Anda di halaman 1dari 54

Kelainan Hidung

dr. Bagus Condro P, Sp.THT-KL, M.Kes


 Inflammatory Diseases
› Allergic Rhinitis
› Non-Allergic Rhinitis
› Nasal Polyposis
 Infections
› External nose infection ( selulitis, vestibulitis)
› Rhinitis kronik non spesifik dan spesifik
 Epistaxis
› Mucositis
› Systemic Diseases
› Neoplasms
› Substance Abuse
› Trauma
 Trauma
› Nasal Bone Fractures
› Foreign Bodies
Inflammatory
Diseases

Rhinitis Alergi
Introduction
 Rhinitis : inflamasi membran mukosa hidung
 Berdasarkan penyebabnya, :
 rhinitis alergi disebabkan oleh adanya alergen
yang terhirup oleh hidung
 rhinitis non-alergi disebabkan oleh faktor-faktor
pemicu tertentu :
 rhinitis vasomotor idiopatik; sensitif terhadap fumes,
odors, temperature & atmospheric changes, irritant
 rhinitis medikamentosa
 rhinitis abnormalitas struktural
Definition
Allergic Rhinitis

inflamasi mukosa
hidung yang disebabkan oleh
alergen yang terhirup,yg
dapat memicu respon
hipersensitivitas
RHINITIS ALERGI

GEJALA ALERGI
S neezing
L acrimation
I tching
D ischarge
O bstruction

Bag IK.THT-KL RSUD Prof Margono/ FK. Unsoed


Allergic rhinitis dipicu oleh
adanya allergen : etiology
1. Outdoor aeroallergen
(serbuk sari & spora
tumbuhan)
2. Pollutans (ozone, asap
kendaraan)
3. Indoor aeroallergen
(tungau, kecoa, spora
jamur, asap rokok &
bulu hewan peliharaan)
4. Bahan kimia
(isocyanate,
glutaraldehyde)

Bag IK.THT-KL RSUD Prof Margono/ FK. Unsoed


Classification

Berdasarkan waktu :
 Seasonal allergic rhinitis (SAR)
terjadi pada waktu yang sama setiap
tahunnya (musim bunga, banyak serbuk sari
berterbangan)
 Perrenial allergic rhinitis (PAR)
terjadi setiap saat dalam setahun; penyebab
utama: debu, animal dander, jamur, kecoa
 Occupational allergic rhinitis
terkait dengan pekerjaan
Classification according to ARIA
(2001)

ARIA = Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (J Allergy Clin Immunol 2001; 108:
S147-S334)
Allergic Rhinitis

 PHYSICAL EXAMINATION:
 Allergic Salute
 Facial Grimacing
 Allergic Facies:
 Allergic Crease
 Allergic Shiners
Rhinitis Alergi

 PHYSICAL EXAMINATION:
 Anterior rhinoscopy findings include pale,
blue/grey turbinates, watery or mucoid minimal to
profuse nasal discharge and mucus threads
 Anterior rhinoscopy also excludes other
conditions, like nasal polyposis, infection, and
anatomic abnormalities like septal deviation
 Nasal endoscopy may also be performed
ALLERGIC CREASE ALLERGIC SALUTE

Allergic Shiner
Rhinitis Alergi

 DIAGNOSIS:
 Gold standard  SKIN PRICK TEST
 kulit ditetesi senyawa alergen dicukit dengan
jarum steril,  tunggu reaksinya
 Acute complications:
sinusitis & otitis media with effusion
 Chronic complications:
nasal polyps, sleep apnea & hyposmia
(diminished sense of smell)
Pengobatan AR dilakukan dalam 3 langkah:
1. Non-farmakologi
2. Farmakoterapi
3. Imunoterapi
Menghindari pencetus alergi (allergen):
 Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus
(debu, serbuk sari, bulu binatang, dll)
 Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari
kegiatan berkebun. Jika harus berkebun,
gunakan masker wajah
Menggunakan obat untuk mengurangi gejala
 Antihistamine
 Decongestant
 corticosteroid nasal
 Cromolyn Sodium
 Ipratropium bromida
 Leukotriene antagonis

Note:
Immunoterapi dilakukan jika langkah farmakoterapi tidak
menunjukkan hasil yang optimal
 Merupakan rhinitis non alergi dengan
gejala hidung tersumbat, rinorhea,
bersin-bersin dengan hasil tes alergi
negatif
 Patogenesis
› Mukosa hidung kaya pembuluh darah
memiliki sinusoid vena yang dikelilingi oleh
serat-serat otot polos yang bertindak
sebagai sfingter dan mengendalikan
sinusoid ini.

 Sistem saraf otonom diatur
hipotalamusvasomotor rhinitis terjadi
karena ketidakseimbangan sistem ssaraf
otonom
› stimulasi simpatis menyebabkan vasokonstriksi
dan penyusutan mukosa, sedangkan
parasimpatis stimulasi menyebabkan
vasodilatasi .
› Aktivitas yang berlebihan dari sistem
parasimpatis menyebabkan sekresi dari kelenjar
hidung berlebihan.
 rangsangan non-spesifik : perubahan
suhu, kelembaban, asap.
 Terapi
› Menghindari faktor pencetus
› Antihistamin dan dekongestan
› Topical steroid
› Sistemik kortiko steroid pada kasus yang
berat
 Terapi pembedahan
› Hidung tersumbat dapat dikoreksi dengan
(memgecilkan konka nasal/turbinektomi),
koreksi deviasi nasal septum
 Drug induced rhinitis
› Obat antihipertensi seperti reserpin,
guanethidine, metil dopa dan
propranolol dapat memblok simpatik dan
menyebabkan hidung tersumbat.
› Beberapa obat antikolinesterasi, misalnya
neos tigmine, ( asetilkolin like)digunakan
dalam pengobatan miastenia gravis
menyebabkan sumbatan hidung.
› pil kontrasepsi dgn kandungan estrogen
menyebabkan sumbatan hidung
 Rhinitis medicamentosa.
› Penggunaan yang berlebihan dekongestan
topikal (tetes hidung) menyebabkan
fenomena rebound menyebabkan rhinitis.
› Pengobatan
 menghentikan penggunaan tetes hidung,
terapi steroid sistemik
 Pada kasus dgn hipertrofi konka dilakukan
pembedahan turbinektomi
 Rhinitis karena kehamilan
› Pada saat hamil, rhinitis hormonal biasanya
bermanifestasi pada bulan ketiga dan akan
terus berlanjut selama kehamilan. Dimana
estrogen diketahui mempengaruhi sistem
saraf otonom dengan meningkatkan
sejumlah faktor termasuk parasimpatik, asetil
kolin transferase, dan konten asetil kolin,
dan juga meningkatkan penghambatan
sistem simpatik.
 Rhinitis karena hipotiroidisme
› Hypothyroidism terjadi hypoactivity dari sistem
simpatis dengan dominasi
aktivitas parasimpatis menyebabkan hidung
tersumbat dan 'pilek'.
 rhinitis gustatory.
› Makanan Pedas dapat memicu rhinorrhoea,
hidung tersumbat, lakrimasi. Ini merupakan
respon kolinergik rangsangan reseptor sensorik
yang di picu capsaicin ( kandungan cabe)
› Terapi ipratropium bromida nasal spray
(antikolinergik), beberapa menit sebelum
makan.
 Massa non neoplastic yang berasal dari
oedem pada mukosa hidung dan sinus
paranasal.
 Patogenesis.
› Proses inflamasi menyebabkan Mukosa hidung,
terutama dimeatus media menjadi edema
karena pengumpulan cairan ekstraseluler
menyebabkan perubahan polypoidal. Polip
menjadi bertangkai karena gravitasi.
› Pada tahap awal, permukaan hidung polip
adalah epitel columnar bersilia seperti i mukosa
hidung normal tapi kemudian mengalami
metaplasi jenis transisonal sel dan skuamosa sel.
 Gejala
› Hidung tersumbat yang memberat
› Hiposmia/ anosmia
› Nyeri kepala
› Bersin-bersin , rinore ( pada kasus alergi)
› Massa polip menonjol dilubang hidung
 Tanda-tanda.
› Pada anterior rhinoskopi, tampak massa polip warna
putih pucat, berkilau dan bertangkai, Tidak nyeri
tekan dan tidak mudah berdarah
› Discharge dapat berupa serous, mukoid hingga
purulenta.
 Diagnosis
› Pemeriksaan fisik hidung
› CT-Scan sinus paranasal potongan axial dan
coronal untuk membedakan dengan
neoplasma ( ada erosi tulang), penting untuk
merencanakan pembedahan.
› Pemeriksaan histopatologi
 Pengobatan
› Antihistamamin dan kortikosteroid topikal
› Pembedahan (polipektomi, ethmoidektomi,
cald well luc)
Loc.dorsum nasi.tip
sympt:inflam.sign +
cellulitis
causa:staplc,streptoc.
T/ Ab

Loc: sebsseus/hair folc


Subcutaneus tissue
T/analgetic & AB topica
Vestibulitis/ furunculosis
& sistemic,
Insition
Causa : virus rhino,
coxacki,adeno
C,Cold,.acut Coryza
Inkub :1-3days.:related to im
Rhinitis simplex,,
mun syst.
>> young child.

Causa :virus Infl :A,B,C.


complication
R. Influenza spesific nicrosis epitth.
>>secondary bacter
Ial infection
Nose symptom :+/-
 should be isolated(highly contagious)
 Tx /symptomatic
 Self limiting
 Steam inhalation/topical nasal
decongestans
 Anti pyretic to control pyrexia &
musc.pain
 Anti biotic if secunder infection
 Secretory otitis media
 A.O.M/ O.M.A
 Cervical lympadenopati

 Acut sinusitis
 nasopharyngitis
 pnemonia.
 laringitis
Hypertropi
Cause : recc.infection
Symp. : nasal obstruct. ,
Anosmia
Rh py anterior:konka inferior
&media >> irreg
Th/ operatif

Non spesifik
Atropi =ozaena
Causa : klebsiela Ozaena
Teory :hormonal <<,gizi ,
auto imun,women >>,tanaage>>
Early Stad, chronic inflam.
Last Stad. :nicrosis&atrop
spesfc:yellow –green crusta
sympt :obstrut,hiposmi,foetor
Th/ konservatif ,surgical
I.Rhinitis Tuberculosa:
• rare,
• lesi or nodule/ulseration on: septum,
choncha media dan inferior
• primer a sekunder
• symptom :pain,obstruction,
secret ++ mucopurulent
• physical exam.: red nodule w/w.out ulseration
• Dx.:swab (biopsi
• Th/ Anti TB & Nose toilet
Causa: :triponema Pallidum

Primer :lesion on vestibulum & external nose,


papula with ulceration hard & no pain
(3-4weeks after contact) , spontan dissapear
(6-10 mgg,serology test + /- )
Sekunder :>> 10 weeks
>> infecsius ( like simplex Rhinitis )
serologi test +++
Tertier : spesific Gumma
destruction of bone & cartilage ------ sadle nose
Th/ PPO
Granulomatosa spesifik
Causa mycobacterium leprae
There are 3 type :
1.Tuberkuloid type : anast lesion.,macula hypo/hyperpigm.
2 .Lepromatosa type :infilt. difus on skin,mucosa & neural
3.border line type
Incubation : until 10 years
Dx/ clinis ,laboratoric, histopatology
Th/ anti lepra : Diapsone,rifampicin
congenital

infection

Epistaxis trauma

Vaskuler ab N

Degenerasi/systemic
Anterior
associated with plex. Kiesellbachs
Eassy to stopped
often: in children freq.traumaor dryng
Th/ tampon anterior

Epistaxsis

Posterior

Much more freq.in adult older , male >>


systemic and tumor >>>
:
a. Sphenopalatina ,
a.ethmoid posterior
Th. Medica mentosa
Tampon Balloque
TAMPON POSTERIOR
 Tiga prinsip utama penanggulangan epistaksis :
 1. Menghentikan perdarahan
 2. Mencegah komplikasi
 3. Mencegah berulangnya epistaksis
 Alat-alat yang digunakan : lampu kepala, spekulum
hidung, alat hisap (suction), forseps bayonet, spatel
lidah, kateter karet, pelilit kapas (cotton applicator),
lampu spiritus, kapas, tampon posterior (tampon
Bellocq), vaselin, salep antibiotik, larutan pantokain 2%
atau semprotan silokain untuk anestesi lokal, larutan
adrenalin 1/10.000, larutan nitras argenti 20-30 %, larutan
triklorasetat 10 %, atau elektrokauter.
 Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa.
Anamnesis singkat sambil mempersiapkan alat.
 Menghentikan perdarahan secara aktif, seperti pemasangan
tampon dan kaustik lebih baik daripada memberikan obat-
obatan hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti.
 Pasien diminta duduk tegak (agar tekanan vaskuler berkurang
dan mudah membatukkan darah di faring). Bila dalam
keadaan lemah atau syok, pasien dibaringkan dengan bantal
di belakang punggung. Sumber perdarahan dicari dengan
bantuan alat hisap agar hidung bersih dari bekuan darah.
Kemudian pasang tampon anterior yang telah dibasahi
dengan adrenalin dan lidokain atau pantokain untuk
menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri untuk
tindakan selanjutnya. Biarkan 3-5 menit dan tentukan apakah
sumber perdarahan di bagian anterior atau posterior. Pada
anak yang sering mengalami epistaksi ringan, perdarahan
dihentikan dengan cara menekan kedua cuping hidung ke
arah septum selama beberapa menit.
 Jika terlihat, sumber perdarahan dikaustik dengan larutan
nitras argenti 20-30 % (atau asam triklorasetat 10 %) atau
elektrokauter. Sebelumnya digunakan analgesik topikal. Bila
dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung maka
diperlukan pemasangan tampon anterior, yaitu kapas atau
kasa menyerupai pita dengan lebar kira-kira 0,5 cm yang
diberi vaselin atau salep antibiotik agar tidak melekat
sehingga tidak terjadi perdarahan ulang saat pencabutan.
Tampon anterior dimasukkan melalui nares anterior,
diletakkan berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga
hidung dan harus menekan tempat asal perdarahan.
Tampon dipertahankan 1-2 hari.
 Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, pasien
diperbolehkan rawat jalan dan diminta lebih banyak duduk
serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari.
Pasien lanjut usia harus dirawat.
 Terjadi bila sebagian besar darah yang keluar
masuk ke dalam faring, tampon anterior tidak
dapat menghentikan perdarahan, dan pada
pemeriksaan hidung tampak perdarahan di
posterior superior.
 Perdarahan posterior lebih sukar diatasi karena
perdarahan biasanya hebat dan sukar melihat
bagian posterior dari kavum nasi. Dilakukan
pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq),
yaitu tampon yang mempunyai 3 utas benang, 1
utas di tiap ujung dan 1 utas di tengah. Tampon
harus dapat menutup koana (nares posterior).
Tampon dibuat dari kasa padat berbentuk bulat
atau kubus dengan diameter sekitar 3 cm.
 Untuk memasang tampon Bellocq, kateter karet
dimasukkan melalui salah satu nares anterior sampai
tampak di orofaring dan ditarik keluar melalui mulut.
Ujung kateter diikat pada salah satu benang yang
ada pada salah satu ujung tampon kemudian
kateter ditarik melalui hidung sampai benang keluar
dari nares anterior. Dengan cara yang sama benang
yang lain dikeluarkan melalui lubang hidung
sebelahnya. Benang yang keluar kemudian ditarik
dan dengan bantuan jari telunjuk tampon tersebut
didorong ke arah nasofaring. Agar tidak bergerak,
kedua benang yang keluar dari nares anterior diikat
pada sebuah gulungan kasa di depan lubang
hidung. Ujung benang yang keluar dari mulut,
dilekatkan pada pipi. Benang tersebut berguna bila
hendak mengeluarkan tampon. Jika dianggap perlu,
dapat pula dipasang tampon anterior.
 Pasien dengan tampon posterior harus dirawat dan
tampon dikeluarkan dalam waktu 2-3 hari setelah
pemasangan. Dapat diberikan analgesik atau sedatif
yang tidak menyebabkan depresi pernapasan. Bila
cara diatas dilakukan dengan baik maka sebagian
besar epistaksis dapat ditanggulangi.
 Young children /psychiatric cases
 Gejala : hidung tersumbat unilateral,
discharge +++, berbau
 Tatalaksana
› Ekstarksi corpus alienum
› Anitbiotik, dekongestan, analgetik

Anda mungkin juga menyukai