MAKANAN
(Daging, unggas dan telur)
Rizky Utami
Putri Ayu Nafisa
Venny Carasea
Kesimpulan :
adalah interaksi antara obat yang bekerja pada Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu
sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik obatmempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme
yang sama sehingga terjadi efek aditif, sinergik atau atau ekskresi obatkedua, sehingga kadar plasma
antagonistic,tanpa terjadi perubahan kadar obat obat kedua meningkat atau
dalam plasma (Ganiswarna,2007: 872). menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektivitas obat tersebut
Aditif : ketika obat A diberikan bersamaan dengan obat (Ganiswarna, 2007: 863).
Bdan obat A meningkatkan efek dari obat B, baik itu Fase absorbsi : Interaksi pada fase absorbsi dapat
efek terapiataupun efek sampingnya. terjadi dengan jalan diantaranya memperpendek
Sinergik : ketika obat A diberikan bersamaan dengan atau memperpanjang waktu pengosongan lambung
obat Bdan ketika efek obat yaitu dengan merubah pH lambung atau membentuk
A meningkat, menyebabkan efek dariobat B juga kompleks obat (Kee and Hayes, 1996).
meningkat, begitupun sebaliknya.
Antagonis : ketika obat A diberikan bersamaan
dengan obat Bdan obat A menghambat obat B untuk
berikatan denganreseptor, dan menyebabkan efek
dari obat B menurun.
Fase Distribusi : Interaksi pada fase distribusi dapat Fase Ekskresi : Suatu obat dapat
terjadi ketika dua obat bersaing untuk mendapatkan mempengaruhi ekskresi obat lainnya
tempat pada protein atau albumin di dalam plasma. dengan cara mengubah ikatan protein.
Apabila salah satu obat tergeser dari ikatan protein Dengan demikian mengubah kecepatan
maka akan banyak obat dalam bentuk bebas yang filtrasi glomerulus. Lalu dapat
bersirkulasi dalam plasma, sehingga dapat menghambat sekresi tubuli, dan dapat
meningkatkan kerja obat dan menimbulkan toksik. mengubah aliran urin atau Ph urin.
Interaksi pada fase distribusi hanya terjadi jika obat
tersebut memiliki ikatan kuat dengan protein (> 90%),
obat dengan jendela terapi sempit, volume distribusi 3. Interaksi Farmasetik
kecil dan memiliki onset yang cepat.
Interaksi farmasetik atau disebut juga
Fase Metabolisme : Metabolisme atau biotransformasi inkompatibilitas bersifat langsung dan dapat secara
adalah proses memetabolisme atau merubah fisik atau kimiawi. Misalnya terjadi presitipasi,
senyawa obat yang biasanya bersifat lipofil (non perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang
polar) yang sukar dieliminasi menjadi metabolit inaktif selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif.
(polar) sehingga mudah untuk dieliminasi dari tubuh Interkasi ini terjadi pada saat obat diformulasikan/
melalui urin dan feses. Proses ini dilakukan oleh disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita.
enzim pemetabolisme yang ada di hati. Interaksi obat Fisik : terjadi perubahan kelarutan
pada fase ini dapat meningkatkan atau menurunkan Kimia : terjadi reaksi satu dengan yang lain atau
kadar obat di dalam darah (Wynn et al., 2009). terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses
pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
Obat asma khususnya golongan teofilin bila berinteraksi Griseofulvin adalah obat untuk melawan infeksi yang
dengan makanan yang mengandung lemak tinggi akan disebabkan oleh jamur di kulit kepala, selangkangan atau
meningkatkan jumlah teofilin dalam darah dan memacu lipat paha (tinea cruris), dan kuku. Griseofulvin
susunan saraf pusat hingga tak terkontrol. mencegah sel jamur berkembang dengan cara
Menurut allergycliniconline.com, penyerapan obat asma mengendap di sel keratin yang ada di permukaan kulit,
yang tidak sesuai juga bisa menyebabkan gangguan sehingga menghalangi jamur untuk menyerang kulit.
gastrointestinal seperti mual dan muntah hingga kejang.
Interaksi griseovulfin pada saat makan makanan
berlemak seperti daging sapi, ayam goreng yakni
interaksi positif seperti penyerapan obat menjadi lebih
baik dan meningkatkan efektivitas obat.
Obat antiparkinson (levodopa)