Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima
manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Dasar Pengenaan Pajak (3)
 Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor
BKP, tidak termasuk PPNdan PPnBM.
 Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
eksportir.
 Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan
sebagai Dasar Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak (4)
Transaksi Dasar Pengenaan Pajak
Untuk pemakaian sendiri Barang Kena Harga Jual atau Penggantian setelah
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dikurangi laba kotor
Untuk penyerahan media rekaman suara perkiraan harga jual rata-rata
atau gambar
Untuk pemberian cuma-cuma Barang Harga Jual atau Penggantian setelah
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dikurangi laba kotor

Untuk penyerahan film cerita perkiraan hasil rata-rata per judul film;

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak adalah harga yang disepakati antara
melalui pedagang perantara pedagang perantara dengan pembeli

Untuk penyerahan produk hasil adalah sebesar harga jual eceran;


tembakau
Dasar Pengenaan Pajak (5)
Transaksi Dasar Pengenaan Pajak
Untuk BKP berupa persediaan dan/atau harga pasar wajar
aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran
perusahaan
Untuk penyerahan BKP dari Pusat ke harga pokok penjualan atau harga
Cabang atau sebaliknya dan/atau perolehan;
penyerahan Barang Kena Pajak antar
cabang
Untuk penyerahan BKP melalui juru harga lelang
lelang
Untuk penyerahan jasa pengiriman 10 % dari jumlah yang ditagih atau
paket jumlah yang seharusnya ditagih
untuk penyerahan jasa biro perjalanan 10% dari jumlah tagihan atau jumlah
atau jasa biro pariwisata yang seharusnya ditagih.
Hubungan Istimewa dan Kaitannya dengan DPP
Pasal 2 UU PPN
(1) Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga
pasar wajar pada saat penyerahan BKP atau JKP itu dilakukan.
(2) Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung
sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih kepada Pengusaha
lain, atau hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua
puluh lima persen) atau lebih pada dua Pengusaha atau lebih, demikian
pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir;
atau
b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih
Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang sama baik
langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat.
Penghitungan dan Pelaporan PPN
Penghitungan PPN terutang:
Tarif PPN X Dasar Pengenaan Pajak

Tarif PPN:
 10%: umum
 0%, diterapkan atas:
a. ekspor BKP Berwujud;
b. ekspor BKP Tidak Berwujud; dan
c. ekspor JKP.

Pelaporan:
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak.
Pengkreditan Pajak Masukan (1)
Pasal 9 UU PPN:
 Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.
 Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan
penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan
dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
 Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) dan ayat (9).
 Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada
Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang
harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak.
 Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya dan dapat diajukan permohonan pengembalian pada
akhir tahun buku.
Pengkreditan Pajak Masukan (2)
 Atas kelebihan Pajak Masukan dapat diajukan permohonan
pengembalian pada setiap Masa Pajak oleh:
a. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud;
b. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP
kepada Pemungut PPN;
c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang
PPN-nya tidak dipungut;
d. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud;
e. PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau
f. PKP dalam tahap belum berproduksi.
 Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan
yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang
pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat
diketahui dengan pasti dari pembukuannya, jumlah Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang pajak.
Pengkreditan Pajak Masukan (3)
 Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan
penyerahan yang tidak terutang pajak:
 Apabila bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui
dengan pasti dari pembukuannya: jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang pajak.
 Apabila tidak diketahui dengan pasti besarnya Pajak Masukan
untuk penyerahan yang terutang pajak, jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010.
Pengkreditan Pajak Masukan (4)
 Terbatas Pajak Masukan yang berasal dari perolehan
dan/atau impor barang modal. (Psl 9 (2a))
Dalam hal ternyata PKP gagal berproduksi, maka Pajak Masukan yang
telah dikreditkan dan telah direstitusi harus dibayar kembali. (Psl 9
(6a) & PMK 81/PMK.03/2010)

 Dalam hal terjadi restrukturisasi usaha, maka Pajak


Masukan atas BKP yang dialihkan yang belum
dikreditkan oleh PKP yang mengalihkan, dapat
dikreditkan oleh PKP yang menerima pengalihan
sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya
pengalihan dan Pajak Masukan tersebut belum
dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi. (Psl 9 (14))
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai