Anda di halaman 1dari 277

STANDAR

AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
Standar Akuntansi Pemerintahan

• Standar digunakan untuk menyusun laporan keuangan:


– Pemerintah Pusat – termasuk LK Kementerian Lembaga
– Pemerintah Daerah – Provinsi, Kabupatan, Kota
– Badan Layanan Umum
• Berbentuk Regulasi Pemerintah – PP No 71 tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk tambahan dan Revisi.
• Standar dikembangkan pada praktik akuntansi pemerintah dan
berlaku secara international dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
• Acuan standar internasional untuk akuntansi sektor publik
menggunakan International Public Sector Accounting Standard
(IPSAS)
• Untuk entitas sektor publik (yayasan, Lembaga kemasyarakatan) non
pemerintah menggunakan PSAK 45 Akuntansi Organisasi Nir Laba

2
DASAR HUKUM
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
Psl 17 kekayaan bersih
UU17/2003 • Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


Psl 36 ayat pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
(1) UU selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
17/2003

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


Psl 70 ayat pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
(2) UU 1/2004 selambat-lambatnya tahun anggaran 2008

3
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (PP Nomor 71
Tahun 2010)

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan


dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah

DISUSUN OLEH KSAP DAN BERLAKU BAGI


PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH
DAERAH

4
STRUKTUR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Disertai Publikasi Lainnya


KERANGKA
KONSEPTUAL

Interpretasi PSAP (IPSAP)


PERNYATAAN
SAP • IPSAP dimaksudkan untuk
menjelaskan lebih lanjut topik tertentu
guna menghindari salah tafsir
pengguna PSAP.
STANDAR
AKUNTANSI Buletin Teknis
PEMERINTAHAN • Buletin Teknis merupakan arahan/
pedoman untuk penerapan PSAP
maupun IPSAP.

5
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Judul PSAP
Kerangka Konseptual
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi &
Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 Laporan Operasional
PSAP 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
PSAP 06 Akuntansi Investasi (Revisi 2016)
PSAP 14 Aset Tak Berwujud

6
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Interpretasi PSAP
Interpretasi No 1 Transaksi Mata Uang Asing
Interpretasi No 2 Pengakuan Pendapatan pada Bendahara Umum Negara/Daerah
Interpretasi No 3 Pengakuan Belanja pada Bendahara Umum Negara/Daerah
Interpretasi No 4 Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan tanpa Penyajian
Kembali Laporan Keuangan

7
Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan

No Bultek Tahun Keterangan


01 Bultek 15 Akuntansi Aset Tetap 2014 Mengganti Bultek 09
02 Bultek 16 Akuntansi Piutang 2014 Mengganti Bultek 16
03 Bultek 17 Akuntansi Aset tak Berwujud 2014 Mengganti Bultek 11
04 Bultek 18 Akuntansi Penyusutan 2014 Mengganti Bultek 05
05 Bultek 19 Akuntansi Belanja Bantuan Sosial 2015 Mengganti Bultek 10
06 Bultek 20 Akuntansi Kerugian Negara 2015 Bultek Baru
07 Bultek 21 Akuntansi Transfer 2015 Bultek Baru
08 Bultek 22 Akuntansi Utang 2015 Bultek Baru
09 Bultek 23 Akuntansi Pendapatan non Perpajakan 2016 Bultek Baru (berlaku 2017)
10 Bultek 24 Akuntansi Pendapatan Perpajakan 2016 Bultek Baru (berlaku 2017)

8
Standar Dalam Proses Penyusunan

• Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan


• Kebijakan Akuntansi, Perubahan Kebijakan, Kesalahan,
Perubahan Estimasi dan Operasi yang tidak Dilanjutkan
• Properti Investasi
Pertimbangan
• Sewa BPK

• Pengaturan Bersama • Instrumen Keuangan: Penyajian


• Pengaturan Konsesi Jasa • Instrumen Keuangan: Pengakuan &
• Pendapatan dari Transaksi Pengukuran
Pertukaran • Instrumen Keuangan:
• Pendapatan dari Transaksi Non Pengungkapan
Pertukaran • Analisis Laporan Keuangan
• Penyajian Informasi Sektor
• Agrikultur
Pemerintah Umum
• Imbalan Kerja • Kewajiban Kontinjen
PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I


LAMPIRAN I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
BASIS AKRUAL
PP71/2010
dapat segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
Menjadi

PP 71
2010
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual 
Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
LAMPIRAN II yang belum siap untuk menerapkan SAP
BASIS CTA
PP24/2005
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015

10
Laporan Keuangan Pemerintahan

Laporan Keuangan menurut SAP Akrual

• Laporan Operasional
• Neraca
• Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan SAL

Laporan Desa - Draft

• Laporan Realisasi Anggaran Desa


• Neraca Desa
• Catatan atas Laporan Keuangan Desa

11
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL

• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi


ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam
laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu
kas diterima atau dibayarkan

• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan


beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber
daya dikonsumsi

• Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh


transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan.
• Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat
• disajikan secara lengkap  hanya Kas

12
KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI

LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis


akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan
Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

BASIS ANGGARAN
KAS
Laporan
LRA SILPA/SIKPA
Perubahan SAL

AKUNTANSI
BASIS
AKRUAL Surplus/ Laporan
LO Perubahan Ekuitas Neraca
Defisit-LO Ekuitas

13
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

• LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan


sekurang-kurangnya pos-pos:
– ekuitas awal,
– surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
– koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
– ekuitas akhir.
• Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.

14
TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL

• TRANSAKSI KAS  PELAKSANAAN ANGGARAN

TRANSAKSI AKRUAL
• Pendapatan masih harus diterima
• Pendapatan diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar
• Beban dibayar dimuka
• Beban Penyusutan

15
PENYESUAIAN KAS - AKRUAL
Pendapatan LRA dan Pendapatan LO Belanja dan Beban

LRA LO LRA LO

Pendapatan-LO Belanja
Sekaligus Sekaligus
Pendapatan-LRA Beban

Pendapatan Beban sudah


Pend. Belanja Utang atas
LO sudah Piutang dikeluarkan
Diterima Dibayar Belanja
diterima Kas- Pendapatan Kas-nya/
Dimuka Dimuka (YMHD)
nya Dibayar

16
APLIKASI AKRUAL DI DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

• Tujuan  pedoman bagi pemerintah daerah • Ketentuan Umum


dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual. • Tujuan
• Ruang lingkup  kebijakan akuntansi
• Ruang Lingkup
pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS.
• Permendagri dilengkapi dengan : • Kebijakan Akuntansi
• Lampiran I : Panduan penyusunan Pemerintah Daerah
kebijakan akuntansi pemerintah daerah • Sistem Akuntansi
• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD Pemerintah Daerah
• Lampiran III : Bagan Akun Standar • Bagan Akun Standar
• Lampiran IV : Format konversi penyajian
LRA • Ketentuan Lain-lain

17
Pendapatan-LRA
LAPORAN KEUANGAN Belanja
1 4 7
LRA SAL
PEMDA Transfer
Pembiayaan

PP Pendapatan-LO 2 5
71/2010
Beban LO LPE C
Kas & Setara Kas A
Permen Kebijakan Piutang L
dagri Akt & K
Persediaan
64/2013 SAPD 3
Investasi Jangka
Neraca
Panjang **)
Aset Tetap & 6
Penyusutan LAK
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Kewajiban Transaksi
Koreksi Kesalahan Transitoris
*)

Konsolidasi
ReStatement
Laporan Keuangan

18
LAPORAN KEUANGAN SKPD
1 5

Pendapatan-LRA LRA
Belanja

2 4
Pendapatan-LO
LPE
Beban LO
C
PP Permendag A
Kas & Setara Kas
71/2010 ri 64/2013 L
Piutang
K
Persediaan 3
Aset Tetap &
Penyusutan Neraca
Aset Lainnya
Kewajiban
Koreksi Kesalahan

Konsolidasi
Laporan Pemda

19
IMPLEMENTASI SAP (PP 71 pasal 6):
STANDAR DAN SISTEM

(1) Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang


mengacu pada SAP.
(2) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan.
(3) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur
dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada
pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
(4) Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PERATURAN TERKAIT IMPLEMENTASI AKUNTANSI DI PEMERINTAH PUSAT

PMK 215 Tahun 2016 mengganti PMK 213 Tahun 2013


• Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
PMK 214 Tahun 2013
• Bagan Akun Standar
PMK 215 Tahun 2013
• Jurnal Akuntansi Pemerintah
PMK 224 Tahun 2016 pengganti PMK 219 Tahun 2013
• Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
PMK 225 Tahun 2016 pengganti PMK 270 Tahun 2014
• Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat
PMK 222 Tahun 2016 pengganti PMK 177 Tahun 2015
• Pedoman Penyusunan LKKL
PMK 221 Tahun 2016 pengganti PMK 216 Tahun 2015
• Penyusunan dan Penyampaian LK BUN

21
ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
(LKPP)
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG DPR
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Satker LKKL
LO
Satker BLU Wilayah/ LPE
Eselon 1 K/L Neraca
Provinsi
LRA
CaLK Presiden
BS/BL
LKPP:
1. LRA
2. LO
KONSOLIDASI 3. LPE
4. Neraca
5. LAK
KPPN/PKN Kanwil DJPB APK-DJPB 6. LP SAL
7. CaLK
BUN
Utang & Penerusan
Penerusan Transaksi
Transaksi
Utang & Hibah
Hibah Pinjaman
Pinjaman Khusus
Khusus
LKBUN BPK
Investasi
Investasi Transfer ke
Transfer ke Badan Lap. Arus Kas
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Daerah Lainnya LRA
LPE
LPSAL

Sistem Akuntansi BUN


Neraca
CaLK
MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA
22
KERANGKA
KONSEPTUAL
SAP AKRUAL
RUANG LINGKUP KERANGKA KONSEPETUAL

1. Tujuan Kerangka Konseptual


2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
3. Pengguna dan Kebutuhan Informasi Para
Pengguna
4. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
5. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan serta
Komponen Laporan Keuangan
6. Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif, Prinsip-
prinsip serta Kendala Informasi Akuntansi
7. Unsur Laporan Keuangan, Pengakuan dan
pengukurannya

24
24
TUJUAN DAN POSISI
KERANGKA KONSEPTUAL

Tujuan
Acuan bagi:
 Penyusun standar;
 Penyusun laporan keuangan;
 Pemeriksa;
 Para pengguna laporan.

Posisi
 Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi
 Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika
terdapat masalah akuntansi yg belum dinyatakan dalam
SAP
 Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual
dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka
konseptual
25
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan


 Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan
 Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintahan
 adanya pengaruh proses poltik
 Hub. Antara pembayar pajak dgn pelayanan pemerintahan.

b. Ciri keuangan pemerintah


 Anggaran sbg pernyatan publik, target fiskal dan sebagai alat
pengendalian
 Investasi aset tidak langsung menghasilkan pendapatan
 Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana

26
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

 Masyarakat;
 Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga
pemeriksa;
 Pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman
 Pemerintah

27
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORA

NO INDIKATOR ENTITAS AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN


1 Definisi Unit pemerintahan pengguna Unit pemerintahan yang terdiri dari
anggaran/pengguna barang dan oleh satu atau lebih entitas akuntansi atau
karenanya wajib menyelenggarakan entitas pelaporan yang menurut
akuntansi dan menyusun laporan ketentuan peraturan perundang-
keuangan untuk digabungkan pada entitas undangan wajib menyampaikan
pelaporan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan
2 Komponen 1. KPA-K/L yang mempunyai dokumen 1. Pemerintah Pusat
anggaran tersendiri
2. Bendahara Umum Daerah (BUD) 2. Pemerintah Daerah
3. Kuasa Pengguna Anggaran di 3. Kementerian Negara/lembaga di
lingkungan Pemda bila mempunyai lingkungan Pemerintah Pusat
dokumen pelaksanaan anggaran yang
terpisah
4. Satuan organisasi di lingkungan
pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan
28
PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

• mempertanggungjawabkan pengelolaan dan


Akuntabilitas pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam
mencapai tujuan

• memudahkan fungsi perencanaan,


Manajemen pengelolaan dan pengendalian atas aset,
kewajiban dan ekuitas dana pemerintah

• memberikan informasi keuangan yang


Transparansi terbuka, jujur, menyeluruh kepada stakeholders

• mengevaluasi kinerja entitas pelaporan,


Evaluasi Kinerja terutama dalam menggunakan sumber daya
ekonomi untuk mencapai kinerja Transparansi
• memberikan informasi mengenai kecukupan
penerimaan pemerintah untuk membiayai
Keseimbangan
seluruh pengeluaran, dan apakah generasi
Antargenerasi
y.a.d ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut
29
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Menyajikan informasi yang bermanfaat


bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial maupun politik.

30
30
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN POKOK

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan
Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

31
ASUMSI DASAR, KARAKTERISTIK
KUALITATIF DAN PRINSIP

Asumsi Prinsip;
 Asumsi kemandirian entitas  Basis akuntansi
 Asumsi kesinambungan
 Prinsip nilai historis;
entitas
 Asumsi keterukuran dalam  Prinsip realisasi;
satuan uang (monetary  Prinsip substansi
measurement) mengungguli bentuk formal;
 Prinsip periodisitas;
Karakteristik Kualitatif
 Prinsip konsistensi;
 Relevan;
 Prinsip pengungkapan
 Andal;
lengkap; dan
 Dapat dibandingkan; dan
 Prinsip penyajian wajar.
 Dapat dipahami
32
32
KARAKTERISTIK KUALITATIF
KEMANDIRIAN ENTITAS
• Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai
kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi
kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
• Adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya
dengan tanggung jawab penuh
KESINAMBUNGAN ENTITAS
• Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan
berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
KETERUKURAN DALAM SATUAN UANG (MONETARY MEASUREMENT)
• Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
• Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran
dalam akuntansi.
33
KARAKTERISTIK KUALITATIF
RELEVAN
• Laporan keuangan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa
lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan:
– Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
– Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
– Tepat waktu
– Lengkap

ANDAL
• Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
• Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
• Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
– Penyajian Jujur
– Dapat Diverifikasi (verifiability)
– Netralitas 34
34
KARAKTERISTIK KUALITATIF
DAPAT DIBANDINGKAN
• Informasi dalam laporan keuangan akan berguna dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas lain.
• Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
• Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
• Perbandingan eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama.
• Apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan
akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
DAPAT DIPAHAMI
• Informasi laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam
bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
• Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud.
35
35
PRINSIP AKUNTANSI

BASIS AKUNTANSI
 Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah entitas adalah Basis Akrual
 Basis akrual digunakan untuk pengakuan pendapatan-LO,
beban, aset, kewajiban dan ekuitas
 Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan
basis kas

36
36
PRINSIP AKUNTANSI

PRINSIP NILAI HISTORIS


 Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan.
 Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang.
 Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena
lebih obyektif dan dapat diverifikasi.

PRINSIP REALISASI
 Pendapatan basis kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui
anggaran pemerintah selama suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membiayai utang dan belanja yang terjadi dalam periode tersebut.
 Prinsip penandingan pendapatan-belanja tidak mendapat penekanan
seperti dalam akuntansi komersial.
37
37
PRINSIP AKUNTANSI

PRINSIP SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL


 Peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitas.

PRINSIP KONSITENSI
 Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada kejadian
yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas (prinsip
konsistensi internal).
 Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat metode
yang baru diterapkan menunjukkan hasil yang lebih baik dari
metode yang lama.
 Pengaruh atas perubahan penerapan metode harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
38
38
PRINSIP AKUNTANSI
PRINSIP PERIODISITAS
• Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pemerintah perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan

PRINSIP PENGUNGKAPAN LENGKAP


• Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna.
• Informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan.

PRINSIP PENYAJIAN WAJAR


• Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan suatu entitas, diperlukan pertimbangan sehat yang mengandung
unsur-unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi
ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi
dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah
39
39
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN

MATERIALITAS
• Laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi
kriteria materialitas.
• Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.

PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT


• Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
• Laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang
manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.
• Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial.
• Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat.
• Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi
tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan
mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.

40
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN

KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTERISTIK KUALITATIF


• Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk
mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan
normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan
pemerintah.
• Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda,
terutama antara relevansi dan keandalan.
• Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.

41
PENGAKUAN ASET DAN KEWAJIBAN

 Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh


dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal;
 Aset dalam bentuk piutang diakui ketika hak klaim untuk
mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lainnya telah atau tetap masih terpenuhi,dan nilai klaim
tersebut dapat diukur atau diestimasi
 Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah titik
pengakuannya memerlukan pengaturan yang lebih rinci

 Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada


saat kewajiban timbul

42
PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN

 Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan


tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi
 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah

 Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi


aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa
 Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah.
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN

 Pengukuran adalah proses penetapan nilai mata uang


untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam
laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis
 Aset dicatat sebesar pengeluaran/ penggunaan sumber
daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut
 Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya
ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban yang bersangkutan

44
PSAP 01
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN
PSAP 01

Tujuan

Ruang Lingkup

Definisi Unsur Laporan Keuangan

Basis Akuntansi

Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan

Informasi Laporan Keuangan

Komponen-Komponen Laporan Keuangan

Struktur dan Isi Laporan Keuangan


46
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

TUJUAN
 Tujuan PSAP 01 adalah untuk mengatur penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum.
 Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (Par 1)

RUANG LINGKUP
 Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan
dengan basis akrual
 Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam
menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan laporan keuangan konsolidasian, tidak
termasuk perusahaan negara/daerah (Par 2)
47 47
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN
KEUANGAN

Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan


keuangan berada pada pimpinan entitas
(Par 13)

48
INFORMASI LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai


entitas pelaporan dalam hal:

• Aset; • Pendapatan-LRA;
• Kewajiban; • Belanja;
• Ekuitas; • Transfer;
• Pembiayaan;
• Saldo anggaran lebih
• Pendapatan-LO;
• Arus kas. • Beban; dan

(Par 11)

49 49
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Komponen laporan keuangan pokok:


 Laporan Realisasi Anggaran
 Laporan Perubahan SAL
 Neraca
 Laporan Operasional (LO)
 LAK
 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
 CaLK (Par 14)
Setiap entitas menyajikan komponen-komponen laporan keuangan
tersebut kecuali :
• LAK yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum;
• Laporan Perubahan SAL yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasiannya. (Par 1)

50
LAPORAN KEUANGAN

• Tetap diperlukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur


dalam peraturan perundangan (statutory)
• Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. (Par 41)
• Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
LAPORAN ARUS KAS

 Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,


perubahan kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
 Disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum (Par 15)
 Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
dan transitoris (Par 90)

52
LAPORAN OPERASIONAL

 Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;

b) Beban dari kegiatan operasional ;

c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;

d) Pos luar biasa, bila ada;

e) Surplus/defisit-LO.

• Kegiatan dapat dianalisis menurut klasifikasi ekonomi atau fungsi.

(Par 92-93)

53
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

• Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos:


a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/ mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan mendasar, misalnya: koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi
aset tetap.
d) Ekuitas akhir.
• Rincian dari unsur dalam LPE disajikan dalam CALK
(Par 101)

54
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

• Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan


Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
• Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE.
• Catatan atas laporan keuangan terdiri dari:
– Informasi umum entitas pelaporan dan entitas akuntansi
– Informasi tentang kebijakan fisal / keuangan
– Ikhtisar pencapaian target keuangan
– Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
– Informasi yang diharuskan PSAP yang belum disajikan
– Informasi lainnya untuk penyajian yang wajar
(Par 104 sd 113)
55
PSAP 02
LAPORAN REALISASI
ANGGARAN
RUANG LINGKUP, MANFAAT, DEFINISI

 PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi


Anggaran yang disusun dan disajikan dengan
menggunakan anggaran berbasis kas;
 LRA menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-
masing diperbandingkan dengan anggarannya.
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu
komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan
informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan
secara tersanding untuk suatu periode tertentu.

57
BASIS AKUNTANSI

PENCATATAN LRA MENGGUNAKAN “BASIS KAS”

 Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada


rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
 Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
 Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
 Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat
dikeluarkan dari rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN

ISI LRA DEFINISI


Pendapatan-LRA Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Transfer Penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil
Surplus/defisit-LRA Selisih lebih/kurang antara pendapatan – LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit LRA

59
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN

ISI LRA DEFINISI


Penerimaan Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
Pembiayaan antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen
lainnya, dan pencairan dana cadangan
Pengeluaran Semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah
Pembiayaan antara lain pemberian pinjaman kepada fihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok
pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan
pembentukan dana cadangan
Pembiayaan Neto Selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran
Sisa Lebih/kurang Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan
pembiayaan anggaran pengeluaran selama satu periode pelaporan
(SILPA/SIKPA)
60
INFORMASI YANG DISAJIKAN

 Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan


menurut jenis pendapatan LRA. Rincian lebih lanjut jenis
pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan;
 Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut
jenis belanja dalam LRA. Klasifikasi belanja menurut fungsi
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 61


61
AKUNTANSI ANGGARAN

 Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban


dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk
membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan.
 Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang
dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan.
 Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi
otorisasi kredit anggaran (allotment).
 Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan
 Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran
disahkan dan anggaran dialokasikan

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 62


62
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA

 Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada RKUN/D


 Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan
 Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain,
misal DAU dan DBH
 Akuntansi pendapatan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)
 Jika besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan;
 BLU  pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

63
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA

 Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang


(recurring) atas pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun
pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA
 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
Pendapatan-LRA pada periode yang sama;
 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran
Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 64


64
AKUNTANSI BELANJA

 Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari


Rekening Kas umum Negara/Daerah
 Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanjanya terjadi pada saat
pertanggungjawab an atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
 Belanja BLU diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur BLU
 Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan fungsi
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 65
65
AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT LRA

 Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode


pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA
 Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan
 Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan
belanja selama satu periode pelaporan

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 66


66
AKUNTANSI PEMBIAYAAN

 Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan


pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang
perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
 Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah
 Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 67


67
AKUNTANSI PEMBIAYAAN

 Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan


dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah;
 Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana
Cadangan yang bersangkutan;
 Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana
Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang
diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di
pemerintah daerah merupakan penambah Dana
Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai Pendapatan-
LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 68


68
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

 Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah
 Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang
digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut
dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs
tengah bank sental pada tanggal transaksi
 Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam
transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi
dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs
transaksi, yaitu sebesar rupah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing
tersebut.
 Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk
bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing
lainnya, maka:
 Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan
menggunakan kurs transaksi;
 Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi

69
LRA DALAM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

 LRA dihasilkan dari siklus anggaran yang sebaiknya


tidak disatukan dengan siklus akuntansi.
 Untuk siklus anggaran, yang dicatat hanyalah transaksi
anggaran dan harus sesuai dengan pos anggarannya
 LRA hanya berfokus pada transaksi dengan basis kas,
sehingga untuk penerimaan dan pengeluaran yang tidak
terkait dengan kas tidak dicatat dalam LRA. Jika
ditambahkan boleh dimasukkan dalam informasi
tambahan LRA.

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 70


70
TRANSAKSI BELANJA ASET TETAP &
PERSEDIAAN

Pemda pada 5 Desember membayar 500.000.000 untuk membeli peralatan


melalui pengeluaran LS
Tanggal Finansial Anggaran
5 Des Aset tetap – peralatan 500.000.000 Belanja Modal 500.000.000
R/K PPKD 500.000.000 Perubahan SAL 500.000.000

Pemda pada 15 Desember membayar 40.000.000 untuk membeli persediaan


dengan pengeluaran LS
Tanggal Finansial Anggaran
15 Des Persediaan 40.000.000 Belanja Barang 40.000.000
R/K PPKD 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000

71
TRANSAKSI PENERIMAAN

Pada tanggal 7 Januari, SKPD A mengeluarkan SKP atas restoran Lazata


sebesar 10.000.000 dan hotel Melati 300.000.000. Pada tanggal 16 Februari
restoran Lazata membayar ke bendahara penerimaan SKPD A dan pada hari
yang sama bendahara penerimaan menyetorkan ke rekening kas daerah. Pada
25 Februari Hotel Melati membayar pajak hotel ke kas umum daerah.
Tangg Finansial Anggaran
al
7 jan Piutang Pendapatan 310.000.000 Tidak dicatat
Pendapatan Pajak – LO 310.000.000
16 Feb Kas di Bendahara 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000
Penerimaan Pendapatan Pajak – 10.000.000
Piutang Pendapatan 10.000.000 LRA
16 Feb R/K PPKD 10.000.000 Tidak dicatat
Kas Dibendahara 10.000.000
Penerimaan
25 Feb R/K PPKD 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
Piutang Pendapatan 300.000.000 Pendapatan Pajak – 300.000.000
LRA
TRANSAKSI BELANJA

Pada tanggal 30 Januari, SKPD A membayar gaji pegawai dengan LS sebesar


80.000.000
Tgl Finansial Anggaran

30 Jan Beban Gaji 80.000.000 Belanja Gaji 80.000.000


R/K PPKD 80.000.000 Perubahan SAL 80.000.000

Pada tanggal 3 Maret, SKPD A membayar biaya pemeliharaan dengan kas sebesar
10.000.000
Tgl Finansial Anggaran
30 Jan Beban pemeliharaan 10.000.000 Belanja barang dan jasa 10.000.000
Kas Bendahara 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000
pengeluaran

73
PSAP 03
LAPORAN ARUS KAS
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

TUJUAN
Memberikan informasi:
 sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara selama suatu
periode akuntansi, serta
 saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

RUANG LINGKUP
 Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan
laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib
menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini untuk
setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu
komponen laporan keuangan pokok

75
KAS DAN SETARA KAS

 Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas
 Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang
dari tanggal perolehannya
 Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak
diinformasikan dalam laporan keuangan
 Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan
setara kas dalam LAK yang jumlahnya sama dengan pos
terkait di neraca

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 76


76
ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS

Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan


menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 77


77
UNSUR ARUS KAS

1. Aktivitas Operasi
 Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi
 Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk
membiayai aktivitas operasionalnya di masa yad tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar

2. Aktivitas Investasi
 Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan
dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam
setara kas
 Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber
daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yanag akan datang.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010 78
78
UNSUR ARUS KAS

3. Aktivitas Pendanaan
 Aktivitas pendanaan adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangja panjang

4. Aktivitas Transitoris
 Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 79


79
PELAPORAN ARUS KAS

 Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari


aktivitas operasi dengan cara:
 Metode langsung
 Metode tidak langsung
 Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya
menggunakan metode langsung dalam melaporkan
arus kas dari aktivitas operasi

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 80


80
ARUS KAS MATA UANG ASING

 Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing


harus dibukukan dengan menggunakan mata uang
rupiah dengan menjabarkan mata uang asing tersebut
ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada
tanggal transaksi
 Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan
akibat perubahan kurs mata uang asing tidak akan
mempengaruhi arus kas

81
TRANSAKSI BUKAN KAS

 Transaksi operasi, investasi, dan pendanaan


yang tidak mengakibatkan penerimaan atau
pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan
dalam LAK.
 Transaksi tersebut harus diungkapkan dalan CaLK
 Contoh transaksi bukan kas yang tidak
mempengaruhi LAK adalah perolehan aset dengan
pertukaran atau hibah.

82
PENGUNGKAPAN

 Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldo


kas dan setara jaminan dan kas yang dikhususkan
penkas yang signifikan yang tidak boleh digunakan
oleh entitas.
 Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh
digunakan oleh entitas adalah kas yang ditempatkan
sebagai untuk kegiatan tertentu

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 83


83
Ilustrasi
Laporan Arus
Kas

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 84


Ilustrasi
Laporan Arus
Kas

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 85


PSAP 04
CATATAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN
TUJUAN, RUANG LINGKUP

TUJUAN STANDAR
• Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan
Keuangan(CALK) adalah mengatur penyajian dan
pengungkapan yang diperlukan pada CALK

TUJUAN PENYAJIAN CALK


• Untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan
penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi
keuangan pemerintah

RUANG LINGKUP
• Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan
• Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan
Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas yang bukan
merupakan entitas pelaporan

87
KETENTUAN UMUM

• Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas


Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan
keuangan untuk tujuan umum.
• Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan
dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.
• Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya.
• Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan.
• Perlunya pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan akan membantu pembaca menghindari kesalahpahaman
dalam memahami laporan keuangan

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 88


88
STRUKTUR DAN ISI

• CALK disajikan secara sistematis.


• Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Operasional dan dan Laporan Arus Kas mempunyai
referensi silang dengan informasi dalam CALK
• CALK meliputi:
– penjelasan
– daftar terinci analisis
– nilai suatu pos
yang disajikan dalam seluruh komponen laporan keuangan
• CaLK menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh PSAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan,
seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 89


89
STRUKTUR DAN ISI

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos


laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, mengenai:
a) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar
muka laporan keuangan
f) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 90


90
RINCIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CALK meliputi penjelasan atau daftar Bab V Kebijakan Akuntansi


terinci atau analisis atas nilai suatu pos 5.1. Entitas pelaporan
dalam Laporan Keuangan.
5.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan
Keuangan
Bab I Pendahuluan 5.3 Basis pengukuran yang Mendasari Penyusunan
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 5.4. Kebijakan Akuntansi yang Berkaitan dengan Rekening-
Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan rekening Akuntansi
Sistematika penyajian CALK Bab VI Penjelasan Rekening-rekening Laporan Keuangan
Bab II Ekonomi Makro 6.1 Rincian dan Penjelasan Masing-masing Rekening
2.1. Ekonomi Makro Laporan Keuangan
2.2. Kebijakan Keuangan 6.1.1 Pendapatan
2.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter 6.1.2 Belanja
2.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Entitas 6.1.3 Pembiayaan
Pelapor 6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
6.1.6 Ekuitas Dana
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja 6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
Fiskal dan Moneter
6.2. Pengungkapan atas Pos-pos Aset dan Kewajiban yang
3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian
Timbul Sehubungan dengan Penerapan Basis Akrual
Kinerja
atas Pendapatan dan Belanja dan Rekonsiliasinya
Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas dengan Penerapan Basis Kas, untuk Entitas Pelaporan
pelapor yang Menggunakan Akuntansi Berbasis Akrual Penuh.
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja Bab VII Penjelasan atas Informasi non Keuangan
program entitas pelapor Bab VIII Penutup
4.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Lampiran
Kinerja
91
INFORMASI UMUM

• Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan


informasi yang merupakan gambaran entitas secara
umum.
• Untuk membantu pemahaman para pembaca laporan
keuangan, perlu ada penjelasan awal mengenai baik entitas
pelaporan maupun entitas akuntansi yang meliputi:
– domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada;
– penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; dan
– ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 92


92
INFORMASI KEBIJAKAN FISKAL & KEUANGAN
DAN EKONOMI MAKRO

• CALK membantu pembaca memahami realisasi dan posisi keuangan,


termasuk kebijakan fiskal/keuangan dan kondisi ekonomi makro.
– Bagaimana perkembangan realisasi dan posisi keuangan/fiskal entitas
– perbedaan yang penting mengenai realisasi dan posisi keuangan/fiskal
periode berjalan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan
dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya.
– Penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro
– Kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan
penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan. Misalnya penjabaran
rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran,
program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi
perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.
– Ekonomi makro  asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan
dalam penyusunan APBN/APBD

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 93


93
IKHTISAR PENCAPAIAN TARGET KEUANGAN BERIKUT
KENDALA DAN HAMBATAN

• CALK harus dapat menjelaskan perubahan anggaran selama


periode berjalan dibandingkan dengan anggaran awal yang
disetujui oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala dalam
pencapaian target, serta masalah lainnya yang dianggap perlu
untuk diketahui pembaca.
– Ikhtisar pencapaian target keuangan perbandingan target
sebagaimana yang tertuang dalam APBN/APBD dengan
realisasinya.
– informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui
pembaca, misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana
dalam anggaran periode mendatang

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 94


94
DASAR PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN

• Entitas pelaporan mengungkapkan dasar penyajian laporan


keuangan dan kebijakan akuntansi dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
• Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang
mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak perlu
diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika
entitas pelaporan tidak mengikuti asumsi atau konsep tersebut
dan disertai alasan dan penjelasan.
• Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas
ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan kegiatan.

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 95


95
DASAR PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

• Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan


menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi dan metode-metode penerapannya yang
material mempengaruhi penyajian Laporan Keuangan.
• Pengungkapan meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil
dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.
• CALK menjelaskan:
– Entitas pelaporan;
– Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
– Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
– Kebijakan akuntansi dalam PSAP diterapkan pada masa transisi termasuk jika
dilakukan penerapan.
– Kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.
• Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang
disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material.
• Perlu diungkapkan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak
diatur dalam Standar ini.
• Perubahan kebijakan yang berpengaruh material dalam tahun perubahan
diungkapkan jika berpengaruh material terhadap tahun yang akan datang.
96
DASAR PENYAJIAN DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

• Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan :


– Pengakuan pendapatan-LRA;
– Pengakuan pendapatan-LO;
– Pengakuan belanja;
– Pengakuan beban;
– Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
– Investasi;
– Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
– Kontrak-kontrak konstruksi;
– Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
– Kemitraan dengan pihak ketiga;
– Biaya penelitian dan pengembangan;
– Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
– Pembentukan dana cadangan;
– Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
– Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
– Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
– Kemitraan dengan pihak ketiga;
– Biaya penelitian dan pengembangan;
– Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
– Pembentukan dana cadangan;
– Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
– Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
97
PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN POS

• Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan rincian dan


penjelasan atas masing-masing pos dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas.
– Anggaran;
– Realisasi;
– Prosentase pencapaian;
– Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
– Perbandingan dengan periode yang lalu;
– Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
– Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA menurut sumber pendapatan;
– Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;
– Rincian lebih lanjut pembiayaan; dan
– Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.

lampiran I PP No.71 Tahun 2010 98


98
KEJADIAN PENTING SELAMA PELAPORAN

• Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian


penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus
ditanggulangi pemerintah.
• Komitmen atau kejadian kontinjensi yang disajikan adalah kejadian, yang
berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau penggugatan yang menjadikan
pemerintah sebagai pihak tergugat.
• Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal
untuk menuntut ganti rugi, adalah contoh kejadian kontinjensi.
• Sepanjang tuntutan ini belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai
restitusi atau ganti rugi yang harus dibayar oleh negara secara meyakinkan
maka kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif dengan atau tanpa
menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan.
• Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi
pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. 99
PENGUNGKAPAN
PERSEDIAAN DAN INVESTASI

PERSEDIAAN
 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan
 Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
 Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang

INVESTASI
 Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
 Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
 Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka
panjang;
 Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
 Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
 Perubahan pos investasi. lampiran I PP No.71 Tahun 2010 100
100
PENGUNGKAPAN ASET TETAP

ASET TETAP
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
(1) Penambahan;
(2) Pelepasan;
(3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
(4) Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
(1) Nilai penyusutan;
(2) Metode penyusutan yang digunakan;
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
(d) Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
3) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
4) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
101
PENGUNGKAPAN KDP DAN UTANG

KDP
 Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaian
 Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya
 Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar
 Uang muka kerja yang diberikan
 Retensi

UTANG
 Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan pemberi
pinjaman
 Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas dan jatuh
temponya
 Bunga pinjaman yang berlaku
 Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
 Perjanjian restrukturisasi utang (pengurangan pinjaman, modifikasi persyaratan
utang, pengurangan tingkat bunga pinjaman, pengunduran jatuh tempo pinjaman,
pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman, pengurangan jumlah bunga terutang)
 Jumlah tunggakan pinjaman daftar umur utang berdasarkan kreditur
 Biaya pinjaman (perlakuan,jumlah yang dikapitalisasi,tingkat kapitalisasi)
102
PSAP 05
PERSEDIAAN
PERSEDIAAN

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat. (PSAP 05 Par. 4)
CAKUPAN CONTOH
Persediaan merupakan aset yang berupa: Persediaan dapat terdiri dari :
• Barang atau perlengkapan (supplies)  Barang konsumsi
yang digunakan dalam rangka kegiatan  Amunisi
operasional pemerintah;  Bahan untuk pemeliharaan
 Suku cadang
• Bahan atau perlengkapan (supplies)
 Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-
yang akan digunakan dalam proses
jaga
produksi;
 Pita Cukai dan leges
• Barang dalam proses produksi yang  Bahan baku
dimaksudkan untuk dijual atau  Barang dalam proses/setengah jadi
diserahkan kepada masyarakat;  Tanah/bangunan untuk dijual atau
• Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
diserahkan kepada masyarakat dalam  Hewan dan tanaman, untuk dijual atau
rangka kegiatan pemerintahan. diserahkan kepada masyarakat
104
PENGUKURAN PERSEDIAAN

• Persediaan diakui:
a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal,
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/
atau kepenguasaannya berpindah.
• Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan
disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.

105
PENGUKURAN PERSEDIAAN

• Persediaan disajikan sebesar:


a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri;
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/
rampasan.
• Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan
harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
• Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
 Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
 Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya
tidak material dan bermacam-macam jenis

106
PENGUKURAN PERSEDIAAN

• Barang persediaan yang memiliki nilai nominal dimaksudkan untuk


dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
• Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang
terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung
yang dialokasikan secara sistematis.
• Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai
dengan menggunakan nilai wajar.
• Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau
penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction).

107
BEBAN PERSEDIAAN

 Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of


goods)
 Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian
Laporan Operasional
 Pencatatan:
 Perpetual  pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan
catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode
penilaian yang digunakan
 Periodik  pengukuran persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi
fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau
perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan
nilai per unit sesuai dengan metode penilaian persediaan.

108
PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN

 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran


persediaan
 Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat
 Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau
usang

109
TRANSAKSI PERSEDIAAN

Saldo persediaan 31 Des 20X1 sebesar 30.000.000. Entitas pada 1


Feb 20X2 melakukan belanja persediaan sebesar 200.000.000. Pada
31 Des 20X2 saldo persediaan 50.000.000

Tanggal Finansial Anggaran


1 Feb Persediaan 200.000.000 Belanja Barang 200.000.000
Kas 200.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
31 Des Beban Persediaan 180.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan 180.000.000

110
PSAP 06
INVESTASI
DEFINISI INVESTASI

RUANG LINGKUP
Untuk investasi yang dilakukan pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan BLU. Tidak termasuk investasi di
BUMD dan BUMN. Tidak mengatur investasi dalam KSO

DEFINISI
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau
manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

112
INVESTASI JANGKA PENDEK

 Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk


dimiliki selama setahun atau kurang.
 ditujukan dalam rangka manajemen kas.
 Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau
pengurangan harga yang signifikan
 Terdiri:
– Deposito berjangka waktu 3 - 12 bulan,
– Pembelian obligasi pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah daerah,
– Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

113
INVESTASI JANGKA PANJANG

 Dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 bulan


 Sifat penanaman:
– Investasi permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, contoh:
 Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah,
 Penyertaan Pemerintah pada badan internasional dan badan hukum
lainnya;
 Investasi permanen lainnya
– Investasi non permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan, contoh:
 Investasi dalam Surat Utang Negara
 Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga
 Investasi non permanen lainnya.
PENGAKUAN INVESTASI

Pengeluaran kas dan/atau aset , penerimaan hibah dalam


bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi
dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria:
 Kemungkinan manfaat ekonomi atau manfaat sosial
atau jasa potensial di masa yang akan datang atas
suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah
 Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur
secara memadai (reliable)

115
PENGUKURAN INVESTASI

 Jika mempunyai pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar,


nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar
 Investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat
dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya
 Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya
saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya
perolehan
 Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa
biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar.
Apabila tidak ada nilai wajar, investasi dinilai berdasarkan nilai
wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi
tersebut

116
PENGUKURAN INVESTASI

 Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam


bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito
tersebut.
 Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang
timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
 Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka
panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki
berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.
 Investasi nonpermanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/
penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan
perbankan

117
METODE PENILAIAN INVESTASI

a. Metode biaya;
Investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut
diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya
investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
b. Metode ekuitas;
Investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan. Dividen yang diterima
pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan deviden pada laporan realisasi
anggaran dan laporan operasional. Kenaikan nilai investasi pada akhir periode
akan diakui sebagai pendapatan pada laporan operasional. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan
investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh
valuta asing serta revaluasi aset tetap.
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.

118
METODE EKUITAS

• Pada metode ekuitas, nilai investasi dapat berkurang sehingga menjadi


negatif karena kerugian yang diperoleh. Jika akibat kerugian yang
dialami, nilai investasi menjadi negatif, maka investasi tersebut akan
disajikan di neraca sebesar nol, namun nilai negatif tersebut akan
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Jika pemerintah
memiliki tanggung jawab hukum untuk menanggung kerugian atas
investasi tersebut maka akan diakui kewajiban.

• Pada saat investasi tersebut memperoleh penambahan nilai investasi,


maka penambahan tersebut akan terlebih dahulu mengurangi nilai
negatif yang ada sampai nilai negatif tersebut tidak tersisa, kemudian
setelah itu, penambahan nilai investasi tersebut dapat menambah nilai
investasi pada neraca. Hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.

119
INVESTASI BLU

• Investasi oleh Badan Layanan Umum, investasi jangka


panjang dicatat menggunakan metode ekuitas. Jika
Badan Layanan Umum memiliki investasi, maka
pencatatan oleh Badan Layanan Umum akan
dikonsolidasi. Namun, untuk tujuan pelaporan instansi
pemerintah, Badan Layanan Umum harus menyediakan
laporan keuangan tersendiri.
• Jika investasi pemerintah yang dicatat dengan nilai nominal
atau harga perolehan mengalami penurunan nilai, maa nilai
penuruannya harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat investasi lebih kecil
dibandingkan dengan nilai wajar investasi tersebut.

120
KRITERIA METODE PENILAIAN INVESTASI

a. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode


biaya;
b. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan
kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang
signifikan menggunakan metode ekuitas;
c. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode
ekuitas;
d. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan
metode nilai bersih yang direalisasikan.

121
HASIL INVESTASI

• Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara


lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai (cash
dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat sebagai
pendapatan LRA dan pendapatan LO, sedangkan pendapatan
deviden diakui sebagai pendapatan setelah diumumkan.
• Metode biaya: hasil investasi berupa dividen tunai, dicatat sebagai
pendapatan hasil investasi dalam LRA dan LO.
• Metode ekuitas: deviden dividen tunai dicatat mengurangi nilai
investasi. Bagian laba atas investasi yang dimiliki pemerintah dicatat
sebagai pendapatan dalam LO dan menambah nilai investasi
pemerintah.
• Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan menambah
nilai investasi pemerintah, sehingga tidak diakui sebagai
pendapatan.

122
PENGUNGKAPAN

Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan


pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka panjang;
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
f. Rekonsiliasi nilai investasi awal dan akhir atas investasi
dengan metode ekuitas;
g. Perubahan pos investasi.

123
JURNAL INVESTASI JANGKA PENDEK

Pada 30 Maret 20X2, Pemerintah Kota Bengawan menempatkan dananya


sebesar 200.000.000 pada deposito berjangka 6 bulan dapat diperpanjang
(ARO) di Bank Amarta, bunga 5%. Pada 30 September 20X2 diterima bunga
deposito 5.000.000. Deposito ini sampai akhir tahun belum dicairkan.

Tanggal Finansial Anggaran


30 Mar Invesasi jangka pendek 200.000.000 Tidak ada jurnal

20X2 Kas 200.000.000

30 Sep Kas 5.000.000 Perubahan SAL 5.000.000

20X2 Pendapatan bunga – LO 5.000.000 Pendapatan bunga – LRA 5.000.000

31 Des Piutang Bunga 2.500.000

20X2 Pendapatan bunga – LO 2.500.000

30 Mar Ksd 5.000.000 Perubahan SAL 5.000.000

20X3 Pendapatan bunga – LO 2.500.000 Pendapatan bunga – LRA 5.000.000

Piutang bunga 2.500.000

124
JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-
Alternatif

Pada 1 Jan 20X2, Pemerintah Kota Bengawan mengambilalih investasi sebuah


perusahaan swasta (PT. Lawu) menjadi BUMD dengan nilai investasi 8.000.000.000
dengan kepemilikan Pemda sebesar 60%. Selama tahun 20X2 PT. Lawu menghasilkan
laba sebesar 800.000.000, hak Pemda 480.000.000 dan membagikan dividen pada 25
Des sebesar 500.000.000 juta, yagn menjadi hak Pemda 300.000.000
Tanggal Finansial Anggaran
1 Jan Invesasi jangka panjang 8.000.000.000 Pengeluaran Pembiayaan 8.000.000.00
0
Kas 8.000.000.000 Perubahan SAL 8.000.000.00
0
31 Des Investasi jangka panjang 480.000.000 Tidak ada jurnal
Pendapatan investasi – 480.000.000
LO
15 Maret Kas 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
Investasi jangka 300.000.000 Pendapatan dividen - 300.000.000
panjang LRA
Saldo akhir investasi mencerminkan 8.000 + 480 – 300 = 8.180 terjadi
kenaikan investasi 180 karena laba 480 yang menjadi hak Pemda baru 300 yang
dibagikan dalam bentuk dividen 125
JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-pelepasan

Pada 1 Juli 20X5 nilai investasi di BUMD di neraca sebesar 5.000.000.000.


Pemda menjual 20%nya dengan harga 1.750.000.000. (asumsi telah dilakukan
pencatatan atas pengakuan laba sampai dengan semester tersebut.

Tanggal Finansial Anggaran


1 Juli Kas 1.750.000.000 Perubahan SAL 1.750.000.000

Investasi jangka panjang 1.000.000.000 Penerimaan pembiayaan 1.750.000.000


dari penjualan investasi
Surplus penjualan 750.000.000
investasi

126
PSAP 07
LAPORAN ASET TETAP
RUANG LINGKUP DAN KLASIFIKASI

RUANG LINGKUP KLASIFIKASI


• PSAP 07 diterapkan untuk seluruh unit  Tanah
pemerintahan yang menyajikan laporan  Peralatan dan Mesin
keuangan untuk tujuan umum dan  Gedung dan Bangunan
mengatur tentang perlakuan  Jalan, Irigasi, dan Jaringan
akuntansinya termasuk pengakuan,
 Aset Tetap Lainnya
penilaian, penyajian dan pengungkapan
yang diperlukan  Konstruksi dalam Pengerjaan

• PSAP 07 tidak diterapkan untuk:


 Hutan dan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui (regenerative
natural resources)
 Kuasa pertambangan, eksplorasi dan
penggalian mineral, minyak, gas alam
dan sumber daya alam serupa yang
tidak dapat diperbaharuhi (non-
regenerative natural resources)
128
PENGAKUAN ASET TETAP

 Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal;
 Kriteria suatu aset diakui sebagai aset tetap :
 Berwujud;
 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
dan
 Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
 Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya
berpindah.

129
PENGUKURAN ASET TETAP

 aset tetap dinilai dengan biaya perolehan


 Aset tetap yang tidak diketahui harga
perolehannya disajikan dengan nilai wajar
pada saat perolehan

130
PENILAIAN AWAL ASET TETAP

 Penilaian awal aset tetap harus diukur berdasarkan biaya


perolehan
 Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut
adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh
 Untuk penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan
aset tetap adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut
disusun.
 Biaya perolehan
 Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
 Biaya yang dapat diatribusikan: Biaya persiapan tempat, Biaya pengiriman
awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost),
Biaya pemasangan (instalation cost), Biaya profesional seperti arsitek dan
insinyur, Biaya konstruksi

131
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN

TANAH
 Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan
 Biaya perolehan mencakup:
 Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah
 Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak
 Biaya pematangan, penimbunan, dan
 biaya lainnya yang dikeluarkan ,aupun yang masih harus dikeluarkan sampai
tanah tersebut siap pakai
 Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli
tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan
GEDUNG DAN BANGUNAN
 Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya
yang dikeluarkan dan yang mas masih harus dikeluarkan untuk
memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai
 Biaya perolehan gedung dan bangunan antara lain meliputi:
 Harga pembelian atau biaya konstruksi,
 Biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak
132
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN

PERALATAN DAN MESIN


 Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah
pengeluaran yang telah dan yang masih harus dilakukan untuk
memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai
 Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi:
 Harga pembelian
 Biaya pengangkutan
 Biaya instalasi
 Serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap untuk
digunakan

133
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN

JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN


 Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya
yang dikeluarkan dan masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung
dan bangunan sampai siap pakai.
 Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan antara lain meliputi:
 Biaya perolehan atau biaya konstruksi, dan
 Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan
tersebut siap pakai

ASET TETAP LAINNYA


 Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh aset
tersebut sampai siap pakai

134
PENGECUALIAN KOMPONEN BIAYA
PEROLEHAN ASET TETAP

 Biaya Administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan


suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak
dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau
membawa aset ke kondisi kerjanya.
 Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa tidak
merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu
untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.

135
PEROLEHAN SECARA GABUNGAN

 Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh


secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga
gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-
masing aset yang bersangkutan.

136
PERTUKARAN ASET

 Biaya suatu aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran yang tidak
serupa atau aset lainnya diukur berdasarkan nilai wajar aset yang
diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan
kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan.
 Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset
yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai
wajar yang serupa. Suatu aset tetap juga dapat dilepas dalam
pertukaran dengan kepemilikan aset yang serupa. Dalam keadaan
tersebut tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam
transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai
tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas.

137
ASET DONASI

 Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi)


harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
 Perolehan suatu aset tetap yang memenuhi kriteria
perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut diakui
sebagai pendapatan operasional

138
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN

 Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang


memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang
bersangkutan

139
PENYUSUTAN

 Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset


tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan.
 Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional.
 Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap
dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut
 Persyaratan penyusutan
 Diketahui nilai buku yang dapat disusutkan
 Identifikasi aset yang nilainya menurun.
 Harus diketahui masa manfaatnya
 Diketahui Kondisi yang menyebabkan penurunan aset tetap (misalnya
yang mudah obsolet)

140
METODE PENYUSUTAN

 Metode Penyusutan
 Metode garis lurus (straight line method); atau
 Metode saldo menurun ganda (double declining method); atau
 Metode unit produksi (unit of production method)
 Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan
manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa (service potential) yang
akan mengalir ke pemerintah
 Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi
sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang akan datang
harus dilakukan penyesuaian
 Untuk obyektifitas dalam penetapan masa manfaat aset tetap
disarankan agar penetapannya diusulkan oleh instansi teknis terkait
dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan
(bultek 05).

141
PENILAIAN KEMBALI (REVALUATION)

 Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya


tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan
menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau
harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku
secara nasional.
 Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat dibukukan
dalam akun ekuitas

142
ASET BERSEJARAH

 Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai


oleh pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap
tersebut harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala
macam tindakan yang dapat merusak aset tetap tersebut
 Diungkapkan dalam CaLK saja tanpa nilai
 Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat
lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, misalnya untuk
ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan
prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
ASET INFRASTRUKTUR DAN MILITER

INFRASTRUKTUR
 Karakteristik aset infrastruktur:
 Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan
 Sifatnya khusus dan tidak ada alternatof lain penggunaannya
 Tidak dapat dipindah-pindahkan, dan
 Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya
 Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus
diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pada PSAP No. 07
 Contoh: jaringan, jalan dan jembatan, sistem pembuangan, dan
jaringan komunikasi

MILITER
 Peralatan militer, baik yang umum maupun khusus, memenuhi definisi
aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
ada pada Pernyataan ini.
144
PENGHENTIAN/PELEPASAN

• Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila
aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada
manfaat ekonomi masa yang akan datang.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus
dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
• Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset
lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

145
PENGUNGKAPAN

Laporan Keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis


aset tetap sbb:
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
(1) Penambahan;
(2) Pelepasan;
(3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
(4) Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
(1) Nilai penyusutan;
(2) Metode penyusutan yang digunakan;
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
(a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
(b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
(c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
(d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

146
JURNAL PEROLEHAN ASET

Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC membeli tanah dengan harga 850juta ditambah
biaya untuk pengurusan surat-surat kepemilikan sebesar 50juta, LS.
Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC membeli tanah dan bangunan dengan harga
1.000juta. Nilai tanah dan bangunan jika dijual terpisah nilai tanah 480juta dan
bangunan 720 juta, LS.

Tanggal Finansial Anggaran


1 Juli Tanah 850.000.000 Belanja modal 850.000.000
R/K PPKD 850.000.000 Perubahan SAL 850.000.000
1 Juli Tanah 400.000.000 Belanja modal 1.000.000.000
Bangunan 600.000.000 Perubahan SAL 1.050.000.000
Pendapatan bunga – 10.000.000
LO
Nilai tanah 480 / (480+720) x 1.000 = 400juta
Nilai bangunan 720 / (480+720) x 1.000 = 600 juta

147
JURNAL DEPRESIASI ASET

Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC mengakui dan menghitung depresiasi. Bangunan
nilai perolehan 6.000 juta disusutkan 20 tahun. Kendaraan 800 juta disusutkan 8
tahun, peralatan A 400juta disusutkan 8 tahun dan peralatan B 200 juta
disusutkan 4 tahun. Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus

Tanggal Finansial Anggaran


1 Juli Beban depresiasi 140.000.000 Tidak ada jurnal
Akumulasi 140.000.000
Depresiasi
Bangunan 6.000 / 20 x 6/12 = 30juta
Kendaraan 800 / 8 x 6/12 = 50
Peralatan A 480 / 8 x 6/12 = 30
Peralatan B 240 / 4 x 6/12 = 30
TOTAL 140juta

148
JURNAL PENJUALAN ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menjual kendaraan dengan


harga 40 juta. Kendaraan tersebut dibeli 10 tahun yang lalu dengan
harga 200juta, telah disusutkan semua sehingga nilai buku 0.

Tanggal Finansial Anggaran


30 Des Kas 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
Akumulasi Depresiasi 200.000.000 Pendapatan lain-lain 40.000.000
Kendaraan 200.000.000
Surplus penjualan 40.000.000
kendaraan

Kendaraan nilai buku 0, dijual dengan harga 40, maka 40 juta adalah
surplus penjualan kendaraan.

149
JURNAL PENJUALAN ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menjual peralatan dengan harga 30 juta.
Peralatan harga perolehan 80juta, telah didepresiasikan 4 tahun (dari 8 tahun
masa mafaat), nilai buku tersisa 40 juta.

Tanggal Finansial Anggaran


30 Des Kas 30.000.000 Perubahan SAL 10.000.000
Akumulasi Depresiasi 40.000.000 Pendapatan lain-lain 10.000.000
Defisit penjualan 10.000.000
peralatan
Peralatan 80.000.000
Peralatan nilai buku 20 juta. Defisit penjualan peralatan 30 – 40 = (10)
JURNAL PENGHAPUSAN ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC melakukan penghapusan peralatan yang


hilang karena banjir besar yang terjadi pada tahun tersebut. Nilai aset yang
dihapuskan sebesar 400juta dengan akumulasi depreasiasi 300juta.
Penghapusan aset dilakukan dengan mengikuti prosedur penghapusan sesuai
dengan regulasi yang berlaku.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Des Akumulasi Depresiasi 300.000.000 Tidak ada jurnal
Defisit penghapusan 100.0000.000
peralatan
Peralatan 400.000.000

151
JURNAL PENERIMAAN HIBAH ASET

Pada 30 Juni 20X2 SKPD ABC menerima kendaraan senilai 200juta hibah dari
sebuah perusahaan. Kendaraan tersebut didepresiasikan selama 8 tahun.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Juni Kendaraan 200.000.000 Tidak ada jurnal
Pendapatan hibah 200.000.000
LO
31 Des Beban Depresiasi 12.500.000 Tidak ada jurnal
Akumulasi 12.500.000
Depresiasi
JURNAL PENYELESAIAN KDP

Pada 30 Juni 20X2 SKPD ABC menyelesaikan KDP berbentuk gedung yang
telah dibangun mulai tahun 20X0. Saldo KDP pada 1 Januari 20X2 sebesar
800juta. Penyelesaian KDP di tahun 20X2 sebesar 200juta. Gedung
didepresiasikan 20 tahun.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Juni KDP 200.000.000 Belanja Modal 200.000.000
Kas 200.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
30 Juni Bangunan 1.000.000.000 Tidak ada jurnal
KDP 1.000.000.000
31 Des Beban Depresiasi 25.000.000 Tidak ada jurnal
Akumulasi 25.000.000
Depresiasi

153
JURNAL REVALUASI ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC melakukan revaluasi


bangunan karena berdasarkan hasil pemeriksaan, bangunan
tersebut nilainya tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya. Nilai bangunan tersebut saat ini 400juta dan
akumulasi depresiasi 400juta. Hasil penilaian menyatan nilai
bangunan tersebut 200juta. Bangunan hasil revaluasi diyakini
masih memiliki masa manfaat 10 tahun ke depan
Tangg Finansial Anggaran
al
30 Des Akumulasi depresiasi 200.000.000 Tidak ada jurnal
Ekuitas 200.000.000
METODE Eliminasi
30 Des Akumulasi depresiasi 400.000.000 Tidak ada jurnal
Bangunan 400.000.000
Bangunan 200.000.000
Ekuitas 200.000.000
154
KASUS-KASUS KEPEMILIKAN TANAH

1 Bultek
Dikuasai dan/atau digunakan  Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
oleh pemerintah namun belum disajikan sebagai aset tetap tanah pada
ada bukti kepemilikan yang sah neraca pemerintah.
 Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
2

Tanah dimiliki oleh pemerintah,  Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
namun dikuasai dan/atau disajikan sebagai aset tetap tanah pada
digunakan oleh pihak lain neraca pemerintah
 Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut dikuasai pihak lain
3

Tanah dimiliki oleh suatu entitas  Dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah, namun dikuasai pemerintah yang mempunyai bukti
dan/atau digunakan oleh entitas kepemilikan, serta diungkapkan di CaLK.
pemerintah yang lain  Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau
menggunakan tanah cukup mengungkapkan
tanah tersebut secara memadai dalam CaLK
4
Perlakuan tanah yang masih dalam
sengketa atau proses pengadilan = 1 dan 2
155
TANAH WAKAF

• Tanah yang digunakan/dipakai oleh instansi pemerintah yang


berstatus tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporkan sebagai aset
tetap tanah pada neraca pemerintah, melainkan cukup diungkapkan
secara memadai pada CaLK.

Bultek

156
• Merupakan perbaikan aset tetap dilingkungan satuan kerja pada K/L yang
memenuhi syarat kapitalisasi.
Renovasi
• Dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait.
Bultek
aset tetap
milik sendiri • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP

• Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan akan dibukukan


Renovasi aset sebagai aset tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan di neraca sebagai
tetap bukan kelompok aset tetap.
milik-dalam • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
lingkup dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
entitas diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
pelaporan • Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini seyogyanya diserahkan pada
pemilik

• Apabila renovasi telah selesai dilakukan sebelum tanggal pelaporan akan


Renovasi aset dibukukan sebagai aset tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan di neraca
tetap bukan sebagai kelompok aset tetap.
milik-di luar • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
lingkup dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
entitas diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
pelaporan • Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi ini
seyogyanya diserahkan pada pemilik
157
REKLASIFIKASI ASET TETAP

 Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak


memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset
lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
 Contoh: Aset Tetap yang rusak berat dan akan dihapuskan
 Reklasifikasi aset tetap ke aset lainnya dapat dilakukan sepanjang
waktu, tidak tergantung periode laporan.
Bultek

158
ASET TETAP KERJASAMA
Bultek

• Aset tetap dapat dikerjasamakan dengan pihak lain.


• Dipengaruhi bentuk kontrak, aset diakui jika sudah diserahterimakan,
diberikan penjelasan jika aset tersebut dalam kerjasama.
• Kerjasama dapat berbentuk pemakaian aset, pengelolaan operasi
bersama atau pengelolaan entitas.
• Terkait aset  aset tetap,
pengelolaan entitas  investasi

159
ASET TETAP KERJASAMA

• Bentuk kerjasama:
– BTO  Built Transfer Operate, Bangun Serah Operasi
• Dibangun mitra, setelah selesai aset diserahkan,
• Mitra atau pemerintah mengoperasikan
• Aset diakui saat penyerahan, diberikan klasifikasi khusus aset kerjasama
dan dicatat utang sebesar nilai kini pembayaran di masa depan .
• Setelah kontrak selesai, dikembalikan menjadi aset tetap
– BOT  Built Operate Transfer, Bangun Operasi Serah
• Dibangun mitra, setelah selesai digunakan sampai akhir kontrak, baru
diserahkan
• Mitra mengoperasikan, pemerintah memperoleh pendapatan
• Aset diakui setelah penyerahan,, selama kontrak bangunan tidak diakui,
tanah diklasifikasikan aset kerjasama,.
• Setelah kontrak selesai tanah dan bangunan yang diserahkan akan
direklasifikasikan menjadi aset tetap.

160
PSAP 08
KONSTRUKSI DALAM
PENGERJAAN
DEFINISI

 KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN adalah aset-aset yang sedang


dalam proses pembangunan.
 KONTRAK KONSTRUKSI adalah perikatan yang dilakukan secara khusus
untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat
satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan
fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.
 Cakupan KDP:
 Tanah
 Peralatan dan Mesin
 Gedung dan Bangunan
 Jalan, irigasi dan Jaringan
 Aset tetap lainnya
yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu
periode tertentu dan belum selesai

162
KONTRAK KONSTRUKSI

 Kontrak konstruksi meliputi:


 kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
 kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
 kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan pengawasan
konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering;
 kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.

 Jika kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap


aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika:
• Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
• Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi
kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan
masing-masing aset tersebut;
• Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.

163
KONTRAK KONSTRUKSI

 Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi


aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah
sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam
kontrak tersebut. Konstruksi tambahan diperlakukan sebagai suatu
kontrak konstruksi jika:
• Aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam
rancangan, teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup
dalam kontrak semula; atau
• Harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan
harga kontrak semula

164
PENGAKUAN KDP

Suatu benda berwujud diakui sebagai KDP jika:


 besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan
datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
 biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
 aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

165
PENGUKURAN BIAYA KONSTRUKSI

 Secara Swakelola, al:


 biaya yang berhubungan langsung dengan konstruksi;
 biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan
dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut;
 biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi
ybs.
 Secara Kontrak:
 Termin yang telah dibayarkan;
 Kewajiban yang msh harus dibayar;
 Pembayaran klaim kepada kontraktor/pihak ketiga, misalnya klaim
karena keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi kerja

166
KAPITALISASI BIAYA PINJAMAN

• Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman selama masa
konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi, sepanjang
biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal.
• Jumlah biaya pinjaman dikapitalisasi tidak boleh melebihi biaya bunga
yang dibayar dan masih harus dibayar pada periode yang bersangkutan.
• Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset dalam
suatu periode tertentu, biaya pinjaman dialokasikan ke masing-masing
konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang.
• Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan sementara bukan
karena force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa
pemberhentian sementara tetap dikapitalisasi.
• Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang
penyelesaiannya berbeda-beda, maka kapitalisasi dihentikan untuk
pekerjaan yang sudah selesai. Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk
pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan.

167
PENYAJIAN KDP

 Konstruksi dalam Pengerjaan disajikan dalam Neraca masuk dalam


kelompok Aset Tetap
 Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang
dimaksudkan digunakan untuk operasional pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh
karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.

168
PENGUNGKAPAN KDP

Entitas harus mengungkapkan informasi mengenai KDP pada akhir


periode akuntansi:
 Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat
penyelesaian dan jangka waktu penyelesaian
 Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya

 Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar

 Uang muka kerja yang diberikan


 Retensi

169
PENYELESAIAN DAN PENGHENTIAN KDP

 KDP dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika


konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi
tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan
perolehan
 Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP
adalah Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP).
 Apabila dihentikan pembangunannya untuk sementara waktu, maka
KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan kejadian ini
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
 KDP diniatkan untuk dihentikan pembangunannya secara
permanen maka KDP tersebut harus dieliminasi dari neraca dan
kejadian ini diungkapkan secara memadai dalam CaLK.

170
PENGHENTIAN KDP

Berita Acara
Pembangunan Pemanfaatan
No. Penyelesaian Penyajian
Aset Aset
Pekerjaan (BAPP)
1. Selesai Sudah diperoleh Sudah Aset Tetap
dimanfaatkan
2. Selesai Sudah diperoleh Belum Aset Tetap
dimanfaatkan
3. Selesai Belum diperoleh Sudah KDP
dimanfaatkan
4. Selesai sebagian Belum diperoleh Sebagian sudah KDP
dimanfaatkan
5. Selesai sebagian, karena sebab tertentu (misalnya terkena KDP dapat
bencana alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka dihapuskan
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan
hilang
6. Belum selesai BAST sudah ada - KDP

171
ILUSTRASI JURNAL KDP

Pada 30 Desember 20X0 SKPD ABC melakukan pengeluaran untuk KDP berbentuk gedung
sebesar 700juta. Pada 30 Desember 20X1 pengeluaran untuk pembangunan sebesar 500juta.
Pada 30 Juni pengeluaran 300 juta dan gedung diserahterimakan dan mulai digunakan.
Depresiasi 20 tahun.
Tanggal Finansial Anggaran
JURNAL PENGELUARAN & PENYELESAIAN KDP
30/12/20X0 KDP 700.000.000 Belanja Modal 700.000.000
Kas 700.000.000 Perubahan SAL 700.000.000
30/12/20X1 KDP 500.000.000 Belanja Modal 500.000.000
Kas 500.000.000 Perubahan SAL 500.000.000
30/6/20X2 KDP 300.000.000 Belanja Modal 300.000.000
Kas 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
30/6/20X2 Aset Tetap 1.400.000.000 Tidak ada jurnal
KDP 1.400.000.000
31/12/20X2 Beban dep. 75.000.000 Tidak ada jurnal
Ak. Dep 75.000.000

172
PSAP 09
AKUNTANSI UTANG
DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya


mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah

 Klasifikasi:
 Kewajiban Jangka Pendek : Diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal pelaporan
 Kewajiban Jangka Panjang : Diselesaikan dalam waktu lebih dari 12 bulan.
 Kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan berikutnya tetap
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika :
 jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 bulan
 entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang
 maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum Laporan Keuangan disetujui
174
PENGAKUAN KEWAJIBAN

PENGAKUAN
 Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang
ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
 Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah
atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan,
dan/atau pada saat kewajiban timbul.

PENGUKURAN
 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal
 Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah
 Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral
pada tanggal neraca

175
JENIS UTANG

UTANG PIHAK KETIGA


• Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang
dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus
mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang
tersebut
• Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antar unit pemerintahan
harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit nonpemerintahan

UTANG TRANSFER
• Merupakan kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan
pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-
undangan
• Diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku

176
JENIS UTANG

UTANG BUNGA
• Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga
yang telah terjadi dan belum dibayar
• Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari dalam
maupun luar negeri
• Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus diakui
pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban
yang berkaitan

UTANG PFK
• Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK
yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan
keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan

177
JENIS UTANG

BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG


• Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar
utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan

TUNGGAKAN
• Adalah jumlah tagihan yang telah jatuh tempo namun pemerintah tidak
mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai
jadwal
• Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam
bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada CaLK sebagai
bagian pengungkapan kewajiban
PERUBAHAN VALUTA ASING

• Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan


menggunakan kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi
• Pada setiap tanggal neraca pos utang pemerintah dalam mata uang
asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca
• Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata uang asing
antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan
atau penurunan ekuitas periode berjalan

179
RESTRUKTURISASI UTANG

• Utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena:


– adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit (call feature) dari sekuritas tersebut
; atau
– memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan
pemegangnya
• Jika diselesaikan sebelum jatuh tempo: selisih antara harga
perolehan kembali dan nilai tercatat netonya disajikan pada laporan
operasional, harus diungkapkan pada CaLK sebagai bagian dari pos
kewajiban yang berkaitan
• Restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur
harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat
restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat
utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut
melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan
dengan persyaratan baru.
• Informasi restrukturisasi harus diungkap pada CaLK
180
PENGHAPUSAN UTANG

• Pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada debitur


• Diselesaikan melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai
utang di bawah nilai tercatat
 Jika dengan aset kasdebitur harus mengurangi nilai tercatat utang
ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan
sesuai persyaratan baru
 Jika dengan aset nonkasdebitur harus melakukan penilaian
kembali aset nonkas ke nilai wajarnya kemudian mengurangi nilai
tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas
masa depan sesuai persyaratan baru
• Penilaian kembali aset akan menghasilkan perbedaan antara nilai wajar
dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur
• Diungkapkan dalam CaLK

181
BIAYA-BIAYA TERKAIT UTANG PEMERINTAH

• Biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan
peminjaman dana :
 bunga dan provisi
 commitment fee
 amortisasi diskonto atau premium
 amortisasi kapitalisasi biaya terkait pinjaman (biaya konsultan, ahli
hukum, dll)
 perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing
• Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan
perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut
• Apabila suatu dana pinjaman tidak secara khusus digunakan untuk
perolehan aset maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi ke aset tertentu
dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang atas akumulasi biaya seluruh
aset tertentu yg berkaitan selama periode pelaporan

182
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

• Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk


daftar skedul utang
• Informasi yang harus disajikan dalam CaLK :
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
berdasarkan pemberi pinjaman
(b) Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas dan jatuh temponya
(c) Bunga pinjaman yang berlaku
(d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
(e) Perjanjian restrukturisasi utang (pengurangan pinjaman,
modifikasi persyaratan utang, pengurangan tingkat bunga
pinjaman, pengunduran jatuh tempo pinjaman, pengurangan nilai
jatuh tempo pinjaman, pengurangan jumlah bunga terutang)
(f) Jumlah tunggakan pinjaman daftar umur utang berdasarkan
kreditur
(g) Biaya pinjaman (perlakuan,jumlah yang dikapitalisasi,tingkat
kapitalisasi)
183
ILUSTRASI UTANG

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menerima penagihan atas kegiatan


pemeliharaan rutin AC 10.000.000. Kegiatan telah diselesaikan Namun tagihan
diterima setelah tutup anggaran sehingga tidak dapat dikeluarkan kas untuk
membayar kegiatan tersebut. Kas baru dibayarkan pada 13 Januari 20X3
Tanggal Finansial Anggaran
30 Des Beban pemeliharaan 200.000.000 Tidak ada jurnal
Utang 200.000.000
13 Jan Utang 10.000.000 Belanja pemeliharaan 10.000.000
Kas 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000

184
ILUSTRASI UTANG

Pada 1 April 20X2 Kota Bengawan menerima utang dari Luar Negeri
5.000.000.000 untuk pengembangan jaringan transportasi yang dapat
menunjang industri di kota tersebut. Utang tersebut berbunga rendah 4% per
tahun. Bunga dibayar setiap tanggal 1 April dan pembayaran akan dilakukan
setelah 5 tahun selama 5 kali angsuran.
Tanggal Finansial Anggaran
1 April 20X2 Kas 5.000.000.000 Perubahan SAL 5.000.000.000
Utang 5.000.000.000 Penerimaan 5.000.000.000
pembiayaan
- utang jangka panjang
31 Des Beban bunga 150.000.000 Tidak ada jurnal
20X3
Utang bunga 150.000.000
1 Des 20X3 Utang bunga 150.000.000 Belanja bunga 200.000.000
Beban bunga 50.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
Kas 200.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 185
185
PSAP 10
KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI,
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI,
DAN OPERASI YANG TIDAK
DILANJUTKAN
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

TUJUAN
Mengatur perlakuan akuntansi atas:
 Koreksi Kesalahan Akuntansi dan Pelaporan Laporan Keuangan
 Perubahan Kebijakan Akuntansi
 Perubahan Estimasi Akuntansi
 Operasi yang Tidak Dilanjutkan

RUANG. LINGKUP
 Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas harus
menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan pengaruh kesalahan,
perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan operasi
yang tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas laporan Keuangan.
 Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun
laporan keuangan yang mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi,
termasuk Badan Layanan Umum, yang berada di bawah pemerintah
pusat/daerah

187
KOREKSI KESALAHAN

 Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya


harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih
maupun saldo ekuitas
 Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus
diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan
 Kesalahan yang tidak berulang
 Terjadi pada periode berjalan
 Terjadi pada periode sebelumnya

 Kesalahan yang berulang dan sistemik


 Kesalahan yang disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-
jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang

188
KOREKSI KESALAHAN (par 12)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode berjalan
 Mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi
posisi kas

Pembetulan pada akun yang


bersangkutan dalam periode berjalan
baik akun pendapatan-LRA atau akun
belanja maupun akun pendapatan-LO
atau akun beban

189
KOREKSI KESALAHAN (par 13)

– Tidak berulang
– Terjadi pada periode-periode sebelumnya
– Mempengaruhi posisi kas
– Laporan keuangan periode tersebut belum terbit

Pembetulan pada akun pendapatan-


LRA atau akun belanja maupun akun
pendapatan-LO atau akun beban
periode yang bersangkutan

190
KOREKSI KESALAHAN (par 14)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas (menambah/mengurang saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit

Menambah Mengurangi
kas Kas

Pembetulan pada akun pembetulan pada akun


pendapatan lain-lain-LRA Saldo Anggaran Lebih

191
KOREKSI KESALAHAN ATAS
PEROLEHAN ASET SELAIN KAS (par 16)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
posisi kas)
 Laporan keuangan periode tersebut sudah terbit.

Pembetulan pada akun kas dan akun aset


yang bersangkutan
KOREKSI KESALAHAN ATAS BEBAN (par 18)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi posisi
aset selain kas
 Laporan keuangan periode tersebut sudah terbit

Pengurangan Penambahan
Beban Beban

Pembetulan pada akun pembetulan pada akun


pendapatan lain-lain-LO Ekuitas

193
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENDAPATAN
(par 20)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.

Pembetulan pada akun kas dan akun


Saldo Anggaran Lebih
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENERIMAAN
PENDAPATAN-LO (par 22)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.

Pembetulan pada akun Kas dan


akun Ekuitas

195
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENERIMAAN & PENGELUARAN
PEMBIAYAAN (par 24)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.

Pembetulan pada akun kas dan akun


Saldo Anggaran Lebih

196
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENCATATAN KEWAJIBAN
(par 27)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi
kas(menambah/mengurang saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.

Pembetulan pada akun kas dan


kewajiban yang bersangkutan

197
KOREKSI KESALAHAN (par 32)

 Tidak berulang
 Terjadi pada periode-periode sebelumnya
 Tidak mempengaruhi posisi kas
 Sebelum maupun setelah laporan keuangan terbit

Pembetulan pada akun-akun neraca terkait


pada periode kesalahan ditemukan

198
KOREKSI KESALAHAN (par 34)

 Kesalahan berulang dan sistemik tidak perlu koreksi hanya dicatat


pada saat terjadi pengeluaran kas untuk mengembalikan
kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA
maupun pendapatan-LO yang bersangkutan
 Koreksi kesalahan periode-periode yang lalu yang mempengaruhi
posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas tahun berjalan
pada aktivitas yang bersangkutan
 Koreksi kesalahan diungkapkan pada CALK

199
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,


konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik
yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan (par 4)
 Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan
Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam CALK (par 42)

200
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI

 Perubahan Estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi


yang mendasari estimasi tersebut, atau karena terdapat informasi
baru, pertambahan pengalaman dalam mengestimasi, atau
perkembangan lain (par 4)
 Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan pada
Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode
selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan
estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun
perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat aset
tetap tersebut. (par 44)
 Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan
datang diungkapkan dalam CALK. Apabila tidak memungkinkan,
harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh
perubahan itu. (par 45)

201
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

 Adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang berakibat pelepasan
atau penghentian suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset,
kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi, program,
atau kegiatan yang lain (par 4)
 Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan misalnya hakikat
operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan, tanggal efektif
penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun berjalan sampai
tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau dampak
pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian apabila
ada harus diungkapkan pada CALK (par 47)
 Agar laporan Keuangan disajikan secara komperatif , suatu segmen yang
dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah
nol untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak
pada Laporan Keuangan. (par 48)
 Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun berjalan,
diakuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu berjalan
sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas membuat
rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus,
resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain. (par 49)

202
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

 Bukan Penghentian Operasi bila : (par 50)


a. Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen
secara evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh
demand (permintaan publik yang dilayani) yang terus
merosot, pergantian kebutuhan lain.
b. Fungsi tersebut tetap ada
c. Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok
dihapus, selebihnya berjalan seperti biasa. Relokasi suatu
program, proyek, kegiatan ke wilayah lain
d. Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah,
menghemat biaya, menjual sarana operasi tanpa
mengganggu operasi tersebut.

203
ILUSTRASI UTANG

Pada 30 September 20X2 Kota Bengawan menerima kas sebesar 40.000.000


akibat kelebihan pembayaran gaji untuk tahun anggaran 20X1.
Pada 30 Septermber 20X2 Kota Bengawan harus membayar kas sebesar
10.000.000 untuk membayar kekurangan pembayaran biaya pemeliharaan
tahun 20X1 kepada salah seorang rekanan.
Tangga Finansial Anggaran
l
30 Sep Kas 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
Pendapatan lain-lain - 40.000.000 Pendapatan lain - 40.000.000
LO LRA
30 Sep Ekuitas 10.000.000 Koreksi SAL 10.000.000
Kas 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000

204
ILUSTRASI UTANG

Pada 30 September 20X2 Kota Bengawan menerima kas sebesar


100.000.000 akibat kelebihan pembayaran belanja modal (gedung) untuk
tahun anggaran 20X1.
Pada 30 Septermber 20X2 Kota Bengawan harus membayar kas sebesar
20.000.000 untuk membayar kekurangan pembayaran belanja modal tahun
20X1 kepada salah seorang rekanan.
Tangga Finansial Anggaran
l
30 Sep Kas 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
Gedung 40.000.000 Pendapatan lain - 40.000.000
LRA
30 Sep Peralatan 20.000.000 Koreksi SAL 20.000.000
Kas 20.000.000 Perubahan SAL 20.000.000

205
PSAP 11
LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASI
RUANG LINGKUP

 Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit pemerintahan yang


ditetapkan sebagai entitas pelaporan disajikan secara terkonsolidasi
menurut Pernyataan Standar ini agar mencerminkan satu kesatuan
entitas. (PAR 2)
 Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat sebagai entitas
pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas pelaporan,
termasuk laporan keuangan BLU. (PAR 3)
 Laporan keuangan konsolidasian pada Kementerian/Lembaga/
pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan BLU.
(par 4)
 Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat sebagai entitas
pelaporan mencakup laporan keuangan semua entitas pelaporan,
termasuk laporan keuangan BLU.
 Standar tidak mengatur:
 Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/perusahaan daerah;
 Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;
 Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); dan
 Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
207
PENYAJIAN LAPORAN
KONSOLIDASIAN

 Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi


Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. (par 7)
 Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode
pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan
entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan periode
sebelumnya (par 9)
 Proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi akun-akun timbal balik
(reciprocal accounts). Namun demikian, apabila eliminasi dimaksud
belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan dalam CaLK.
(par 12)

208
CIRI-CIRI ENTITAS PELAPORAN (par 14)

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan. (par 6)
• Ciri Entitas Pelaporan
 Dibiayai oleh APBN/APBD atau mendapat pemisahan kekayaan dari
anggaran;
 Dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
 Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau
pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat; dan
 Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak
langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
• Terdiri dari:
a. Pemerintah Pusat b.Pemerintah Daerah.
c. Kementerian negara/lembaga (KL). d. Bendahara Umum Negara (BUN).

209
ENTITAS AKUNTANSI (par 6)

Pengguna anggaran/pengguna barang sebagai entitas akuntansi


menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan
sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang
ditujukan kepada entitas pelaporan.

Terdiri dari:
1) Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu K/L yang
mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran tersendiri.
2) Bendahara Umum Daerah (BUD).
3) Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemda bila mempunyai
dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah, jumlah anggarannya
relatif besar, dan pengelolaan kegiatannya dilakukan secara mandiri.

210
PENGERTIAN KONSOLISASI

Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang


diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya, entitas akuntansi dengan entitas
akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik
agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian.
(par 6)

211
BLU/BLUD

• Selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD)


BLU/BLUD adalah entitas akuntansi, yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan pada entitas pelaporan yang secara
organisatoris membawahinya. (par 19)
• Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan, walaupun bukan
berbentuk badan hukum yang mengelola kekayaan Negara yang
dipisahkan, BLU/BLUD adalah entitas pelaporan. (par 20)

212
PROSEDUR KONSOLIDASI (par 22)

 Menggabungkan dan menjumlahkan akun yang


diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya atau entitas akuntansi dengan entitas
akuntansi lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi akun
timbal balik. (par 22)
 Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan
menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi
yang secara organisatoris berada di bawahnya. (par 22)
 Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi akun-
akun yang timbal-balik, maka nama-nama akun yang timbal
balik dan estimasi besaran jumlah dalam akun yang timbal balik
dicantumkan dalam CaLK. (par 25)

213
KONSOLIDASI DAN PENGGABUNGAN

EP LKK
LK
KONSOLIDASI

EP EP EP

PENGGABUNGAN PENGGABUNGAN PENGGABUNGAN

EA EA EA EA EA EA

LK= LAPORAN KEUANGAN, LKK=LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI,


EP=ENTITAS PELAPORAN, EA=ENTITAS AKUNTANSI
214
KONSOLIDASI DITINGKAT PEMERINTAH DAERAH

• Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola anggaran adalah
entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,
aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang
berada dalam tanggung jawabnya guna menghasilkan laporan keuangan yang akan
disampaikan kepada entitas pelaporan.
• Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
• Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan gabungan
dari satuan kerja yang berada dilingkup SKPD dan menyampaikannya kepada
gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas
pelaporan untuk dilakukan proses konsolidasian.
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun laporan keuangan
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang selanjutnya
akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari SKPD.
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan melakukan proses
konsolidasian dan menyusun laporan keuangan PEMDA berdasarkan laporan
keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan
daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota untuk selanjutnya
disampaikan ke BPK dan DPRD.
215
PSAP 12
LAPORAN
OPERASIONAL
LINGKUP DAN MANFAAT

RUANG LINGKUP
Berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam
menyusun laporan operasional yang menggambarkan
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dalam
suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.

• MANFAAT LAPORAN OPERASIONAL


• Menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan
dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.
217
KONSEPSI BASIS

Surplus/defisit
akrual yang Pendapatan
menambah/ dan belanja
mengurangi akrual
ekuitas

Pemisahan Ada
laporan pemisahan
pertanggung kegiatan non
jawaban operasional
anggaran dan dan pos luar
laporan finansial biasa

PP 71/2010

LRA LRA & LO


218
KONSEPSI BASIS

• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus


dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi
dan diungkap dalam CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa
antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan
jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan
surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait
dengan operasi pada periode pelaporan.

219
KONSEPSI BASIS

PP 24/2005 CTA PP 71/2010 AKRUAL


Opsional (Laporan Laporan pendapatan
Kinerja Keuangan) dan beban akrual

Besarnya beban yang harus ditanggung oleh


KONSEPSI BASIS
COST pemerintah dalam menjalankan pelayanan
LO menyediakan
informasi mengenai
Operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna
seluruh kegiatan dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
operasional Performace efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan
keuangan entitas penggunaan sumber daya ekonomi
pelaporan yang
penyajiannya Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
disandingkan untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode
Estimation mendatang dengan menyajikan laporan secara
dengan periode komparatif
sebelumnya

Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan


Equity penurunan ekuitas (bila defisit operasional)

220
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual


yang dapat digunakan untuk menghitung cost per
program/kegiatan pelayanan

Laporan Operasional Perhitungan Cost


COST untuk
Beban pegawai Labor cost setiap
Beban belanja barang program/
Beban bunga
kegiatan
Beban subsidi Material cost
Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan Overhead cost
Beban transfer
Beban lain-lain

221
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

Konsep VFM digunakan untuk


Evaluasi kinerja menilai apakah suatu organisasi
berdasarkan telah mencapai benefit maksimal,
konsep Value for dengan mengunakan sumber daya
Money (ekonomi, yang ada.
efisien & efektif)
Outcome
(Hasil)

efektivitas
Output
(keluaran) Laporan
Operasional
efisien Input
(cost dari
program/
kegiatan)
ekonomi Laporan Kinerja

222
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

UU 1/2004 & PP 8/2006


Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah

Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah


dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan
kuantitas dan kualitas terukur

Manajemen Keuangan Manajemen Kinerja

Aset &
Pendapatan Beban Cost Kinerja
Kewajiban

Mengaitkan cost dengan kinerja

LAPORAN LAPORAN
EVALUASI KINERJA
KEUANGAN KINERJA

223
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL - EKUITAS

PP 71/2010 AKRUAL
PP 24/2005 CTA
Melaporkan perubahan ekuitas dan
Opsional
surplus/defisit

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Surplus/defisit LO
pada periode
bersangkutan

Dampak kumulatif
perubahan
Ekuitas awal
kebijakan/kesalahan
Ekuitas mendasar
akhir

224
PERIODE PELAPORAN

Disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.


Jika disatjikan lebih pendek entitas harus mengungkapkan :
 alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu
tahun;
 fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam
Laporan Operasional dan catatan-catatan terkait
tidak dapat diperbandingkan.

225
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Hak pemerintah • Penurunan manfaat
• Diakui sebagai ekonomi/potensi
jasa dalam periode
penambah pelaporan
ekuitas • menurunkan
• Dalam tahun Pendapatan- ekuitas
anggaran yg LO (dari Beban (dari • berupa
bersangkutan kegiatan pengeluaran/
kegiatan konsumsi
• Tidak perlu operasional) operasional) aset atau
dibayar kembali timbulnya
kewajiban

• Sifatnya tidak rutin, Kegiatan • Pendapatan/Beban


termasuk yg bukan operasi
surplus/defisit dari Non Pos Luar
• Tidak diharapkan
penjualan aset non Operasiona Biasa sering/rutin terjadi
lancar dan l • Di luar kendali/
penyelesaian pengaruh entitas ybs
kewajiban jangka
panjang • Sifat & jumlah
diungkap dalam Calk

226
STRUKTUR DAN ISI

– Menyajikan berbagai unsur


• pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
• surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,

– Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub


jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara
wajar

227
IDENTIFIKASI

Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara


jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap
halaman laporan, informasi berikut:
a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi
lainnya;
b) cakupan entitas pelaporan;
c) periode yang dicakup;
d) mata uang pelaporan; dan
e) satuan angka yang digunakan.

228
INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN

• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang


diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan
menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain
yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang
berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

229
PENDAPATAN LO

• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.


• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.

230
KOREKSI KESALAHAN

KOREKSI KESALAHAN - PENDAPATAN


• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang
pendapatan pada periode yang sama.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-
recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

231
AKUNTANSI BEBAN

AKUNTANSI BEBAN

• Beban diakui pada saat:


– timbulnya kewajiban;
– terjadinya konsumsi aset;
– terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.

232
AKUNTANSI BEBAN

• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang


atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas
pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali


beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas
beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan
pembetulan pada akun ekuitas.

233
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN
OPERASIONAL

• Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih


antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang
antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

234
KOMPONEN LAPORAN
OPERASIONAL

SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL


• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan
tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit
sebelum pos luar biasa.
POS LUAR BIASA
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.
235
TRANSAKSI MATA UANG ASING

• Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah.
• Jika tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dijabarkan
dalam mata uang rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada tanggal
transaksi.
• Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dalam
mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi,
yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing
tersebut.
• Jika mata uang asing tersebut dibeli dengan menggunakan mata uang
asing\, maka:
a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan
dengan menggunakan kurs transaksi
b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam
rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral tanggal transaksi.

236
TRANSAKSI BARANG DAN JASA

• Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk


barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi.
• Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari
pendapatan dan beban.

237
LAPORAN OPERASIONAL

• Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan


pelaporan.
• Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja
• Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang

238
Ilustrasi
Laporan
Operasional

239
Ilustrasi
Laporan
Operasional

240
PSAP 13
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN BADAN
LAYANAN UMUM (BLU)
PENDAHULUAN
 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, satuan kerja
dapat ditetapkan menjadi satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum (BLU).

 Sesuai dengan ketentuan, Satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan


BLU diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain pengelolaan
pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, pengelolaan utang-piutang,
pengelolaan investasi dan pengadaan barang/jasa, kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta
kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan
kontribusinya.

242
242
TUJUAN

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian


laporan keuangan Badan Layanan Umum dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik
terhadap anggaran, antar periode, maupun antar BLU.

Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan


seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan
keuangan, pedoman struktur laporan keuangan dan
persyaratan minimun isi laporan keuangan.

Laporan keuangan disusun dengan menerapkan


akuntansi berbasis akrual.

243
243
RUANG LINGKUP

 Secara umum, Standar Akuntansi Badan Layanan Umum mengacu


pada seluruh PSAP, kecuali diatur tersendiri dalam PSAP ini.
 BLU merupakan instansi di lingkungan pemerintah pusat/daerah
yang mengelola kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan.
Sebagai instansi pemerintah, BLU menerapkan pernyataan standar
ini dalam menyusun laporan keuangan.

244
244
ENTITAS AKUNTANSI DAN PELAPORAN

• BLU adalah entitas pelaporan karena


merupakan satuan kerja pelayanan
Entitas yang walaupun bukan berbentuk badan
Pelaporan hukum yang mengelola kekayaan
Negara/Daerah yang dipisahkan

• Selaku penerima anggaran belanja


pemerintah (APBN/APBD) yang
menyelenggarakan akuntansi, BLU
Entitas adalah entitas akuntansi, yang
Akuntansi laporan
dikonsolidasikan
keuangannya
pada entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang
secara organisatoris membawahinya.

245
245
DEFINISI

• Badan Layanan Umum


– Instansi di lingkungan Pemerintah Pusat/pemerintah daerah dan yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

• Laporan Keuangan BLU


– Bentuk pertanggungjawaban BLU yang disajikan dalam bentuk Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

246
246
TUJUAN & TANGGUNG JAWAB LK BLU

• Tujuan Umum
– menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas BLU yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya.
• Tujuan Spesifik
– untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
• Tanggung jawab
– Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLU berada
pada pimpinan BLU atau pejabat yang ditunjuk.

247
247
KOMPONEN LK

248
STRUKTUR DAN ISI

PENDAHULUAN
• Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu
pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan
pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan
keuangan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
PERIODE PELAPORAN
• Laporan keuangan BLU disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun
TEPAT WAKTU
• Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak
tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal
pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi
suatu BLU bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan
pelaporan yang tepat waktu.
249
249
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

 Laporan Realisasi Anggaran BLU menyajikan informasi realisasi


pendapatan-LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLU sekurang-kurangnya
mencakup pos-pos sebagai berikut:
– Pendapatan-LRA;
– Belanja;
– Surplus/defisit-LRA;
– Penerimaan pembiayaan;
– Pengeluaran pembiayaan;
– Pembiayaan neto; dan
– Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).

250
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

 Pendapatan BLU yang dikelola sendiri dan tidak disetor ke Kas


Negara/Daerah merupakan pendapatan negara/daerah.
 Pendapatan-LRA pada BLU diakui pada saat pendapatan kas yang
diterima BLU diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.
 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan.
 Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui
berdasarkan azas neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian
pendapatan yang merupakan hak mitra KSO.

251
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

 Belanja pada BLU diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan oleh BLU
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja pada BLU selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
 Penerimaan pembiayaan pada BLU diakui pada saat kas yang diterima BLU
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Pengeluaran pembiayaan pada BLU diakui pada saat pengeluaran pembiayaan
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Penambahan pokok investasi yang berasal dari pendapatan BLU diakui sebagai
pengeluaran pembiayaan.
 Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
 Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan Belanja, serta
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
 Apabila BLU menerima alokasi anggaran selain dari entitas akuntansi/entitas
pelaporan yang membawahinya, maka BLU menyusun LRA sesuai dengan
entitas akuntansi/entitas pelaporan yang mengalokasikan anggaran tersebut.

252
LAPORAN PERUBAHAN
SALDO ANGGARAN LEBIH

 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi


kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih BLU menyajikan
secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
 Saldo Anggaran Lebih awal;
 Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
 Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya;
 Lain-lain; dan
 Saldo Anggaran Lebih Akhir.
 Di samping itu, BLU menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-
unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

253
NERACA

 Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,


kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
 Neraca BLU menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
 Kas dan setara kas;
 Investasi jangka pendek;
 piutang dari kegiatan BLU;
 persediaan;
 Investasi jangka panjang;
 aset tetap;
 aset lainnya;
 kewajiban jangka pendek;
 kewajiban jangka panjang; dan
 ekuitas.
 Kas pada BLU yang sudah dipertanggungjawabkan kepada unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih.
 Dana kas BLU yang bukan milik BLU diakui sebagai kas dan setara kas.
 Kas yang berasal dari sisa dana investasi APBN/APBD diakui sebagai aset lainnya.
 Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLU pada tahun berjalan maupun tahun
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada BLU penambah ekuitas pada
Pemerintah Pusat/Daerah
254
NERACA

 Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan, BLU tidak dapat


melakukan investasi jangka panjang kecuali atas persetujuan
Menteri Keuangan atau Gubernur/Bupati/Walikota. Investasi jangka
panjang dimaksud terdiri dari investasi permanen dan investasi
nonpermanen.
 Walaupun kepemilikan investasi pada BLU ada pada BUN/BUD,
tetapi investasi tersebut tetap dilaporkan pada laporan keuangan
BLU. Perlakuan pelaporan investasi ini selaras dengan status BLU
sebagai entitas pelaporan, dimana seluruh sumber daya ekonomi
yang digunakan BLU dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dalam melayani masyarakat harus dilaporkan dalam
laporan keuangan BLU

255
LAPORAN OPERASIONAL
 Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
 Struktur Laporan Operasional BLU mencakup pos-pos sebagai berikut:
• Pendapatan-LO;
• Beban;
• Surplus/Defisit dari operasi;
• Kegiatan non operasional;
• Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
• Pos Luar Biasa; dan
• Surplus/Defisit-LO.
 BLU menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan, yang terdiri dari:
• Pendapatan dari alokasi APBN/APBD;
• Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
• Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas pelaporan;
• Pendapatan hasil kerja sama;
• Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas/barang/jasa; dan
• Pendapatan BLU lainnya.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
256
LAPORAN OPERASIONAL
 Pendapatan-LO pada BLU diakui pada saat:
 Timbulnya hak atas pendapatan;
 Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
 Pendapatan-LO pada BLU merupakan pendapatan bukan pajak.
 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
 Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui berdasarkan azas
neto dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian pendapatan yang merupakan hak
mitra KSO.
 Beban pada BLU diakui pada saat:
 timbulnya kewajiban;
 terjadinya konsumsi aset;
 terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
 Beban pada BLU diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.

257
LAPORAN ARUS KAS

• Laporan Arus Kas pada BLU menyajikan informasi mengenai sumber,


penggunaan, perubahan kas dan setarakas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada
BLU.
• Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris.
• Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi
lainnya, tidak termasuk investasi jangka pendek dan setara kas.
• Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yang berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang
dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah dan komposisi pinjaman jangka panjang dan utang jangka
panjang.
• Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

258
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

 Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan


ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
 Laporan Perubahan Ekuitas pada BLU menyajikan sekurang-kurangnya pos-
pos:
 Ekuitas awal
 Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
 Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan
oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:
 koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya;
 perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
 Ekuitas akhir.

259
PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BLU
PADA ENTITAS AKUNTANSI / PELAPORAN

 Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan


Perubahan Ekuitas BLU digabungkan pada laporan keuangan entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
 Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLU dikonsolidasikan
ke dalam LRA entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
 Laporan Arus Kas BLU dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Laporan Perubahan SAL BLU digabungkan dalam Laporan Perubahan SAL
Bendahara Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun
laporan keuangan konsolidasiannya.
 Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLU ke dalam laporan
keuangan entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap
akun-akun timbal balik (reciprocal accounts) seperti pendapatan, beban, aset,
dan kewajiban yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan dalam satu entitas
pemerintahan kecuali akun-akun pendapatan dan belanja pada LRA yang
berasal dari entitas akuntansi/pelaporan sebagaimana dinyatakan pada
Paragraf 28 huruf b.

260
PENGHENTIAN BLU MENJADI SATKER

 Dalam hal Satuan Kerja tidak lagi menerapkan pola


pengelolaan keuangan BLU, maka Satuan Kerja tersebut
menyusun laporan keuangan selayaknya entitas akuntansi
pemerintah lainnya, dan Satuan Kerja tersebut harus
menyusun laporan keuangan penutup per tanggal
pencabutan statusnya sebagai BLU.

261
TANGGAL EFEKTIF

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan


(PSAP) ini berlaku efektif untuk laporan
keuangan atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran Tahun Anggaran 2016.
PSAP 13
ASET TAK BERWUJUD
RUANG LINGKUP

Pemerintah Pusat

Entitas Pemerintah Daerah

Badan Layanan
Umum
Pemberian izin
Ruang lingkup Kewenangan
Menarik pajak
ATB yang dimiliki
utk dijual

Hak Pengusahaan
Tidak mengatur Hutan
Hak Pengusahaan
Jalan Tol
Hak Pengelolaan
Wilayah
Hak Penambangan
DEFINISI ASET TAK BERWUJUD

Aset Tak Berwujud (ATB) adalah aset nonkeuangan


yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud
fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual.
JENIS ASET TAK BERWUJUD

Sumber Daya Cara Perolehan Masa Manfaat


• Software yang dapat • pembelian • Terbatas
disimpan dalam • Pengembangan • Tidak terbatas
media penyimpanan internal
• Lisensi dan waralaba • Pertukaran
• Hak paten dan hak • Kerjasama
cipta • Donasi/hibah
• Hasil • Warisan
kajian/pengembangan budaya/sejarah
yg memberikan
manfaat jangka
Panjang
• ATB yg mempunyai
nilai sejarah/budaya
• ATB dalam
pengerjaan
PENGAKUAN ASET TAK BERWUJUD

Dapat diidentifikasi

Dikendalian, dikuasai atau dimiliki oleh entitas

Kemungkinan besar manfaat ekonomi dan sosial atau jasa


potensial di masa mendatang mengalir kepada/dinikmati
oleh entitas

Biaya perolehan atau nilai wajar dapat diukur dengan


andal
PENGAKUAN ASET TAK BERWUJUD INTERNAL

Tahap penelitian/ Tidak diakui sebagai


ATB namun diakui
riset sebagai beban

ATB diperoleh
Internal

Tahap Dikapitalisasi
pengembangan sebagai ATB
CONTOH KEGIATAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN

Penelitian/Riset Pengembangan

Kegiatan/aktivitas yang bertujuan Desain, konstruksi dan percobaan


untuk memperoleh pengetahuan baru sebelum proses produksi prototipe
(new knowledge); atau model
Pencarian, evaluasi dan seleksi akhir
untuk penerapan atas penemuan Desain, konstruksi dan
penelitian atau pengetahuan lainnya; pengoperasian kegiatan percobaan
proses produksi yang belum berjalan
Pencarian alternatif bahan baku, pada skala ekonomis yang
peralatan, produk, proses, sistem menguntungkan untuk produksi
ataupun layanan; komersial;
Formula/rumus, rancangan, evaluasi Desain, konstruksi dan percobaan
dan seleksi akhir atas alternatif yang beberapa alternatif pilihan, untuk
tersedia untuk peningkatan material, bahan, peralatan, produk, proses,
peralatan, produk, proses, sistem sistem atau pelayanan yang sifatnya
dan layanan yang baru atau yang baru atau sedang dikembangkan
diperbaiki
BIAYA PENGEMBANGAN SITUS WEB

Dikembangkan melalui kontrak dengan


pihak ketiga
Diakui sebagai ATB jika
Jika dikembangkan sendiri, maka harus
memenuhi persyaratan pengakuan ATB
yang berasal dari pengembangan
PERANGKAT LUNAK / SOFTWARE

Internal Tidak diakui sebagai ATB


Diperoleh
Eksternal Diakui sebagai ATB

Digunakan sendiri Diakui sebagai ATB


Pemanfaatan
Dijual atau diserahkan Diakui sebagai Persediaan

Kurang dari 12 bulan Tidak dikapitalisasi


Masa
Manfaat
Lebih dari 12 bulan Dikapitalisasi
PENELITIAN DIBIAYAI INSTANSI LAIN

Aset Tak Berwujud (ATB) diakui oleh Entitas yang


memiliki anggaran yang berhak mencatat ATB, namun
pencatatan ATB tetap harus memenuhi kriteria
pengakuan ATB
PENGUKURAN ASET TAK BERWUJUD

Pengukuran setelah
Pengukuran Awal
Perolehan

• Sebesar biaya perolehan; • Menambah sisa umur


manfaat ekonomis
• Nilai wajar jika biaya selanjutnya, atau
perolehan tidak tersedia
• Meningkatkan nilai guna
dalam bentuk peningkatan
kapasitas, efektivitas, efisiensi
AMORTISASI ASET TAK BERWUJUD

Masa Manfaat Tidak


Masa Manfaat Terbatas
Terbatas
• Diamortisasi selama masa • Tidak dilakukan Amortisasi.
manfaat dengan asumsi nilai
residunya sama dengan nol.

• Dapat menggunakan metode


garis lurus, metode saldo
menurun berganda atau
metode unit produksi.
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN
ASET TAK BERWUJUD

Dihentikan secara Dihentikan karena Dilepas karena


Dihentikan dari
permanen atau tidak ada manfaat dijual atau
penggunaan
dilepas masa depan dipertukarkan
• Dipindahkan ke • Dikeluarkan dari • Nilai tercatat • Selisih diakui
Pos Aset lain- Neraca dan diakui sebagai sebaagai
lain diungkapkan beban kerugian atau
dalam CaLK keuntungan
PENGUNGKAPAN ASET TAK BERWUJUD

Rincian masing-masing pos ATB yang signifikan;


ATB yang memiliki masa manfaat tak terbatas atau terbatas, jika masa manfaat terbatas
diungkapkan tingkat amortisasi yang digunakan atau masa manfaatnya.
Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan;
Metode amortisasi yang digunakan, jika ATB tersebut terbatas masa manfaatnya;
Nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode;
ATB yang mengalami penurunan nilai yang signifikan, jika ada;
Penghentian dan pelepasan ATB, jika ada;
Perubahan-perubahan dan alasan perubahan terhadap periode amortisasi atau metode
amortisasi, jika ada;
Keberadaan ATB yang dimiliki bersama, jika ada;
Indikasi penurunan nilai ATB yang lebih cepat dari yang diperkirakan semula, jika ada.
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/ 277

Anda mungkin juga menyukai