Anda di halaman 1dari 94

Case Report

Pembimbing : dr. Andry Tangkilisan, Sp. A


Presentan:
Belinda Anabel 2015-061-002
Yoshie Patricia 2015-061-005
Felicia Suharja 2015-061-009

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

PERIODE : 29 Mei – 12 Agustus 2017


IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS KETERANGAN
Nama An. M B
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 8 bulan
Berat Badan 7,4 kilogram
Sekarang
Panjang Badan 65 cm
Sekarang
ANAMNESIS
(dilakukan secara alloanamnesis, dari Ibu pasien)
• Ruam pada wajah yang
Keluhan Utama menyebar sebadan sejak 8
jam SMRS

• BAB lembek 5 kali sejak 1


Keluhan hari SMRS
Tambahan
• Demam sejak 5 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
5 hari SMRS 4 hari SMRS 3 hari SMRS 2 hari SMRS 1hari SMRS 8jam MRS

Demam Sepanjang hari, tidak ada hari bebas demam, diukur dengan thermometer digital 37.7 – 38.9 C ,
semakin lama semakin tinggi. Kejang (-)
BAB lembek 5 kali/hari, ampas > air,
cokelat, bau busuk/asam (-),
lendir (-), darah (-),
menyemprot (-), volume ½
gelas aqua
Batuk bunyi tambahan (-), sesak (-), napas cepat (-), dahak (-)

Pilek Sekret (+) bening

Mata merah Kedua mata merah, Belekan (-), digaruk/gatal (-), benda
asing, trauma (-)
Ruam Dari wajah
menyebar
ke tungkai
gatal (-)
Aktivitas Rewel (-), Aktif, Nafsu makan menurun , minum baik.
Riwayat Penyakit Sekarang
5 hari SMRS 4 hari SMRS 3 hari SMRS 2 hari SMRS 1hari SMRS 8jam MRS

Intervensi: Puskesmas  Paracetamol syrup 60 mg/2,5 cc


Outcome: tidak ada perbaikan
Review of Systems
System Keterangan
General Penurunan berat badan (-)
Kepala Trauma (-), kejang (-)
Mata Sekret (-), merah (-/-)
Hidung Nafas cuping hidung (-), mimisan (-)
Mulut Gusi berdarah (-)
Kardiovaskular Berdebar-debar (-)

GIT BAB lembek, bedarah (-), lender(-), ampas>air.

Genitourinary BAK keruh (-) Nyeri berkemih (-), BAK berbau (-), BAK berbusa (-), kencing darah (-)

Musculoskeletal Trauma (-)


Nervous System Penurunan kesadaran (-), Gangguan tidur (-)
Kulit Kemerahan pada kulit (+), gatal
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat gangguan berkemih : -


 Riwayat rawat inap : disangkal
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat Tuberkulosis : disangkal
 Undencensus testis sinistra
Riwayat kehamilan dan kelahiran
• Lahir dari ibu P1A1 27 tahun dengan usia kehamilan 38-39 minggu
• Lahir SC a/i PEB di RS Atma Jaya, risiko infeksi (-)
• APGAR score : 8/9
• Setelah lahir -> menangis kuat, riwayat kebiruan saat lahir (-)
• Berat Badan Lahir: 2200 gr
• Panjang Badan Lahir: 42,5 cm
• Durasi rawat : 5 hari
• Riwayat kuning : (-)
• Riwayat kelainan bawaan (+) polydactyly, phimosis.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
• Ibu tidak mengkonsumsi alkohol, rokok dan NAPZA
• Selama hamil ANC 9x di Puskesmas sesuai jadwal
• Kesehatan ibu saat hamil : PEB saat usia kehamilan
8 bulan
• Merupakan anak yang diharapkan
• Riwayat menggunakan KB (-)
Riwayat Makanan
• ASI 1 bulan pertama
0–6 • Susu Lactogen 2
bulan

• Susu lactogen 2
6 -7
bulan • Bubur ayam wortel
Pola Makan
Waktu Jenis Makanan Kalori
Pagi Susu lactogen2 160 kkal
Siang Susu lactogen 2 + 160 kkal + 200
Bubur ayam wortel kkal
½
Malam Susu lactogen 2 160 kkal

TOTAL 680 kkal


Perkiraan Kebutuhan Kalori :
BB Ideal x kebutuhan kalori = 8,5 kg x 82 kkal = 697 kkal/hari
Persiapan Pemberian Makanan Dan Asi
 Pasien mendapat ASI hanya pada 1 bulan pertama, karena ASI
ibu tidak keluar.
 Minum susu di botol susu 120 cc dengan setiap hari
mengkonsumsi 2 botol.
 Botol susu dicuci sehari 1 kali saat pagi hari dan hanya
dibiarkan kering di rak piring.
Status Imunisasi

✔✔ ✔
✔ ✔ ✔ ✔

✔ ✔ ✔
✔ ✔ ✔

• Status imunisasi LENGKAP menurut KEMENKES


Riwayat Pertumbuhan
Garis pertumbuhan naik, dan
mengikuti salah satu pita warna
(zona hijau)  status gizi baik
Riwayat Perkembangan
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 6 Bulan
Riwayat Perkembangan
Riwayat Perkembangan

 SKORING KPSP:
9-10: Perkembangan anak sesuai tahapan
perkembangan (S)
7-8: Perkembangan anak meragukan (M)
<7: Kemungkinan adanya penyimpangan

Status perkembangan sesuai usia menurut KPSP


Riwayat Keluarga

Ayah : Ibu :
Karyawan Ibu rumah tangga
SMP SD
2,5 27 tahun
juta/bulan
30 tahun

Usia 8 bulan
SC atas indikasi PEB
39 minggu BB 2200
gram panjang badan
42,5 cm
Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat alergi (-)


 Riwayat asma (-)
 Riwayat kejang (-)
 Riwayat Hipertensi, DM (-)
DATA PERUMAHAN
AKSES
LINGKUNGAN RUMAH SUSUN
RUMAH
LINGKUNGAN RUMAH SUSUN
LINGKUNGAN RUMAH
DENAH RUMAH

 Jumlah ruang tamu :1


 Jumlah kamar :2
 Jumlah kamar mandi :1
 Jumlah dapur :1
 Jumlah teras :1
 Jumlah penampungan air :7
KEADAAN RUMAH
KEADAAN KAMAR
DAPUR
KAMAR MANDI
PENAMPUNGAN AIR
SUMBER AIR

• Air waduk (air rusun) :


• Mandi
• Cuci baju
• Air mengalir lancar hanya pada jam tertentu
• Kondisi air mengalir kemerahan

• Air ledeng (PAM / beli dari mobil pengangkut air) :


• Masak
• Cuci piring
• Mandi bayi
• Membeli sebanyak 120 kg (Rp. 20.000) untuk
pemakaian 2 hari

• Air galon “AQUA” :


• menyeduh susu dan makanan bayi
PEMERIKSAAN FISIK
31 Mei 2017 Pukul 13.00
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Laju Nadi : 130 kali/menit, teratur, kuat, penuh (N 90-130x/menit)
Laju Nafas : 35 kali/min, teratur (N: 25-40x/menit)
Suhu : 38.6oC (N: 36,5oC -37,5oC)
Tekanan darah : 90/60 mmHg
(P5: 72/36, P50: 90/53, P 90: 105/66, P 95: 109/70)
Pemeriksaan Fisik (Antropometri)
BB = 7,4 kg
PB = 65 cm

WFA : 0 – (-2) SD
LFA : (-2) – (-3) SD
WFH : 0 – 1 SD

Kesimpulan:
Status gizi baik menurut WHO.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normosefali, deformitas (-), LK 41 cm, UUB belum menutup, lembut,
ukuran 2x2cm
Wajah : simetris, rash (+)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), air mata (+/+),
refleks cahaya +/+, pupil isokor 3 mm/3 mm, mata cekung (-/-), injeksi
konjungtiva (-/-)
Funduskopi (kanan dan kiri): papil bulat, batas tegas, CDR 0,3-0,4, aa/vv 2/3,
reflex macula +, retina baik
Telinga : Meatus akustikus eksternus hiperemis -/- , sekret -/-,
membran timpani intak/intak, hiperemis -/-
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), nasal flare (-)
Mulut : Mukosa oral basah, hiperemi -
faring hiperemis -/-, tonsil T1/T1
Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-)
Thorax
 Paru:
Inspeksi : gerakan napas tampak simetris, gerakan otot napas tambahan (-)
Palpasi : gerakan napas teraba simetris
Perkusi : sonor +/+ di seluruh lapang paru
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

 Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
Inpeksi : tampak cembung
Auskultasi : bising usus (+) 2 kali/menit
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani di seluruh region abdomen, asites (-)

• Ekstremitas : akral hangat, CRT< 2 detik, eritema -, edema (-/-/-/-)


• Kulit : turgor kulit baik, rash (+) maculopapular konfluens
distribusi di wajah, ekstremitas atas, trunk, ekstremitas bawah, ptekiae (-),
vesikel (-), krusta (-).
• Genitalia : phimosis (+), UDT sinistra
• Anus : perianal rash (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
• Kesadaran: kompos mentis
• Rangsangan meningeal:
– kaku kuduk (-), kernig (-), Brudzinski (-)
• Saraf-saraf kranial:
– N I: sulit dinilai
– N II dan III : pupil bulat 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
– N III, IV dan VI: gerak bola mata baik, strabismus -
– N V: motoric kesan normal, sensorik sulit dinilai.
– N VII: wajah simetris
– N VIII: respons terhadap suara baik
– N IX, X: saliva (+), refleks menelan baik,
– N XI: tonus M. Trapezius dan M. sternocleidomastoideus baik
– N XII: lidah simetris, deviasi dan fasikulasi (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

 Refleks fisiologis : Biceps ++/++, Triceps ++/++


Patela ++/++, Achilles ++/++
 Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/- ,
Oppenheim -/-, Gordon -/-,
Schaeffer -/-, Hoffman Tromner -/-
 Motorik: kesan baik
 Sensorik : rangsang raba dan nyeri baik

1/13/2020
RESUME ASSESSMENT

An. MB, laki-laki Usia 8 bulan An. MB, usia 8 bulan, berat badan 7,4
Ruam pada wajah yang menyebar ke badan dan ungkai sejak 8 kg, tinggi badan 65 cm, dengan:
jam SMRS , disertai dengan demam sejak 5 hari SMRS BAB 6 kali
sehari, disertai mata merah, batuk dan pilek sejak 3 hari SMRS. - Infeksi saluran kemih atas
- Morbili
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis - Undencensus testis sinistra
- Status gizi baik menurut WHO
TTV : - Status imunisasi lengkap menurut
Laju Nadi : 130 kali/menit Kemenkes
Laju Nafas : 35 kali/menit - Status perkembangan sesuai usia
Suhu : 38.6 oC menurut KPSP
Tekanan darah : 90/60 mmHg
PF:
injeksi konjungtiva -/-, limfadenopati -/-, mukosa oral basah ,
hiperemi –
Kulit : lesi maculopapular eritem multipel konfluens yang menyebar
dari wajah sampai ekstremitas bawah, phimosis, undencensus testis
sinistra
TATALAKSANA
 Rawat dalam bangsal isolasi
 IVFD KAEN 3B 800 ml /24 jam
 Diet bubur 3x1/2 porsi
 Ceftriaxone IV drip 1x 500 mg
 Cetirizine (1.0mg /ml) 1x2,5mg
 Paracetamol IV drop 6x 100 mg
 Pemeriksaan urin lengkap
 Pemeriksaan darah rutin

 Follow up UDT sampai 1 tahun


TATALAKSANA MANDIRI
 Rawat dalam bangsal isolasi
 IVFD : Kaen 3B 750 cc/24 jam
 Diet lunak : bubur 700 kalori terbagi dalam 3 kali makan
 Antibiotik : Ceftriaxone 2x 250 mg IV
 Paracetamol drop (0,6/60mg) 6x 80mg
 Vitamin A 100.000 IU

 Tes darah rutin, diff count, CRP, Urinalisa, Kultur urin


Kebutuhan Nutrisi
 Kebutuhan cairan 740 ml/hari (100ml/kg/hari)
 Kebutuhan kalori 697kcal/hari (82 kcal/kg/hari)

Kcal/hari gr/hari gr/kg/hari


Karbohidrat 418,2 104,6 12,3
Protein 40,8 10,2 1,2
Lemak 238 26,4 3,1
Laboratorium (31/5/2017, jam 13.30 )
Pemeriksaan Hasil Rujukan

Darah Rutin
Hb 13 10,5-14,0 g/dl
Ht 36 32-42%
Trombosit 289 150.000-400.000 /ul
Leukosit 11,6 6.0-14.0 x1.000/ul
Eritrosit 4.85 4-6 juta /ul
MCV 75,1 72-88 fl
MCH 26,8 24-30 pg
MCHC 35,7 32-36 g/dl
Basofil 0 0-0,75
Eosinofil 2 1-3
Batang 3 3-5
Segmen 32 54-62
Limfosit 58 25-33
Monosit 5 3-7
Pemeriksaan Hasil Rujukan

Imunoserologi
CRP titer 14,1 0-6
Pemeriksaan Hasil Rujukan

Urin Lengkap
Glukosa - -
Protein - -
Bilirubin - -
Urobilinogen - -
Reaksi/pH 5,5 5,0-9,0
Berat Jenis 1020 1003-1025
Keton - -
Nitrit +2 -
Leukosit - -
Pemeriksaan Hasil Rujukan

Sedimen
Leukosit 0-2 0-2
Eritrosit 0-1 0-2
Epitel 0-2 0-1
Silinder - -
Kristal - -
Bakteri +2 -
Lain-lain - -
FOLLOW UP
1 Juni 2017 (1 Juni 2017; 05.00)
S O A P

Demam (-). BAB Keadaan umum : tampak sakit sedang An. M, laki-laki usia 8 • Rawat dalam bangsal
1x dengan Kesadaran: Compos Mentis bulan, BB 7,4 kg, PB: • IVFD KaEN 3B 400ml/ 24
konsistensi TTV: 65 cm , HR-2 HS-7 jam
lembek, warna TD : 90/50 mmHg range :(90-100/ 50-60 dengan : • Diet bubur 3x1/2 porsi
coklat, berampas. mmHg) • Ceftriaxone 1x 500 mg IV
Ruam tetap ada Normal = P5 72/36 mmHg, P50 90/53 mmHg -ISK komplikata ec (H2D2)
dibandingkan P95 109/70 mmHg phimosis • PCT drop 6x100mg bila
dengan kemarin HR : 140 x/ menit (140-160 x/ menit) -Morbili dengan demam > 38oC
dan tidak gatal. Normal= : 90-130 x/menit perbaikan • Follow up undecensus
Minum masih RR : 32 x/ menit (30-40 x/ menit) -Undecensus testis testis sampai usia 1
Normal = 25-40 x/menit
baik sinistra tahun
S : 37.2ºC (35,9ºC-37,2ºC)
Normal = 36,5-37,5ºC
Balance +598,16cc/16 jam
UO : 1,68 cc/kg/jam
Wajah, abdomen, ekstremitas : ruam
makulopapular eritema diskret
Genitalia : phymosis, undecensus testis
sinistra
2 Juni 2017 (2 Juni 2017, pk.05.00)
S O A P

Demam (-). Ruam Keadaan umum : tampak sakit sedang An. M, laki-laki usia 8 • Saran boleh pulang
kulit mulai Kesadaran: Compos Mentis bulan, BB 7,4 kg, PB: • Aff IV line
menghilang, BAB TTV: 65 cm , HR-3 HS-8 • Diet bebas
sebanyak 4x TD : 90/50 mmHg range :(90-100/ 50-60 dengan : • Cefixime 2x30mg selama
ampas dan lebih mmHg) 8 hari
berbentuk dari Normal = P5 72/36 mmHg, P50 90/53 mmHg -ISK komplikata ec. • Follow up undecencus
sebelumnya. P95 109/70 mmHg phimosis testis sampai usia 1
Makan pagi HR : 100 x/ menit (95-132 x/ menit) -Morbili dengan tahun
sebanyak ¾, Normal= : 90-130 x/menit perbaikan • Edukasi untuk
kemudan ¼ porsi RR : 50 x/ menit (36-50 x/ menit) -Undecensus testis membersihkan daerah
Normal = 25-40 x/menit
dan ¼ porsi lagi, sinistra kemaluan sehabis buang
S : 36,3ºC (35,5ºC-36,5ºC)
pasien minum air.
Normal = 36,5-37,5ºC
susu
Balance +183,94cc/ 24 jam + ASI
UO : 1,68 cc/kg/jam
Wajah, abdomen, ekstremitas : ruam hilang
Genitalia : phymosis, undecensus testis
sinistra
TEORI
Infeksi Saluran Kemih
 Prevalensi :
 Laki-Laki 1 %
 Perempuan 1 – 3 %
 1 tahun pertama : laki-laki 2-5x > perempuan
 Etiologi :
 Perempuan : 75 – 90 % E. coli, Klebsiella spp, Proteus spp
 Laki-laki : E. coli, Proteus spp, Gram +
 Adenovirus  cystitis with gross hematuria
Klasifikasi Manifestasi Klins
Pyelonefritis
Karakteristik :
Demam
Nyeri abdomen, punggung, atau pinggang
Malaise, mual, muntah
Diare (terkadang)
Neonatus : gejala nonspesifik
Menolak makan
Iritabilitas
Jaundice
Penurunan berat badan
Cystitis Asymptomatic bacteriuria
Karakteristik : Tidak ada manifestasi infeksi
Tidak demam Kultur bakteri urine +
Dysuria Insiden < 1% pada anak perempuan
Urgensi
Nyeri suprapubic
Inkontinensia urine
Urine berbau
Pathogenesis
Faktor Risiko
 Wanita (membersihkan anus dari posterior ke anterior)
 Laki-laki yang tidak di sirkumsisi
 Toilet training
 Pakaian dalam yang ketat
 Aktivitas seksual
 Kehamilan
Faktor Risiko
 Refluks vesiko uretral
 Gangguan berkemih
 Obstructive uropathy
 Instrumentasi uretral
 Konstipasi
 Bakteria dengan P fimbriae
 Anatomi abnormal (adhesi labial)
 Neuropathic bladder
Faktor risiko ISK untuk anak
umur 2 – 24 bulan
(Guideline AAP 2011)
Wanita Laki-Laki

 Ras berkulit putih  Ras lainnya, selain kulit putih


 Umur < 12 bulan  Suhu > 39 °C
 Suhu > 39 °C  Demam > 24 jam
 Demam > 2 hari  Tidak adanya sumber infeksi lainnya
 Tidak adanya sumber infeksi lainnya
Diagnosis
Gejala / Urinalisis / Keduanya

Pengambilan sampel : urine mid-stream (pada anak yang sudah toilet trained)
 Wanita : introitus harus dibersihkan sebelumnya
 Laki-laki yang tidak di sirkumsisi : prepusium harus di retraksikan
 Anak-anak umur 2 – 24 bulan yang tidak pernah toilet trained : kateter /
aspirasi suprapubik
 Urine yang terinfeksi :
 Nitrit +
 Leukosit esterase +
 Hasil kultur :
 > 50.000 patogen satu jenis
 10.000 + simptomatik

 Infeksi saluran kemih dapat ditegakkan bila :


 Terdapat kumpulan simptom
 Meskipun urinalisis negatif
Terapi
 Sistitis akut :
 Harus segera diterapi, mencegah pyelonefritis
 Gejala berat : terapi tanpa tunggu hasil kultur
 E. coli  trimethoprim-sulfamethoxazole 3 – 5 hari
 Klebsiella & Enterobacter  nitrofurantoin ( 5 – 7 mg / kg / 24 jam, dibagi dalam 3 – 4 dosis)
 Amoxicillin (50 mg / kg / 24 jam)
 Gejala ringan : terapi tunggu hasil kultur

Acute Febrile Infections : clinical pyelonephritis


 Antibiotik broad spectrum 1 – 2 minggu
Undescensus Testis

Nelson pg 2592 (3975)


Definisi :
 Tidak adanya testis yang teraba pada skrotum
 Kegagalan satu atau kedua testis untuk bergerak turun
dari abdomen menuju posisi skrotum

Epidemiologi :
 Lahir : 4.5 %
 30% bayi prematur : 3.4 %
 Seringkali desensus spontan dalam 3 bulan pertama
kehidupan, jika tidak  selamanya tidak turun
 Bilateral : 10%
Embriologi

Foresta C, Zucarello D, Garolla A,


Garolla A, Ferlin A. Role of
Hormones, Genes,and Environment
in Human Cryptorchidism.The
Endocrine
Society.2008:29(5):560.580.
 awal embrio, testis produksi 3 hormon :
 Testosterone (sel Leydig)
 Insulin like hormon 3 (Insl3)
 Müllerian Inhibiting Substance (MIS) atau anti müllerian hormon
(AMH) (sel Sertoli)
 Diferensiasi gonad menjadi testis, sel Sertoli produksi MIS 
regresi duktus Müller
 mggu ke 9, sel Leydig  testosterone
 rangsang struktur wolff, epididimis dan vas deferens
 Testis dan duktus mesonefros (duktus Wolff) dilekatkan
pada dinding perut posterior
 arah kranial oleh ligamentum genitalis kranial
 arah kaudal oleh ligamentum genitoinguinalis atau gubernakulum
Fase Pertama
 Ligamentum suspensoris kranial
beregresi di bawah pengaruh androgen
 Ujung kaudal dari gubernakulum yang
melekat pada dinding perut anterior
mengalami penebalan oleh Insl 3
 Dilatasi kanalis inguinalis dan membuat
jalan untuk penurunan testis
 Minggu ke 12 : testis di pelvis
 Fase pertama ini berlangsung hingga
minggu ke-15 usia kehamilan
Fase Kedua
 Minggu ke-25 usia kehamilan, prosesus vaginalis memanjang didalam
gubernakulum dan membuat divertikulum peritoneal yang memungkinkan
testis untuk turun
 Ujung distal dari gubernakulum lalu menonjol keluar dari muskulatur perut dan
mulai memanjang menuju skrotum
 Gubernaculum : jaringan fibrosa yang menghubungkan testis primordial ke
dinding abdomen anterolateral  kanalis inguinalis.
 Testosterone  lepas neurotransmitter, calcitonin gene related peptide (CGRP)
 perpindahan gubernakulum ke skrotum
 Minggu ke 30-35, ujung distal dari
gubernakulum ini sampai di skrotum
 Minggu ke 28 : testis terletak dekat
kanalis inguinalis
 Penurunan testis di dalam prosesus
vaginalis dibantu oleh adanya
tekanan intra abdomen
 Minggu ke 32-36 : testis berada di
skrotum
 Ketika testis, duktus deferens,
pembuluh darah dan persyarafannya
relokasi  dilapisi oleh ekstensi
muskulofasial dinding abdomen
anterolateral : fascia spermatik
internal dan exsternal, dan otot
kremaster.
 Prosesus vaginalis bagian distal
menetap  tunika vaginalis
KLASIFIKASI
Posisi testis :
 Abdominal (nonpalpable)
 “peeping” (tipe abdominal, terdapat pada bagian atas dari
kanal inguinal)
 Kanalikuler (Inguinal, didalam kanal inguinale)
 Gliding (dapat didorong hingga skrotum namun retraksi
segera ke tuberkel pubis)
 Ektopik (sering ditemukan di perineal)
 Preskrotal (diatas atau di scrotal inlet)
 Superficial inguinal pouch (di distal dan lateral external
inguinal ring, anterior dari otot rektus)
 Prepubis (di external ring)
Klasifikasi
 Kongenital
 Acquired :
tesis intraskrotal saat lahir, namun menjadi ekstraskrotal.
(ascending)
 Entrapped :
perubahan terjadi setelah dilakukan pembedahan inguinal.
 Retraktil :
testis awalnya ekstraskrotal, mudah bergerak keluar dari posisi
skrotal, dapat di reposisi secara manual di tempat yang
seharusnya dan dapat menetap secara temporer tanpa adanya
tekanan.
 Atrofi :
testis yang mengalami penurunan volume yang signifikan
setelah pembedahan inguinal atau testikuler, atau karena terlalu
lama berada di posisi ekstraskrotal atau merupakan kegagalan
perkembangan primer.
KOMPLIKASI
 Secara histologi : dimulai sejak umur 6 – 12 bulan
 pertumbuhan testis yang memburuk secara progresif
 Penundaan maturasi sel germis
 Penurunan jumlah sel germis
 Penurunan jumlah sel Leydig
 perubahan juga terjadi pada testis kontralateral yang sudah
desensus setelah 4 – 7 tahun
 Infertilitas : atresia epididimis, atresia vas deferens, kehilangan
jaringan testikular
 Torsio testis
 Trauma testis
 Hernia
 Keganasan, kanker testis
 Kosmetik / Efek psikologis
ANAMNESIS
 Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum
 Riwayat operasi daerah inguinal
 Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu untuk reproduksi, kehamilan
kembar, prematuritas
 Riwayat keluarga: UDT, hipospadia, infertilitas, intersex, pubertas prekoks
Pemeriksaan Fisik Skrotum
 Dibuka seluruh baju anak  relaks
 Tangan dominan : periksa skrotum & kanal inguinal  mencoba palpasi testis
 Tangan non dominan : ditaruh pada tuberkel pubis dan ditekan ke arah inferior
menuju skrotum
 Jika masih sulit ditemukan  lumuri tangah dengan sabun (less friction,
fasilitasi identifikasi)
 Menarik skrotum dapat menarik testis inguinal yang tinggi  posisi yang dapat
teraba
 Soft sign (testis absent) : contralateral testicular hypertrophy
PEMERIKSAAN PENCITRAAN
 Sonografi paling aman, sulit dilakukan pada pasien obese
 Akurasi MRI adalah 90% utk testis intraabdomen
Terapi
 Pembedahan (Orchiopexy)
 Kongenital
 Umur 9 – 15 bulan, 6 bulan sudah boleh (penurunan spontan
tidak akan terjadi umur > 4 bulan)
 Prinsip dasar orchiopexy :
 Insisi inguinal
 Mobilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah
 Ligasi kantong hernia (perbaikan hernia inguinal indirek)
 Fiksasi yang kuat testis pada skrotum
 Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos pouch
skrotum.
 Outpatient, success 98 %
TERAPI
 Testis yang dekat ke scrotum : (Prescrotal Orchiopexy) :
 Insisi sepanjang pinggir skrotum
 Perbaikan hernia inguinal yang dapat menyertai kondisi ini
 Shorter operative time, less postoperative discomfort
 Nonpalpable testis : (Diagnostic Laparoscopy) :
 Safe & rapid assessment of whether testis is intraabdominal
 Orchiopexy : jika terletak persis didalam internal inguinal ring
 Orchiectomy : kasus yang lebih sulit / testis tampak atrofi
Measles

Nelson pg 1542 (2211)


 Infeksi serius
 Ciri khas :
 Demam tinggi
 Enanthem
 Batuk
 Coryza
 Konjunctivitis
 Exanthem
Etiologi
 Paramyxoviridae, Morbilivirus
 Single strand RNA
 Hanya satu serotipe yang diketahui
 6 struktur protein mayor, 2 penting untuk imunitas :
 Hemagglutinin (H) protein
 Fusion (F) protein
 Antibodi F protein membatasi proliferasi virus ketika infeksi
Transmisi
 Port de Entrée : traktus respiratorius / konjunctiva  kontak dengan large
droplet / small-droplet aerosol (bertahan 1 jam di udara)
Manifestasi Klinis
 Masa infeksius : 3 hari sebelum – 6
hari setelah onset rash.
 Masa inkubasi : 8 – 12 hari
Pathogenesis
1. Fase Inkubasi (8 – 12 hari)
 Virus migrasi ke KGB regional
 Viremia primer : diseminasi virus ke RES
 Viremia sekunder : diseminasi virus ke permukaan tubuh
2. Gejala prodromal
 Nekrosis epitel traktus respiratorius + infiltrat limfositik (Giant cell
formation in body tissues)
 Viral shedding
 Small vessel vasculitis on skin & oral mucous membrane
 Onset rash = produksi antibodi dimulai
 Replikasi virus ↓  gejala membaik
3. Fase Exanthematosa
 Munculnya Koplik spots : pathognomonic sign of measles (1 – 4
hari sebelum onset rash)
4. Perbaikan
Stadium Pertama Infeksi Virus Measles
Stadium Kedua Infeksi Virus Measles
Manifestasi Klinis
 Infeksi serius :  Masa inkubasi 8 – 12 hari  fase
 Demam tinggi prodromal :
 Enanthema  Demam ringan
 Batuk Kemudian menjadi :
 Coryza  Konjnctivitis dengan fotofobia
 Konjunctivitis  Coryza
 Exanthema prominent  Batuk yang prominen
 Demam yang meningkat
 Fase enanthema :
 Koplik Spots
 Tanda pathognomonic
 1 – 4 hari sebelum onset rash
 Lesi kemerahan diskret dengan bercak
putih kebiruan pada bagian tengah
aspek yang dalam dari pipi sedalam
level premolar
 Dapat menyebar ke bibir, palatum
durum, dan gingiva
 Intensitas gejala ↑ selama 2 – 4 hari
hingga pada hari pertama rash
 Rash dimulai pada dahi (sekitar batas rambut), dibelakang
telinga, dan leher bagian atas
 Rash : erupsi makulopapular kemerahan
 Menyebar ke torso dan ekstremitas, hingga telapak tangan
dan kaki.
 Exanthem dapat berkonfluens pada wajah dan torso
 Onset rash  gejala ↓
 Rash menghilang sekitar 1 minggu (craniocaudal),
meninggalkan bekas deskuamasi kulit.
Diagnosis
 Seringkali didasarkan pada temuan gejala klinis dan
epidemiologis

 Jika tidak ada wabah, konfirmasi diagnosis klinis


 serologi antibodi IgM dalam serum
 Muncul 1 – 2 hari setelah onset rash, menetap 1 bulan.
 Jika negatif pada < 72 jam  ulangi

 Lab : fase akut : leukositopenia (leukosit berkurang lebih


banyak daripada neutrofil)
Diferensial Diagnosis
 Measles pada umumnya pathognomonis jika ditemukan Koplik spots
 Measles pada stadium lanjut / gejala infeksi subklinis :
 Rubella
 Infeksi adenovirus
 Infeksi enterovirus
 Infeksi Epstein-Barr virus
 Exanthem subitum (pada bayi)
 Erythema infectiosum (pada anak)
 Mycoplasma pneumoniae
 Streptococcus grup A
 Kawasaki syndrome
Terapi
 Suportif (hidrasi, oksigenasi, comfort)
 Hidrasi :
 Rehidrasi oral / intravena
 Oksigenasi :
 Suplementasi oksigen
 Humidifikasi jalan nafas
 Comfort :
 Antipiretik
 Antiviral tidak efektif
 Vitamin A
 (> 1 tahun) 1x 200.000 IU selama 2 hari
 (6 – 11 bulan) 1 x 100.000 IU selama 2 hari
 (< 6 bulan) 1 x 50.000 IU selama 2 hari

Anda mungkin juga menyukai