Anda di halaman 1dari 75

Dra.

Noortiningsih,
M.Biomed.

Sistem
pencernaan
• Traktus Digestivus :
– saluran muskulo-membraneus ---> dari mulut –
anus
– mengaduk, menggiling, mencerna, dan menyerap
makanan
– mengeluarkan hasil buangan yg tdk berguna
(bentuk padat)
Traktus
digestivus
• Fungsi pencernaan bertujuan untuk memberi tubuh :
– suplai air yang kontinyu
– elektrolit-elektrolit
– bahan makanan sebagai sumber energi

• Untuk mencapai tujuan :


– makanan harus melalui sal. pencernaan dg kecepatan tertentu
– cukup cepat untuk memindahkan makanan
– tetapi cukup lambat untuk proses pencernaan dan
penyerapan.
Pembahasan sistem pencernaan
dibagi dalam 3 fase :

• Gerakan makanan sepanjang saluran


pencernaan
• Sekresi liur pencernaan ---> Proses
pencernaan
• Absorbsi
• Berdasarkan fungsinya sal. pencernaan dibagi 4
bagian, tiap bagian beradaptasi untuk fungsi yg
khusus, sbb :
1. Merupakan saluran sederhana ----> esofagus
2. Tempat reservoir/menyimpan ; makanan (lambung),
dan bahan feses (kolon desendens)
3. Tempat mencerna makanan (mulut, lambung,
duodenum, jejunum, ileum)
4. Tempat absorbsi (seluruh intestinum tenue dan
setengah bagian proksimal kolon)
Lambung
Villi intestinalis
Fungsi motorik sal.pencernaan :

– dilaksanakan oleh lapisan otot polos pada saluran


pencernaan.
– Kontraksinya tonik, berirama/ritmis, dengan
kecepatan tertentu
– disesuaikan dengan fungsinya (mendorong atau
mencampur).
Perjalanan makanan sepanjang saluran
pencernaan :
Proses mengunyah.
• Merupakan proses mekanik pertama yang dialami
makanan  di mulut  dg gigi-gigi
• Tujuan :
– menghancurkan makanan
– memungkinkan saliva melicinkan dan membasahi makanan
– mencampur makanan rata dengan bahan yg tdp dlm saliva.
– Enzim ptyalin melaksanakan pencernaan KH scr enzimatis
(kimiawi).
Proses menelan ---> mekanisme kompleks ---> dibagi 3 fase :

• Fase oral/buccal ; volunteer, mendorong bolus


makanan di rongga mulut menuju faring
• Fase faringeal ; involunter, memindahkan
makanan melalui faring menuju esofagus --->
berlangsung < 2 detik shg tdk mengganggu
pernafasan ---> pendekatan pita suara dan
epiglottis mencegah makanan masuk trakhea.
• Fase esofageal ; involunter, meneruskan
makanan melalui esophagus menuju lambung
• Refleks menelan dikoordinasi sedemikian
rupa shg makanan hanya masuk ke
esofagus.

• Fungsi utama esofagus :


– menyalurkan makanan dari faring ke lambung
– gerakannya khusus disesuaikan untuk fungsi
tersebut.
Sfingter kardia :
• Dlm keadaan normal
sfingter kardia berada dlm kontraksi tonik, --->
bagian esofagus yg lain relaksasi sempurna.
• Gelombang peristaltic yg terjadi selama proses
menelan, berjalan ke bawah, melemaskan
sfingter dan memungkinkan makanan yang
ditelan didorong ke lambung.
• Fungsi utama : mencegah isi lambung tdk
kembali ke esofagus.
Lambung :
• Keadaan lambung kosong, otot-otot lambung jarang
memperlihatkan ketidak aktifan yg sempurna.
• Keaktifan meningkat selama proses pencernaan di
lambung.
• Terdapat hubungan antara kontraksi lambung
kosong dengan sensasi lapar (kontraksi lapar).
• Kontraksi lapar pada tonus lambung yang tinggi
disertai tetani tidak sempurna dapat berlangsung
sampai 5 menit.
• Jika lambung terisi, bolus yang mula-mula masuk
merupakan lapisan di sepanjang kurvatura mayor.
• Bolus yang masuk berikutnya membentuk lapisan di
atasnya, dan yang terakhir terletak di dekat kardia.
• Pepsin dan HCl lambung bekerja pada lapisan
pertama, sedangkan makanan yang masuk terakhir
belum dipengaruhi oleh secret lambung, sehingga
pencernaan oleh saliva masih terus berlangsung.
Peristaltik lambung :
• Gelombang mendorong makanan di lambung merupakan
peristaltic kuat
• Menyebar ke antrum dan pylorus bahkan dpt mencapai
duodenum.
• Karena kanalis pylorus sempit dan sebagian menutup,
maka pada setiap gelombang peristaltic hanya beberapa
milliliter kimus yang dapat didorong masuk ke duodenum.
• Sebagian besar isi antrum ditekan kembali ke arah korpus.
• Peristiwa ini merupakan mekanisme mengaduk yang
penting.
Pengosongan lambung :
• Pengosongan lambung berlangsung krn
gelombang peristaltic yg menjalar dari lambung
ke duodenum, tetapi dihambat oleh tahanan
pylorus.
• Keadaan normal pylorus menutup karena
kontraksi tonik.
• Pd setiap gelombang peristaltic hanya sejumlah
kecil kimus yg masuk ke duodenum --->
keaktifan antrum disebut ‘pompa pilorik’.
• Kecepatan pengosongan lambung oleh pompa
pilorik diatur oleh derajat keenceran kimus di
lambung dan oleh kemampuan usus halus
menerima kimus.
• Keaktifan pompa pilorik dihambat oleh refleks
enterogastrik yang menghambat peristaltic
antrum.
Gerakan intestinum tenue/usus halus :

• Bersifat mencampur dan mendorong.


• Gerakan mencampur : gerakan segmentasi,
terjadi sepanjang usus halus.
• Serangkaian kontraksi segmentasi ---> kimus
terbelah-belah beberapa kali, --->
menyebabkan pencampuran dengan liur
pencernaan.
• Gelombang peristaltic dapat timbul di semua
bagian usus halus untuk mendorong isi usus
halus.
• Jika keaktifan usus halus sangat tinggi,
gelombang peristaltic dapat berjalan dari
duodenum sampai ke anus.
• Gelombang peristaltic yang kuat dan berjalan
dalam jarak yang jauh disebut ‘peristaltik rush’.
Kontraksi villi :
• Kontraksi berirama villi intestinalis memeras
villi ---> cairan limfe dg bebas mengalir dari
pembuluh lacteal central ke dalam susunan
limfatik.
• Kontraksi villi juga mengaduk cairan di sekitar
villi.
• Fungsi katup ileocecal : mencegah mengalirnya
kembali bahan fekal dari kolon ke usus halus.
Gerakan intestinum crasum/usus besar :

• Gerakan mengaduk di usus besar disebut


gerakan haustra,
• berupa kontraksi otot sirkuler, bersamaan dg
kontraksi otot longitudinal.
• Otot longitudinal membentuk 3 berkas otot
---> kontraksi gabungan kedua otot
menyebabkan ada bagian usus besar yg tdk
terangsang menggembung ke luar.
• Gerakan mendorong di usus besar disebut
‘mass movement’, timbul beberapa kali dalam
sehari, sering di waktu pagi.
• Mass movement dpt timbul di tiap bagian kolon
tp lebih sering di kolon transversum dan kolon
desendens.
• Jika sejumlah besar bahan fekal telah didorong
ke dalam rektum ---> timbul keinginan untuk
defekasi.
Defekasi :
• Mass movement yang kuat kadang-kadang
dapat mendorong bahan fekal melalui rektum
dan anus ke luar.
• Hal ini jarang terjadi karena terdapat kontraksi
tonik pada sfingter ani internus dan eksternus.
Tindakan defekasi ---> hasil refleks defekasi sbb :

– Jika bahan fekal memasuki rektum, dinding rektum teregang


– menimbulkan impuls aferens, ---> disalurkan melalui pleksus
mienterikus ---> menimbulkan gelombang peristaltik di kolon
desendens, ---> mendorong bahan fekal melalui anus.
– Jika gelombang peristaltik sampai di anus, sfingter ani
internus dihambat
– jika sfingter ani eksternus relaksasi maka terjadi defekasi.
– Refleks ini sebenarnya sangat lemah, shg refleks defekasi
harus diperkuat oleh refleks yg berlangsung melalui segmen
sakral medulla spinalis.
Sekresi liur pencernaan :
Kelenjar Saliva.
• mengandung 2 macam sekret :
– sekret yang mengandung enzim ptialin
– sekret mukus untuk melicinkan.
• pH saliva berkisar antara 6,0-7,0.
• Ada 3 fase sekresi saliva : fase sefalik, fase bukal, & fase
gastrointestinal.

Sekresi esofagus.
• Bersifat mukoid dan fungsinya terutama sebagai pelumas pada
proses menelan.
Kelenjar saliva
Sekresi liur lambung :
Fungsi lambung :
• Menyimpan sejumlah besar makanan sampai
dapat dipindahkan ke usus
• Mencampur makanan dengan liur lambung
sampai terbentuk suatu campuran setengah cair
yang disebut khimus
• Meneruskan makanan ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan dalam usus halus
Di lambung terdapat 2 jenis kelenjar yaitu :
• kelenjar gastrik dan kelenjar pilorik :
mensekresi liur pencernaan, terdapat di
seluruh dinding lambung bagian korpus dan
fundus,
• kelenjar pilorik di daerah pilorus : mensekresi
mukus untuk melindungi mukosa lambung.
Kelenjar gastrik mempunyai 3 jenis sel :
• Sel prinsipal/sel peptik ; mensekresi
pepsinogen
• Sel parietal ; mensekresi HCl
• ‘Mucous neck cell’ ; mensekresi mukus
Fungsi HCl lambung :
• Mengubah pepsinogen menjadi pepsin
HCl
• Pepsinogen -----------------------> pepsin
• Membuat suasana lambung asam untuk kerja pepsin
yang optimal
• Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
• Melarutkan kolagen
• Menghidrolisis sakarosa
• Merangsang sekresi sekretin
• Pepsin merupakan enzim proteolitik utama di
lambung.
• Enzim lain ialah lipase lambung dan amilase
lambung tapi jumlahnya hanya sedikit.
Sekresi mukus lambung :
• Kelenjar pilorik dan kelenjar kardia hampir seluruhnya
mengandung sel mukus yang identik dengan ‘mucous neck
cell’ kelenjar gastrik.
• Semua sel ini mensekresi mukus yang fungsinya mencegah
pencernaan dinding lambung oleh liur lambung.
• Selain itu di permukaan mukosa lambung di antara kelenjar-
kelenjar terdapat sel mukosa yang secara kontinyu mensekresi
sejumlah besar mukus yang lebih pekat dan alkali sehingga
membentuk lapisan yang tebalnya lebih dari 1 cm.
• Dengan demikian, melindungi dinding lambung lebih efisien.
Iritasi mukosa lambung biarpun sangat ringan segera merangsang sel mucus untuk mensekresi mucus
yang banyak dan kental.

• Sekresi liur lambung dikendalikan oleh mekanisme


saraf vagus (otonom) dan hormon gastrin.
• Impuls saraf vagus ke kelenjar pilorik, kelenjar
kardia, dan mucous neck cell kelenjar gastric
menyebabkan peningkatan sekresi mucus.
• Efek lain perangsangan vagus ialah menyebabkan
bagian antrum mukosa lambung mensekresi hormon
gastrin.
• Hormon ini bekerja pada kelenjar gastric untuk
meningkatkan sekresi liur gastric yang asam.
• Dengan demikian saraf vagus menggiatkan sekresi liur
lambung dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dengan merangsang kelenjar gastric, dan secara
tidak langsung dengan mekanisme hormon gastrin.
• Umpan balik negatif sekresi asam lambung : Jika keasaman
liur lambung meningkat sampai pH = 2,0 maka mekanisme
gastrin untuk merangsang sekresi liur lambung dihambat
total. Dengan demikian mekanisme umpan balik negatif ini
melindungi lambung terhadap keasaman berlebihan yang
dapat menyebabkan ‘peptic ulceration’.
• Terdapat 3 fase sekresi lambung yaitu : fase sefalik, fase
gastric, dan fase intestinal.
• Makanan di usus halus menimbulkan refleks enterogastrik
yang menghambat sekresi lambung. Refleks ini timbul
karena : peregangan usus halus, adanya hasil pemecahan
protein, dan adanya iritasi mukosa lambung.
• Tujuan refleks enterogastrik ialah memperlambat
pengosongan lambung. Jika di usus halus terdapat jenis
makanan tertentu (misalnya lemak), maka mukosa usus
halus akan membebaskan hormon enterogastrin yang
fungsinya menghambat sekresi dan motilitas lambung.
Sekresi usus halus :
• Liur pencernaan di usus halus bersifat basa dan
mengandung berbagai enzim hidrolitik.
• Namun demikian selama pencernaan terutama di
duodenum dan jejunum selalu bersifat agak asam
karena pengaruh kimus yang dibawa dari lambung.
• Liur pencernaan di usus halus t.a. :
• Liur pancreas
• Liur empedu
• Liur usus halus
Pankreas & hati
• Liur pancreas mengandung enzim pencernaan untuk
ketiga bahan makanan (karbohidrat, protein, lemak),
dan sejumlah besar ion bikarbonat yang berperan
menetralisir kimus yang asam yang datang dari
lambung.
• Enzim proteolitik dibentuk di dalam sel-sel pancreas
dalam bentuk tidak aktif (proenzim) yaitu:
– Tripsinogen
– Khimotripsinogen
– Prokarboksipeptidase
• Proenzim ini diaktifkan di usus halus oleh
enterokinase yang dihasilkan oleh mukosa
usus halus.
• Enterokinase akan disekresi oleh mukosa
duodenum jika kimus mengadakan kontak
dengan mukosa usus halus.
Reaksinya sbb :
enterokinase
• Tripsinogen --------------------------------------> tripsin

Tripsin (otokatalitik)
• Tripsinogen --------------------------------------> tripsin

tripsin
• Khimotripsinogen -------------------------------> khimotripsin

tripsin
• Prokarboksipeptidase ---------------------------> karboksipeptidase
Enterokinase
• Enzim-enzim tersebut merupakan proteinase kuat
dengan pH optimum 8,0. Sekresi liur pancreas
terutama dikendalikan oleh mekanisme hormonal.
Kontak antara asam (HCl) dengan membran mukosa
merangsang disekresikannya hormon sekretin.
Hormon sekretin bekerja pada sel-sel pancreas
sehingga mensekresi liur pancreas yang banyak
mengandung ion bikarbonat dan sejumlah besar air,
sehingga kadar Na-bikarbonat juga akan meningkat.
• HCl + NaHCO3 ----------------> NaCl + H2CO3
• H2CO3 ----------------------------> H2O + CO2

• CO2 diserap ke dalam cairan tubuh sehingga di


duodenum tinggal larutan NaCl yang netral. Dengan
cara demikian kimus yang asam dari lambung dan
masuk ke duodenum dinetralkan dan keaktifan peptic
liur lambung segera dihambat. Cara tersebut
merupakan mekanisme pelindung yang mencegah
terjadinya duodenal ulcers.
• Selain itu sekresi bikarbonat juga diperlukan untuk
mempertahankan pH untuk keaktifan enzim pancreas.
PH optimum agak alkali (pH sekresi pancreas karena
pengaruh sekretin adalah kira-kira 8,0).
• Makanan di usus halus bagian atas menyebabkan
mukosa duodenum mensekresikan hormon
pankreozimin (cholecystokinin = CCK). Pankrezimin
menyebabkan sekesi sejumlah enzim pencernaan.
Sekresi liur pencernaan karena pengaruh CCK
berlangsung seperti efek perangsangan saraf vagus.
• Semua sel hati terus-menerus membentuk
sejumlah kecil secret yang disebut empedu,
yang kemudian disimpan di dalam kantung
empedu. Sekresi empedu
kira-kira 600-800 cc sehari.
Di dalam kantung empedu
terjadi pemekatan hingga
10 kali.
Komponen utama empedu :
– Air
– Musin
– Garam empedu
– Pigmen empedu
– Asam lemak
– Lesitin
– Kolesterol
– Garam mineral
– pH empedu di hati 6-7 ; di kantung empedu 7,3-7,7
Sifat garam empedu :
• Menurunkan tegangan permukaan, dengan demikian
menstabilkan emulsi lemak di duodenum. Permukaan yang
dikenai enzim lipase menjadi lebih luas.
• Garam empedu membantu melarutkan bahan yang tidak
larut air (asam lemak, kolesterol) dengan cara membentuk
kompleks yang larut dalam air (efek hidrotrofik).
• Mengaktifkan lipase usus halus.
• Penurunan garam empedu cenderung mengendapkan
kolesterol. Kolesterol yang berbentuk padat ini merupakan
salah satu jenis batu empedu di kantung empedu atau di
saluran empedu.
Liur usus halus.
Di usus halus dapat dibedakan 2 macam kelenjar.

1. Kelenjar Brunner (kelenjar duodenum). Kelenjar ini menghasilkan liur yang


menyerupai liur yang dihasilkan oleh kelenjar pilorik. Sekret ini bersifat alkali
dan banyak mengandung mucus.
Fungsi utama secret kelenjar Brunner ialah untuk melindungi mukosa
duodenum bagian atas agar tidak dicerna oleh liur lambung.
Sekresi kelenjar Brunner akan meningkat karena :
– Perangsangan saraf vagus
– Iritasi mukosa
– Hormon sekretin
– Respon yang sangat cepat dan intensif ialah karena iritasi mukosa (efek melindungi
yang sempurna)
2. Crypti of Lieberkuhn (kelenjar intestinalis). Ditemukan di sepanjang usus
halus, menghasilkan mucus dan sejumlah besar enzim.
pH liur usus halus sekitar 7,6-8,5.
Susunan liur usus halus :
1. Bahan anorganik : Na+, Ca-2, Cl-, HCO3-
Liur usus halus bersifat basa, disebabkan oleh ion
bikarbonat
2. Bahan organic (enzim) : erepsin, maltase, lactase, dsb.
• Kimus merangsang sekresi hormon enterokrinin oleh
mukosa duodenum bagian atas. Hormon ini merangsang
sekresi liur usus halus tetapi tidak mempengaruhi
gerakan usus halus atau sekresi pancreas. Perangsangan
saraf vagus dan suntikan asetilkolin dan pilokarpin
meningkatkan sekresi liur usus halus.
Sekresi usus besar :
• Satu-satunya secret usus besar ialah mucus
yang berfungsi :

– Melindungi dinding usus besar


– Perekat bahan feses
– Pelicin bahan feses
DIGESTION (Pencernaan)
Proses dasar pencernaan ialah hidrolisis (reaksi enzimatis)

Pencernaan Karbohidrat
• Di mulut, ptialin menghidrolisis tepung menjadi maltosa
• Di lambung keaktifan ptialin masih dilanjutkan. Setelah
makanan bercampur dg liur lambung, keaktifan ptialin
dihambat
• Di usus halus, hasil pencernaan yg berupa
monosakarida (ex. glukosa) dpt diserap ke dlm darah
Pencernaan lemak

• Lemak dlm makanan adalah lemak netral disebut trigliserida.


• Tiap molekul lemak t.a. inti gliserol & 3 asam lemak.
• Di lambung, trigliserida rantai pendek dicerna oleh lipase lambung
• Di usus halus, langkah pertama pencernaan lemak ialah memecah
lemak menjadi lemak berukuran kecil, disebut proses emulsifikasi
lemak dg bantuan liur empedu
• Garam empedu ; efeknya menurunkan tegangan permukaan lemak
• Lipase ; mrpk komponen larut air hanya bekerja di permukaan
globul lemak.
• Di usus halus tdp lipase yg disekresi oleh mukosa usus halus dan
lipase pankreas. Kedua enzim menghidrolisis lemak.
Pencernaan protein

• Protein dibentuk/disusun dari asam amino


• Di lambung, pepsin aktif pd pH 2,0. Keaktifan ini akan berhenti
pada pH > 5,0. Protein meninggalkan lambung dlm bentuk
proteosa, pepton, polipeptida besar, dan + 15 % asam amino
• Di usus halus, segera setelah khimus memasuki usus halus, hasil
pemecahan protein yg tdk lengkap di lambung dilanjutkan oleh
enzim tripsin menjadi peptida dan asam amino.
• Keaktifan kimotripsin menyerupai keaktifan tripsin, sedangkan
karboksipeptidase dpt menghidrolisis polipeptida tertentu menjadi
asam amino.
• Jika makanan yg dimakan tdk terlalu banyak & telah dikunyah dg
baik, maka + 98 % protein akhirnya menjadi asam amino.
ABSORPTION (Penyerapan)
Di lambung
• Di lambung, daya absorpsi lambung sangat
terbatas. Hanya zat yg memiliki daya larut
tinggi yg dpt diserap dlm jumlah terbatas,
misalnya alkohol dan obat-obatan tertentu
Di usus halus

• Penyerapan paling aktif berlangsung di usus halus.


• Struktur mukosa usus halus sesuai dg fungsi tsb.
• Permukaan usus halus memperlihatkan lipatan-lipatan
disebut ‘valvulae conniventes’ (lipatan Kerckring).
• Adanya lipatan ini luas permukaan absorpsi meningkat 3
kali
• Lipatan ini tdpt di seluruh
permukaan usus halus.
• Di usus halus tdp beribu-ribu
vili dg ukuran + 1 mm.
• Vili menambah luas permukaan mukosa menjadi 10
kali
• Sel epitelium usus halus memiliki ‘brush border’ yg t.a.
+ 600 mikrovili,  meningkatkan luas permukaan
absorpsi + 20 kali
• Kombinasi antara ‘valvulae conniventes’, vili, dan
mikrovili,  meningkatkan luas permukaan + 600 kali
(3x10x20).
• Luas total permukaan mukosa usus halus menjadi
sangat luas, mencapai 250 m2
• Absorpsi air : transport air melalui membran
usus terjadi melalui proses difusi yg
berlangsung ke dua arah. Jika khimus encer,
air akan diserap dari usus ke dlm darah vili
usus dg cara osmosis atau sebaliknya
Absorpsion

Transport aktif Na ;
• + 30 g Na disekresi ke dlm sekret usus halus setiap hari, sedangkan
normal orang makan 4-5 g Na setiap hari
• Dg dmk usus halus menyerap + 25-35 g Na setiap hari
• Diare berat dpt kehilangan sejumlah besar garam sampai batas letal
• Pd keadaan normal terjadi sekresi & absorpsi Na secara kontinyu,
shg sangat sedikit yg hilang bersama feses
• Na berperan penting pd proses absorpsi glukosa & asam amino
• Mekanisme absorpsi Na di usus halus spti mekanisme absorpsi Na
di tubulus ginjal
• Transport aktif Na memerlukan karier, energi, dan enzim
Transport Cl ;
• di usus halus sebagian/seluruhnya berlangsung secara pasif
• Transport ion Na melalui epitelium menghasilkan keadaan
elektro-negatif di dlm khimus dan elektro-positif di bagian
basal sel epitelium. Akibatnya ion Cl bergerak mengikuti ion
Na.
• Transport aktif ion Cl dan HCO3 terjadi di ileum bagian
bawah dan usus besar
• Pada waktu bersamaan disekresi sejumlah besar ekuivalen
ion bikarbonat
Absorpsi karbohidrat

• Hampir semua karbohidrat diserap dlm bentuk


monosakarida, trtm di setengah bag. proksimal usus halus
• Glukosa mrpk hasil pemecahan terbanyak
• Transport monosakarida mrpk transport aktif
• Berbagai monosakarida memiliki kecepatan absorpsi yg
berbeda.
• Urutan kecepatan absorpsi sbb : galaktosa, glukosa,
fruktosa, manosa, xylosa, arabinosa.
• Transport glukosa bergantung pd transport ion Na.
• Glukosa dan ion Na memiliki molekul karier yg sama
Absorpsi protein
• Hampir semua protein diserap dlm bentuk asam amino.
• Jika ada sejumlah kecil protein diserap dlm bentuk protein utuh,
mengakibatkan tubuh membentuk suatu zat anti thd protein tsb (reaksi alergi).
• Absorpsi asam amino melalui mukosa usus halus jauh lebih cepat dp
pencernaan protein di dlm lumen usus halus.
• Dg dmk tdk dijumpai asam amino bebas di dlm usus halus pd waktu
berlangsung pencernaan.
• Transport asam amino spt transport glukosa berlangsung bersama dg transport
Na.
• Asam amino yg diserap akan ditimbun di dlm sel mukosa, selanjutnya berdifusi
secara pasif ke dlm darah.
• Protein yg ditemukan di dlm feses tdk berasal dr makanan tp berasal dr bakteri
& jaringan yg rusak.
Absorpsi lemak
• Jika kadar garam empedu tinggi, lemak dg garam empedu secara
spontan akan membentuk ‘micelle’.
• Umumnya micelle mengandung asam lemak, monogliserida, dan
kolesterol.
• Pembentukan micelle akan melarutkan lemak & memungkinkan
suatu mekanisme transport ke sel mukosa.
• Absorpsi lemak berlangsung trtm di usus halus bag. atas & hanya
sedikit di ileum.
• Jika jumlah lemak dlm makanan tdk terlalu banyak, 95 % atau lebih
dpt diserap, & hanya + 5 % yg ditemukan di dlm feses.
• Absorpsi kolesterol terjadi di usus halus bag. distal, & berlangsung
jika ada empedu, asam lemak, & liur pankreas.
Absorpsi di usus besar

• Setiap hari + 500 mL khimus melewati spingter


ileosekal, masuk usus besar.
• Sebagian besar air & elektrolit diserap di kolon,
shg hanya + 200 mL cairan yg diekskresi ke dlm
feses.
• Mukosa usus besar mampu menyerap aktif Na.
• Spt di usus halus absorpsi Na akan diikuti oleh Cl.
Absorpsi Na & Cl ini akan menimbulkan absorpsi
osmotik air (menarik air).
Feses
• Jumlah sesuai diet, yaitu + 80-100 g/hari, warna
bergantung pigmen empedu.
• Susunan feses t.a. ; sisa empedu, liur pencernaan,
mukus, lekosit, sel epitel lepas, bakteri, dan sisa-sisa
makanan yg tak tercerna, terutama selulosa.
• Fungsi selulosa di dlm diet a.l. untuk membentuk massa
feses, & merangsang peristaltik.
• Pd waktu berpuasa tetap ada pembentukan feses.
• Kadar air feses bergantung pd lamanya bahan feses
berada di kolon.
GANGGUAN
Lambung :
• Gastritis = radang mukosa lambung.
Penyebabnya a.l. iritasi oleh bahan makanan,
sekresi peptik yg berlebihan, & bakteri
• Atrofi lambung ; pd penderita gastritis kronik,
mukosa mengalami atrofi scr bertahap.
Keaktifan kelenjar pd lambung hanya sedikit atau
tidak ada sama sekali shg dpt mengakibatkan
‘achlorhydria’ dan ‘anemia pernisiosa’
• ‘Achlorhydria’ ; lambung gagal menghasilkan HCl
 tdk ada sekresi pepsin  keaktifan
pencernaan di lambung berhenti
• ‘Hypochlorhydria’ ; sekresi HCl lambung
berkurang
• Hyperchlorhydria’; hipersekresi liur lambung 
mukosa tdk dilindungi, netralisasi asam lambung
oleh liur usus halus kurang (terjadi peptic ulcers)
 mukosa rusak tercerna liur lambung
Usus Besar
1. Konstipasi ;
• Gerakan feses melalui usus besar lambat.
• Feses jumlahnya besar, kering, dan keras.
• Bahan feses lama di kolon, akibatnya absorpsi
meningkat.
• Penyebab a.l. kebiasaan defekasi tdk teratur yg
berlangsung lama shg menghambat refleks
defekasi, atau tidak ada tonus otot di usus besar.
Megakolon ;
• konstipasi sedemikian kuat shg gerakan kolon
hanya sekali dlm bbrp minggu.
• Sejumlah besar feses menumpuk di kolon, shg
akan meregang kolon.
• Diameter dpt mencapai 3-4 inci
Diare ; kebalikan konstipasi. Gerakan feses melalui
kolon sangat cepat. Penyebab a.l. infeksi saluran
gastrointestinal, bakteri, dll
Muntah

• Isi gastrointestinal keluar melalui mulut.


• Penyebabnya a.l. di saluran pencernaan tdp iritasi
kuat, peregangan berlebihan, atau perangsangan
berlebihan.
• Akibat suatu obstruksi tergantung pd lokalisasi
obstruksi. Jika terjadi di pilorus, sering krn ada
konstriksi oleh adanya peptic ulcers.
• Bahan muntah yg berasal dr lambung mengakibatkan
hambatan nutrisi tubuh, dan kehilangan ion H
berlebihan
• Obstruksi di usus halus bag.atas, sering terjadi
pembalikan dari usus halus, shg liur usus halus masuk
lambung dan dimuntahkan bersama isi lambung.
Penderita kehilangan banyak air dan elektrolit, akibatnya
dehidrasi berat.
• Obstruksi di usus halus bag. bawah, akan dimuntahkan
bahan yg lebih alkali (basa), akibatnya terjadi asidosis
• Obstruksi dekat ujung distal usus besar, feses menumpuk
di usus besar sampai bbrp minggu, akibatnya konstipasi.
Pd keadaan yg lebih berat dpt memuntahkan bahan fekal
sekian

Anda mungkin juga menyukai