Anda di halaman 1dari 99

Ady Supryadi

Istilah Pengantar Ilmu Hukum (PIH)


pertama kali dipergunakan oleh
Perguruan Tinggi Gajah Mada di
Yogyakarta yg didirikan pada tgl.13
Maret 1946.
Istilah tsb mrpkn terjemahan dari Bhs
Belanda: “Inleiding tot de
Rechtswetenschap” yg digunakan
sejak tahun 1924 oleh Rechts Hoge-
School di Jakarta.
• Inleiding tot de Rechtswetenschap juga
dipakai di P.T. di Belanda sejak tahun 1920
ketika istilah tsb. dimasukan dalam Hooger
Onderwijswet (UU-PT) untuk menggantikan
istilah ”Encyclopaedie der
Rechtswetenschap”.
• Istilah tsb diambil dari Jerman yakni
“Einfuhrung in die Rechtswissenschaft” yg
dipakai sejak akhir abad 19 dan permulaan
abad 20.
 PIH adalah mata kuliah dasar yg mengantarkan, yakni
menunjuk jalan ke arah cabang-cabang ilmu hukum
(rechtsvakken). Secara formil PIH memberikan suatu
pandangan umum secara ringkas mengenai seluruh
ilmu pengetahuan hukum, mengenai kedudukan ilmu
hukum disamping ilmu-ilmu yang lain.
PIH merupakan pengantar untuk
mempelajari hukum
 Tidak menunjuk pada suatu sistem hukum
tertentu.
 Mempelajari tentang tujuan hukum.
 Mempelajari tentang pengertian hak dan
kewajiban.
 Mempelajari tentang pengertian-pengertian dalam
hukum.
 Mempelajari tentang sumber-sumber hukum.
 Mempelajari tentang aneka sistem hukum yang
ada dalam masyarakat.
PENGERTIAN PENGANTAR DAN
ILMU HUKUM
 PENGANTAR DAN
 ILMU HUKUM

 PENGANTAR ADALAH PANDANGAN UMUM


SECARA RINGKAS SEBAGAI PENDAHULUAN
 ILMU HUKUM ADALAH PENGETAHUAN KHUSUS
YANG MENGAJARKAN KEPADA KITA SELUK BELUK
HUKUM
 MERUPAKAM ILMU PENGETAHUAN YANG
MEMPELAJARI ATAU MEMPERKENALKAN HUKUM
SECARA UMUM, DAN HANYA PADA GARIS
BESARNYA SAJA
 MENGANTAR, MENUNJUK JALAN KE ARAH
CABANG-CABANG ILMU HUKUM YANG
SEBENARNYA
 MEMBERIKAN SUATU PANDANGAN UMUM
SECARA RINGKAS MENGENAI SELURUH ILMU
PENGETAHUAN HUKUM
Beberapa istilah asing
• Law, yg mengadung pengertian (1) preskipsi
mengenai apa yg seharusnya dilakukan dlm mencapai
keadilan dan (2) merpkn aturan perilaku yg ditujukan
utk menciptakan ketertiban masyarakat.
• Yang pertama dlm bhs.Latin disebut ius, bhs. Perancis
droit, bhs Bld dan Jerman recht dan dlm bhs
Indonesia hukum .
DEFINISI HUKUM
1. HUKUM SEBAGAI KAIDAH (NORMA)
PEDOMAN UNTUK MENGATUR KEHIDUPAN
DALAM MASYARAKAT AGAR TERCIPTANYA
KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN BERSAMA
2. HUKUM SEBAGAI GEJALA PRILAKU
DIMASYARAKAT
HK. ADALAH GEJALA SOSIAL YANG BERLAKU DI
MASYARAKAT SEBAGAI MANIFESTASI DARI POLA
TINGKAH LAKU YANG BERKEMBANG
3. HUKUM SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
1. PERATURAN MENEGENAI TINGKAH LAKU
MANUSIA DALAM PERGAULAN MASYARAKAT
2. PERTURAN ITU DI ADAKAN OLEH BADAN-BADAN
RESMI YANG BERWAJIB
3. PERATURAN BERSIFAT MEMAKSA
4. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN PERTURAN
TERSEBUT ADALAH TEGAS.
DEFINISI HK MENURUT SOERJONO
SOEKANTO
 HUKUM SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN YANG TERSUSUN SECARA
SISTEMATIS ATAS DASAR KEKUATAN PEMIKIRAN
 HUKUM SEBAGAI DISIPLIN, YAITU SUATU SISTEM AJARAN TENTANG
KENYATAAN ATAU GEJALA-GEJALA YANG DIHADAPI
 HUKUM SEBAGAI KAIDAH, YAKNI PEDOMAN ATAU PATOKAN SIKAP
TINDAK ATAU PERILAKU YANG PANTAS ATAU DIHARAPKAN
 HUKUM SEBAGAI TATA HUKUM, STRUKTUR DAN PRANGKAT
KAIDAH YANG BERLAKU PADA SUATU WAKTU DAN TERTULIS
 HUKUM SEBAG KEPUTUSAN PENGUASA
 HUKUM SEBAGAI PETUGAS
 HUKUM SEBAGAI PROSES PEMERINTAH
 HUKUM SEBAGAI SIKAP TINDAK ATAU PERILAKU AJEQ
 HUKUM SEBAGAI JALINAN NILAI-NILAI
 HUKUM SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL
 HUKUM SEBAGAI SARANA SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL
 HUKUM SEBAGAI SENI
KESIMPULAN
 HUKUM MERUPAKAN SEKUMPULAN
PERATURAN-PERATURAN BAIK TERTULIS
ATAUPUN TIDAK TERTULIS YANG BERUPA
PERINTAH ATAU LARANGAN BERSIFAT MENGIKAT
DAN MEMAKSA KEPADA SUATU INDIVIDU ATAU
KELOMPOK MASYARAKAT DENGAN TUJUAN
UNTUK MENJAGA KETERTIBAN BERSAMA
SEHINGGA APABILA DILANGGAR AKAN
DIKENAKAN SANKSI
Ruang lingkup Ilmu Hukum
 Ilmu Hukum mencakup dan membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan hukum. Karena luasnya
masalah yang dicakup oleh ilmu hukum, ada orang
yang pendapat bahwa “batas-batasnya tidak bisa
ditentukan”.
 Ilmu Hukum tidak mempersoallan suatu tatanan
hukum tertentu yang berlaku di suatu negara (ius
constitutum).
Tujuan mempelajari hukum
 Mempelajari asas-asas yang pokok dari hukum.
 Mempelajari sistem formal dari hukum.
 Mempelajari konsepsi-konsepsi hukum dan arti
fungsionalnya dalam masyarakat.
 Mempelajari kepentingan-kepentingan sosial apa saja
yang dilindungi oleh hukum.
Tujuan mempelajari hukum
 Ingin mengetahui tentang apa sesungguhnya hukum
itu, dari mana dia datang/muncul, apa yang
dilakukannya dan dengan cara-cara/sarana-sarana apa
ia melakukan hal itu.
 Mempelajari tentang apakah keadilan itu dan
bagaimana ia diwujudkan melalui hukum.
 Mempelajari tentang perkembangan hukum (apakah
sejak dari dulu hukum itu sama dengan yang kita
kenal sekarang)
Tujuan mempelajari hukum
 Mempelajari pemikiran-pemikiran orang mengenai
hukum sepanjang masa.
 Mempelajari bagaimana sesungguhnya kedudukan
hukum itu dalam masyarakat. Kerterkaitan hukum
dengan sub-sub sistem lain dalam masyarkat.
 Bagaimanakah sifat-sifat atau karakteristik ilmu
hukum itu?
KEDUDUKAN DAN FUNGSI HUKUM
 KEDUDUKAN HUKUM
 HUKUM TIDAK BISA DIPISAHKAN DENGAN
MASYARAKAT SEBAB DIANTARA KEDUANYA
MEMILIKI HUBUNGAN TIMBAL BALIK
FUNGSI HUKUM
 Menurut Mazhab Sejarah dan Kebudayaan oleh
Fredrich Carl Von Savigny, seorang ahli hukum
jerman. Bahwa fungsi hukum hanyalah mengikuti
perubahan-perubahan itu dan sedapat mungkin
mengesahkan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat
 Jeremy Bentham, ahli hukum Inggris dan
dikembangkan oleh Roscoe Pound, hukum berfungsi
sebagai sarana untuk melakukan perubahan-
perubahan dalam masyarakat
Lanjutan
 Soerjono soekanto, menyebut bahwa fungsi hukum
sebagai :
 Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang
sifatnya sentral hukum berfungsi sebagai sarana untuk
melakukan perubahan masyarakat
 Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang
sifatnya peka (sensitive, rohaniah) hukum berfungsi
sebagai sarana untuk melakukan pengendalian sosial.
Tata Hukum
 Tat berarti menyusun, mengatur tertib kehidupan
masyarakat
 Menurut CST Kansil, adalah suatu susunan yang
merupakan suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya
saling berhubungan dan saling menentukan pun
saling mengimbangi
Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum
 Pengatar tata hukum indonesia, yaitu menyelidiki
hukum positif indonesia (ius constitutum)
 Pengantar ilmu hukum yaitu menyelediki hukum pada
umumnya, tidak terbatas pada hukum yang berlaku
sekarang tetapi juga hukum dinegara lain dan pada
waktu kapan saja
ISTILAH-ISTILAH DAN PENGERTIAN
DALAM ILMU HUKUM
 Masyarakat Hukum
 Subjek Hukum
 Objek hukum
 Lembaga hukum
 Asas hukum
 Sistem Hukum
 Peristiwa Hukum
 Hubungan Antara hukum dan Hak
A. Masyarakat Hukum
 Manusia itu hakektanya makhluk sosial
 Mempunyai keinginan untuk hidup bermasyarakat
dengan manusia lainnya
 Kumpulan atau persatuan manusia-manusia yang
saling mengadakan hubungan satu sama lain itu
dinamakan masyarakat
 Jadi masyarakat terbentuk apabila ada orang dua atau
lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan hidup
mereka timbul berbagai hubungan atau pertalian yang
mengakibatkan mereka salinh kenal dan mengenal
dan saling mempengaruhi.
 Norma hukum maupun norma-norma lainnya dalam
masyarakat justru dimaksudakan untuk menjaga
keseimbangan, keserasian dan keselarasan hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat
 Melihat pada hubungan yang diciptakan anggotanya,
maka masyarakat dapat dibedakan menjadi dua :
1. masyarakat paguyuban (gemeischaft) masyarakat
yang punya hubungan antar anggotanya erat sekali
yang bersifat pribadi dan terjadi ikatan batin antara
anggotanya
2. Masyarakat Patembayan, gesellschaft ialah
masyarakat yang berhubungan anatar anggotanya
tidak begitu erat yang bersifat tidak pribadi dan tidak
ada ikatan batin antara anggotanya, tetapi karena ada
kepentingan kebendaan secara bersama-sama.
Masyarakat dari aspek kebudayaan
di bedakan menjadi
 Masyarakat primitif dan masyarakat modern
 Masyarkat desa dan masyarakat kota
 Masyarakat teritorial dan masyarakat geneologis
 Masyarakat teritorial-geneologis
Subjek Hukum
 Istilah subjek hukum berasal dari terjemahan belanda
rechtsubject atau law of subject (inggris)
 Secar umum subjek hukum diartikan sebagai
pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia dan
badan hukum
Subjek hk. Menurut Chaidir Ali
 Manusia yang berkepribadian hukum, dan segala
sesuatu yang berdasarkan tuntunan kebutuhan
masyarakat demikian itu oleh hukum diakui sebagai
pendukung hak dan kewajiban

 Subjek Hukum memiliki kedudukan dan peranan yang


sangat penting di dalam bidang hukum, khususnya
hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut
yang dapat mempunayi wewenang hukum.
1. Manusia sebagai subjek Hk.
 Manusia dalam pengertian biologis ilah gejala dalam
alam, gejala biologika yaitu makhluk hidup yang
punya pancaindera dan mempunyai budaya
 Orang dalam pengertian yuridis adalah gejala dalam
hidup masyarakat
 Dalam hukum yang menjadi subjek hukum adlah
orang atau persoon
 Chaidar Ali mengartikan bahwa manusia adalah
makhluk yang berwujud dan rohani, yang berfikir dan
berasa, yang berbuat dan menilai, berpengetahuan
dan berwatak sehingga menempatkan dirinya sebagai
berbeda dengan makhluk lainnya
 Menurut hukum modern, seperti hukum yang berlaku
sekarang ini, setiap manusia diakui sebagai manusia
pribadi, artinya diakui sebagai orang atau persoon,
karena itu manusia diakui sebagai subjek hukum
(sebagai pendukung hak dan kewajiban.)
 Hak dan kewajiban perdata tidak tergantung pada
agama, golongan, kelamin, umur, warga negara
ataupun orang asing. Demikian pula hak dan
kewajiban perrdata tidak tergantung pada kaya atau
pun miskin, kedudukan tinggi atau rendah dalam
masyarakat, penguasa atau rakyat biasa, semuanya
sama.
 Manusia sebagai Rechtspersoonlijkheid dimulai dari
sejak lahir dan baru berakhir apabila mati atau
meinggal dunia
Setiap orang menjadi subjek
hukum, kecuali
 anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan
dianggap sebagai telah dilahirkan, bilama kepentingan
anak menghendakinya’
 Mati sewaktu dilahirkan, dianggap ia tak pernah telah
ada.
 Dalam Pasal 638 BW ditentuak bahwa seseorang
hanya dapat menjadi ahli waris kalau ia telah ada pada
saat pewaris meninggal dunia.
Syarat-syarat pelaksanaan Pasal
2 BW
 Bahwa anak itu telah lahir pada saat penentuan hak
dilaksanakan, si bayi tersebut telah dibenihkan
 Bahwa ia lahir hidup, karena bila ia meninggal waktu
melahirkan, maka ia dianggap sebagai tidak pernah
ada
 Bahwa kepentingan itu membawa serta tuntutan akan
hakny=haknya misalnya warisan dan lainnya.
Setiap orang tanpa terkecuali sebagai pendukung hak
dan kewajiban atau subjek hukum. Namun tidak semua
cakap untuk melakukan perbuatan hukum
 Orang-orang yang belum dewasa, yaitu anak yang belum
mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan (Pasal 1330 BW jo. 47 Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974).
 Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, yaitu
orang-orang dewasa tetapi dalam keadaan dungu, gila,
mata gelap, dan pemboros (Pasal 1330 BW jo Pasal 433 BW)
 Orang-orang yang dilarang oleh undag-undang untuk
melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya orang
yang diyatakan pailit (pasal 1330 BW jo Undag-Undang
Kepailitan.)
Kesimpulannya Subjek Hukum
 Jadi orang-orang yang cakap melakukan perbuatan hukum
(rechtsbekwaamheid) adalh orang yang dewasa dan sehat
akal pikirannya serta tidak dilarang oleh suatu peraturan
perundag-undangan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan hukum tertentu
 Orang yang belum dewasa dan orang yang ditaruh di
bawah pengampuan dalam melakukan perbuatan hukum
diwakili oleh orang tuanya, walinya atau pengampunya
 Sedangkan penyelesain hutang piutang orang yang
dinayatakan pailit dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan.
2. Badan Hukum (Rechtpersoon)
 Dalam pergaulan hukum ditengah-tengah masyarakat,
ternyata manusia bukan satu0satunya subjek hukum
(pendukung hak dan w]kewajiban) tetapi masih ada
subjek hukum lain yang disebut manusia.
 Menurut Sri Soedewi Masjchoen bahwa badan hukum
adalah kumpulan orang-orang yang bersama-sama
bertujuan untuk mednirikan suatu badan, yaitu
berwujud perhimpunan, harta kekayaan yang
disendirikan untuk tujuan tertentu yang dikenal
dengan yayasan.
Unsur-unsur Badan Hukum
 Mempunyai perkumpulan
 Mempunyai tujuan tertentu
 Mempunyai harta kekayaan
 Mempunyai hak dan kewajiban
 Mempunyai hak untuk digugat dan menggugat
Teori Badan Hukum
 Teori Fictie
badan hukum semata-mata buatan negara, badan hukum
sesungguhnya fictie yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dan
yang menjalankannya adalah orang
 Teori harta Kekayaan bertujuan
menurut teori ini, hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hk.
Namun ada kekayaan yang bukan merupakan kekayaan sesorang,
tetapi kekeyaan itu terikat pada tujuan tertentu
 Teori organ
Bh bukan abstrak dan bukan kekayaan yg tdk bersubjek. Tetapi riil
 Teori pemilikan bersama
hak dan kewajiban badan hukum adlah hak dan kewajiban para
anggota bersam-sama
 Teori kenyataan yuridis
BH itu nyata, konkret, riil walaupun tidak bisa diraba, bukan khayal
tetapi kenyataan yuridis
Pembagian Badan Hukum
 Menurut pasal 1653 BW badan hukum dapat dibagi
atas tiga macam :
1. Badan hukum yang diadakan oleh pemerintah atau
kekuasaan umum
2. Badan hukum yang diakui oleh
pemerintah/kekuasaan umum
3. Badan hukum yang didirikan untuk maksud tertentu
yang tidak bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan, Sptr : PT
Klasifikasi badan hukum dari
segi wujudnya
 Koorporasi adlah gabungan orang-orang yang dalam
pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai subjek
hukum tersendiri, karena itu korporasi merupakan badan
hukum yang beranggota, tetapi punya hak dan kewajiban
sendiri terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya.
 Dalam korporasi para anggota bersama-sama merupakan
organ yang memegang kekuasaan terttinggi, sedangkan
yayasan yg memegang kekuasaan tertinggi adlaah
pengurusnya
 Dalam korporasi yang menentukan maksud dan tujuannya
adlah para anggotanyal, orang yg mendirikan
 Pada korporasi ttitik berat pada kekuasaannya dan
kejayanaan , yayasan pada kejayaan yg ditujukan utk
mencapai maksud tertentu
BH dari bentuknya
 Badan hukum Publik
 Badan Hukum Privat

Kriteria Untuk menentukan Badan Hukum


Publik/Privat
 Berdasarkan terjadinya, Badan hukum privat didirikan
oleh perseorangan, Publik oleh Pemerintah/Negara
 Berdasarkan lapangan kerjanya, apakah lapangan
kerjanya untuk kepentingan umum/tidak.
Syarat Badan Hukum
 Adanya harta kekayaan yang terpisah
 Mempunyai tujuan tertentu
 Mempunyai kepentingan sendiri
 Ada organisasi yang mengatur
Objek Hukum
 Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi
subjek hukum yang dapat menjadi pokok suatu
hubungan hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai
oleh subjek hukum.
 Objek hukum adalah benda (zaak) atau segala sesuatu
yang dibendakan/dimiliki
Menurut sistem hukum perdata barat benda
dapat dibedakan sebagai berikut :
 Benda bergerak dan benda tidak bergerak
karena sifatnya, atau penetapan undang-undang
dinyatakan sebagai benda tidak bergerak
ada 3 golongan benda tak bergerak :
1. Benda yang menurut sifatnya, ex, tanah
2. Benda yang menurut tujuan pemakainnya, ex:
pabrik, perkebunan, dll
3. Benda yang menurut penetapan UU sebagai benda
tidak bergerak , ex. Hak hipotek, tanggungan dll,
kapal yang berukuran 20 meter kubik ke atas
Benda bergerak (roerende
goederen)
 Benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan
undang-undang diyatakan benda bergerak
 Ad dua golongan benda bergerak :
1. benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti
benda tersebut dapat dipindah atau dipindahkan dari
suatu tempat ketempat lain.
2. benda yang menurut penetapan undang-undang
sebagai benda bergerak ialah segala hak atas benda-
benda bergerak, misalnya hak memetik hasil dan hak
memakai atas bunga yang dibayar selama hidup
seseorang, dll
Lembaga Hukum
 Lembaga hukum (rechtinstituut) adalah himpunan
peraturan-peraturan hukum yang mengandung
beberapa persamaan atau bertujuan untuk mencapai
objek yang sama
 Oleh karena itu ada himpunan peraturan-peraturan
hukum yang mengatur mengenai perkawinan “
lembaga hukum perkawinan”
Asas Hukum
 Untuk membentuk peraturan perundang-undangan
diperlukan asas hukum, karena asas hukum
memberikan pengarahan terhadap perilaku manusia
didalam masyarakat
 Apeldoorn asas hukum adalah asas yang melandasi
peraturan hukum positif yang khusus atau yang
melandasi pranata-pranata hukum tertentu, atau
melandasi bidang hukum tertentu.
Asas hukum nasional
 Asas manfaat = harus dapat dimanfaatkan sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan
 Asas usaha bersama dan kekeluargaan bahwa usaha
untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa harus
merupakan usaha bersama secara gotong royong
 Asas demokrasi
 Asas adil dan merata
 Asas perikehidupan dalam keseimbangan
 Asas kesadaran hukum
 Asas kepercayaan pada diri sendiri
SISTEM HUKUM
 Bellefroid, bahwa sistem hukum sebagai suatu
rangkaian kesatuan peraturan-peraturan hukum yang
disusun secara tertib menurut asas-asasnya
 Subekti adalah suatu susunan atau tatanan yang
teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-
bagian yang berkaitan satu sama lain, tertsusun
menurut suatu rencana atau pola, hasil suatu
pemikiran untuk mencapai suatu tujuan
Macam-macam sistem hukum
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Dipelopori oleh immanuel kant dan frederich Julius
Stahl yang terdiri dari unsur-unsur : pengakuan dan
perlindungan terhadap ham, negara didasarkan atas
teori trias politica, pemerintahan diselenggarakan
berdasarkan undang-undang, ada peradilan
administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah.
- Hakim tidak lelauasa menciptakan hukum yang
mempunyai kekuatan mengikat mayarakat, hanya
mengikat yang berperkara saja
2. Sistem Hukum Anglo Saxon
 A.v. Dicey (inggris) yang menekankan pada tiga pokok
: 1. supremasi hukum, persamaan dihadapan hukum,
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan
 Sumber hukumnya :
1. putusan-putusan pengadilan atau hakim
2. kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis undang-
undang dan peraturan administrasi negara
- Lebih mengutakaman pada common law, kebiasaan
dan hukum adat dari masyarakat, sedangkan UU
hanya mengatur pokok-pokok saja
3. Sistem hukum adat
 Berasal dari belanda “adatrecht” = snock hurgronje
 Sistem hukum adat adalah sistem hukum yang tidak
tertulis, yang tumbuh dan berkembang serta
terpelihara karena sesuai dengan kesadaran hukum
masyrakatnya.
4. Sistem Hukum Islam
 Sistem hukum islam semula dianut oleh masyarakat
Arab sebagai awal dari timbulnya dan penyebaran
agama islam, kemudian mengikuti laju penyebaran
agama islam, sehingga berkembang ke negara-negara
lain di Asia termasuk Indonesia
 Sumbernya alqur’an, sunnah Nabi, Ijma, Qiyas
Peristiwa Hukum
 Peristiwa atau kejadian hukum pada hakekatnya
adalah peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang
membawa akibat yang diatur oleh hukum dengan kata
lain peristiwa adalah peristiwa-peristiwa dalam
masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum.
 Suatu peristiwa merupakan peristiwa hukum jika
terdapat norma hukum yang mengatur akibat
peristiwa tersebut.
 Perbuatan hukum ada dua macam, bersegi satu
(hibah)dan bersegi dua (jual beli)
Hubungan Hukum dan Hak
 Hubungan yang terjadi dalam masyarakat baik antara
subjek dengan subjek hukum maupun antar subje
dengan objek yang diatur oleh hukum yaitu hak dan
kewajiban.
 Unsur-unsur hubungan Hukum :
1. orang-orang yang hak/kewajibannya saling
berhadapan
2. objek terhadap mana hak/kewajiban berlaku
3. hubungan antara pemilik hak dan pengemban
kewajiban atau hubungan antara objek yang
bersangkutan
SUMBER HUKUM DAN SUMBER
TERTIB HUKUM
 ISTILAH SUMBER HUKUM
SEGALA APA SAJA YANG MENIMBULKAN ATURAN-
ATURAN YANG MEMPUNYAI KEKUATAN YANG
BERSIFAT MEMAKSA, YAKNI ATURAN-ATURAN
KALAU DILANGGAR MENGAKIBATKAN SANKSI
YANG TEGAS DAN NYATA.
PEMBAGIAN SUMBER HUKUM
 SUMBER HUKUM FORMIL
SUMBER HUKUM YANG DIKENAL DALAM
BENTUKNYA.
SUMBER-SUMBER HUKUM FORMIL
1. UU
2. KEBIASAAN (COSTUM) DAN ADAT
3. PERJANJIAN ANTAR BANGSA (TRAKTAT)
4. KEPUTUSAN-KEPUTUSAN HAKIM
5. PENDAPAT ATAU PANDANGAN PARA AHLI
1. UNDANG-UNDANG
 SUATU PERATURAN NEGARA YANG MEMPUNYAI
KEKUATAN HUKUM YANG MENGIKAT DIADAKAN
DAN DIPELIHARA OLEH PENGUASA NEGARA
 MENURUT TJ BUYS, UU MEMPUNYAI 2 ARTI :
 UU DALAM ARTI FORMIIL
SETIAP KEPUTUSAN PEMERINTAH YANG
MERUPAKAN UNDANG-UNDANG KARENA CARA
PEMBUATANNYA
 UU DALAM ARTI MATERIIL
SETIAP KEPUTUSAN PEMERINTAH YANG ISINYA
MENGIKAT SETIAP PENDUDUK
SISTEM DAN TATA URUTAN PER UU RI DALAM TAP
MPRS NO.XX/1996
 TAP MPRS NO.XX/MPRS/1996 SUMBER HK
FORMIIL ANTARA LAIN :
 UUD 1945
 KETETAPAN MPR
 UU/PERPU
 PERATURAN PEMERINTAH
 KEPUTUSAN PRESIDEN
 PERATURAN LAINNYA SEPERTI, PEMEN,
INSTRUKSI MENTERI, PERDA DAN SEBAGAINYA
KETETAPAN MPR NO.III/MPR/2002 TENTANG
SUMBER HUKUM DAN TATA URUTAN PERUU
 UNDANG-UNDANG DASAR 1945
 KETETAPAN MPR
 UNDANG-UNDANG
 PERPU
 PP
 KEPUTUSAN MENTERI
 PERATURAN DAERAH
UU NO.10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
 UUD 1945
 UU/PERPU
 PERATURAN PEMERINTAH
 PERATURAN PRESIDEN
 PERATURAN DAERAH
UU NO.12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN
PERUU
 UUDNRI TAHUN 1945
 KETETAPAN MPR
 UU/PERPU
 PERATURAN PEMERINTAH
 PERATURAN PRESIDEN
 PERATURAN DAERAH PROPINSI, DAN
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
 PERATURAN MPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI,
MENTERI BADAN ATAU KOMISI YANG SETINGKAT
YANG DIBENTUK DENGAN UU, DPRD
PROPINSI,DLL
UUD 1945
 UUD 1945 ADALAH HUKUM DASAR TERTTULIS
DISAMPING HUKUM DASAR YANG TIDAK
TERTULIS YANG MERUPAKAN SUMBER HUKUM,
MISALNYA KEBIASAAN (KONVENSI), TRAKTAT
DAN SEBAGAINYA
 MENURUT K. WANTJIK SALEH
 UUD ADALAH PERUU YANG TERTINGGI DALAM
SUATU NEGARA, YANG MENJADI DASAR PERUU,
SEMUA PERUU HARUS TUNDUK KEPADA UUD
ATAU TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN
UUD
KETETAPAN MPR
 MERUPAKAN PRODUK LEGISLATIF YANG
MERUPAKAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH MPR,
YANG DITUJUKAN KELUAR (DARI MAJELIS) YAITU
MENGATUR GARIS-GARIS BESAR DALAM BIDANG
LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF.
 ISTILAH KETETAPAN DALAM TAP MPR
SEBENARNYA TIDAK ADA DALAM UUD 1945.
 ISTILAH INI DIAMBIL MPRS PADA SIDANG
PERTAMA TAHUN 1960, DARI BUNYI PASAL 3 UUD
1945, DIMANA TERDAPAT SUMBER2 HUKUM,
MENETAPKAN UUD, GBHN MEMILIH PRESIDEN
DAN WAKIL PRESIDEN
UU/PERPU
 SEGALA PERATURAN TERTULIS YANG DIBUAT
OLEH PENGUASA (PUSAT/DAERAH) YANG
MENGIKAT DAN BERLAKU UMUM. MISAL : UU
DARURAT
 UU ADALAH SALAH SATU BENTUK PERATURAN
PERUU YANG DIADAKAN UTK MELAKSANAKAN
UUD DAN KETATAPAN MPR
 DISEBUT UNDANG-UNDANG ORGANIK
 SAH DINYATAKAN BERLAKU APABILA TELAH
DIUNDANGKAN DALAM LEMBARAN NEGARA
OLEH SEK NEGARA DAN TANGGAL BERLAKUKNYA
UU MENURUT TANGGAL YANG DITENTUKAN
DALAM UU
ASAS PERUU
 UU TIDAK BERLAKU SURUT (ASAS REKTROAKTIF)
 UNDANG-UNDANG YANG DIBUAT OLEH
PENGUASA YANG LEBIH TINGGI MEMPUNYAI
KEDUDUKAN YANG LEBIH TINGGI PULA (LEX
SUPERIORE DEROGAT LEGI INFERIORI)
 UU YANG BERSIFAT KHUSUS MENGEYAMPINGKAN
UU YANG BERSIFAT UMUM (LEX SPESIALIS
DEROGAT LEX GENERALI)
 UU YANG BERLAKU KEMUDIAN MEMBATALKAN
UU YANG TERDAHULU YANG MENGATUR HAL
TERTNTU YANG SAMA (LEX POSTERIORI
DEROGAT LEX PREORI)
 UU TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT
SUATU UU TIDAK DAPAT
BERLAKU APABILA
 JANGKA WAKTU BERLAKUNYA SUDAH HABIS
 KEADAAN ATAU HAL UNTUK MANA UU ITU
DIBUAT SUDAH TIDAK ADA LAGI
 UU TERSEBUT DICABUT OLEH INSTANSI YANG
MEMBUAT ATAU INSTANSI YANG LEBIH TINGGI
 TELAH ADA UNDANG-UNDANG YANG BARU YANG
ISINYA BERTENTANGAN ATAU BERLAINAN
DENGAN UU YANG DAHULU BERLAKU
PERPU
 PERATURAN INI DIBENTUK DALAM HAL
KEGGENTINAGN YANG MEMAKSA ATAU KARENA
KEADAAN-KEADAAN YANG MENDESAK
 ISTILAH PERPU DALAM KONSTITUSI RIS DAN
UUDS 1950 DISAMAKAN DENGAN UNDANG-
UNDANG DARURAT BAIK DALAM
PEMBENTUKANNYA ATAU KEKUATANNYA
 DIATUR DALAM PASAL 22 UUD 1945
PERATURAN PEMERINTAH
 PP DITETAPKAN UNTUK MENJALANKAN UU
SEBAGAIMANA MESTINYA (PASAL 5 AYAT (2) UUD
1945)
 TIDAK MUNGKIN MENETAPKAN PP SEBELUM ADA
UNDANG-UNDANG
PERPRES, PENPRES, KEPRES
 UU, PERPU DAN PP ADALAH BENTUK PERUU
YANG DISEBUTKAN DALAM UUD 1945, TETAPI
PERPRES DAN KEPRES SEBAGAI BENTUK
PERATURAN BARU TIDAK DISEBUTKAN DALAM
UUD 1945
 PENPRES DAN PERPRES MUNCUL SETELAH
ADANYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959
PERATURAN PELAKSANA
LAINNYA
 PERATURAN INI MERUPAKAN BENTUK
PERATURAN YANG ADA SETELAH TAP MPRS NO.
XX/MPRS/1996
 PERATURAN PELAKSANA LAINNYA DAPAT
BERBENTUK PERMEN, INSTRUKSI MENTERI,
KEPUTUSAN PANGLIMA TNI DAN LAIN-LAIN
YANG BERSUMBER DARI PERUU YANG LEBIH
TINGGI
PERDA
 PERDA DIBUAT OLEH DPRD BERSAMA-SAMA
DENGAN PEMERINTAH DAERAH
 PERDA PERATURAN LAIN YANG DIBUAT OLEH
PEMERINTAH DAERAH BAIK PEMERINTAH
PROPINSI ATAUPUN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA DA;AM RANGKA UNTUK
MENGATUR RUMAH TANGGANYA SENDIRI
1.2. KEBIASAAN (CONVENTION)
DAN ADAT
 KEBIASAAN ADALAH PERBUATAN MANUSIA YANG
TETAP DILAKUKAN BERULANG-ULANG DALAM
HAL YANG SAMA
 APABILA KEBIASAAN TERSEBUT DITERIMA OLEH
MASYARAKAT DAN KEBIASAAN TERSEBUT
DIANGGAP SEBAGAI HUKUM
TRAKTAT
 PERJANJIAN ANTAR DUA NEGARA ATAU LEBIH
 TRAKTAT TERDIRI DARI , TRAKTAT BILATERAL =
TRAKTAT YANG DIADAKAN ANTARA DUA
NEGARA, TRAKTAT MULTILATERAL = YANG
DIDAKAN OLEH LEBIH DARI DUA NEGARA,
TRAKTAT KOLEKTIF ATAU TRAKTAT TERBUKA
YAITU TRAKTAT MULTILATERAL YANG
MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA NEGARA-
NEGARA YANG PADA PERMULAAN TIDAK TURUT
MENGADAKAN PERJANJIAN TETAPI KEMUDIAN
JUGA MENJADI PIHAKNYA, PIAGAM PBB
YURISPRUDENSI
 KEPUTUSAN HAKIM TERDAHULU YANG SERING
DIIKUTI DAN DIJADIKAN DASAR KEPUTUSAN
HAKIM KEMUDIAN MENGENAI MASALAH YANG
SAMA
 DASARNYA ASAS IUS CURIA NOVIT
 PRAPERADILAN BG TERHADAP PENETAPAN STTS
TERSANGKA OLEH KPK
DOKTRIN
 PERNYATAAN ATAU PENDAPAT PARA AHLI
HUKUM
 DALAM KENYATAANNYA PENDAPAT PARA AHLI
BANYAK DIIKUTI ORANG, DAN MENJADI DASAR
ATAU BAHKAN PERTIMBANGAN DALAM
PENETAPAN HUKUM BAIK OLEH PARA HAKIM
KETIKA AKAN MEMUTUSKAN SUATU PERKARA
MAUPUN OLEH PEMBENTUK UNDANG-UNDANG
2. SUMBER HUKUM MATERIIL
 SUMBER HUKUM YANG MENENTUKAN ISI
HUKUM
 SUMBER INI DIPERLUKAN KETIKA AKAN
MENYELIDIKI ASAL USUL HUKUM DAN
MENENTUKAN ISI HUKUM, MISALNYA
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
BANGSA INDONESIA YANG KEMUDIAN MENJADI
FALSAFAH NEGARA MERUPAKAN SUMBER
HUKUM DALAM ARTI MATERIIL YANG TIDAK SAJA
MENJIWAI BAHKAN DILAKSANAKAN OLEH
SETIAP PERATURAN HUKUM
 PANCASILA ADALAH ALAT PENGUJI UNTUK
SETIPA PER HUKUM YANG BERLAKU
SUMBER TERTIB HUKUM
 SUMBER TERTIB HUKUM ADALAH PANDANGAN
HIDUP, KESADARAN DAN CITA-CITA HUKUM
SERTA CITA-CITA MORAL YANG MELIPUTI
SUASANA KEJIWAAN SERTA WATAK DARI BANGSA
INDONESIA, IALAH CITA-CITA MENGENAI
KEMERDEKAAN INDIVIDU, DLL
 SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM BAGI
BANGSA INDONESIA MELIPUTI PROKLAMASI 17
AGUSTUS, DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959, DAN
SURAT PERINTAH 11 MARET 1996
Sumber tertib hukum
a. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
1. membentuk Negara nasional yang bebas dan
berdaulta sempurna
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila ;
3. Ikut serta membentuk dunia baru yang damai, abadi,
bebas dari segala bentuk penghisapan manusia oleh
manusia dan bangsa oleh bangsa
2. Dekrit Presiden 5 juli 1959
 Dekrit presiden 5 juli 1959 merupakan sumber bagi
berlakunya kembali UUD 1945. dikeluarkan
berdasarkan hokum darurat Negara, mengigat
keadaan ketatanegaraan yang membahayakan
persatuan keselamatan Negara, nusa dan bangsa serta
merintangi pembangunan semesta, untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur disebabkan
kegagalan konstituante untuk melaksnakan tugasnya
menetapkan UUD bagi bangsa dan NKRI
3. undang-undang dasar
proklamasi
 UUD 1945 merupakan perwujudan dari tujuan
proklamasi 17 Agustus 1945 dan sekaligus merupakan
tujuan dari NKRI terdiri dari pembukaaan dan pasal-
pasal.
 Pembukaan
 Batang tubuh UUD 1945
4. Surat perintah 11 maret
 Supersemar berisi perintah kepada letjen Soeharto
Men/pangad untuk atas nama presiden/panglima
tinggi abri mengambil segala tindakn yang dianggap
perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan
serta kesetebilan jalannya pemerintahan NKRI
Disiplin Hukum

 Disiplin adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau


gejala-gejala yang dihadapi. Disiplin dapat dibedakan
antara : (1) disiplin analitis ( yang menganalisis,
memahami serta menjelaskan) dan (2) disiplin
preskriptif (yang menentukan apakah yang seyogyanya
atau seharusnya dilakukan).
 Sebagai sistem ajaran, disiplin hukum merupakan sistim
ajaran yang : (1) menentukan apakah yang seyogyanya atau
seharusnya dilakukan (preskriptif) maupun (2) yang
senyatanya dilakukan (deskriptif) di dalam hidup.
 Disiplin Hukum mencakup: (1) ilmu-ilmu hukum, (2)
politik hukum dan (3) filsafat hukum.
Ilmu Hukum
Sebagai kumpulan ilmu pengetahuan, ilmu hukum
mencakup:
1. Ilmu tentang kaidah.
2. Ilmu tetang Pengertian dalam hukum.
3. Ilmu tentang kenyataan hukum.
Kaidah Hukum dan kaidah-kaidah
yang lain.
Kaidah aspek hidup pribadi terdiri dari:
 Kaidah Kepercayaan;
 Kaidah Kesusilaan.

Kaidah aspek hidup antar pribadi terdiri


dari:
 Kaidah Kesopanan/Sopan santun;
 Kaidah Hukum
Kaidah Kepercayan
Kaidah kepercayaan ditujukan terhadap kewajiban
manusia kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri.

Sumber atau asal kaidah ini adalah ajaran-ajaran


kepercayaan atau agama yang diyakini sebagai
parintah Tuhan.

Pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah ini akan


memperoleh sanksi dari Tuhan
Kaidah Kesusilan
Kaidah Kesusilaan ditujukan kepada manusia agar
mempunyai ahlak yang baik.

Sumber kaidah kesusilaan adalah dari manusia


sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan
kepada sikap lahir, tetapi sikap batin manusi juga.

Pelanggan terhadap kaidah ini menimbulkan rasa


penyesalan dalam hati nurani, rasa malu, takut,
merasa bersalah sebagai sanksi atau reaksi
terhadap pelanggaran kaidah kesusilan.
Kaidah Kesopan/Sopan Satun
Kaidah Kesopan ditujukan kepada sikap lahir
pelakunya demi “kesedapan” hidup antar pribadi.
Kaidah ini mementingkan yang lahir atau formal
dan tidak semata-mata sikap batin .

Kaidah ini membebani manusia dengan kewajiban.


Sanksi diberikan oleh masyarakat, dan bersifat
tidak resmi. Yang memaksakan kepada kita adalah
kekuasaan di luar kita (heteronom).
Kaidah Hukum
 Kaidah hukum melindungi lebih lanjut
kepentingan-kepentingan manusia yang telah
memperoleh perlindungan dari ketiga kaedah
lainnya dan melindungi kepentingan-kepentingan
yang belum mendapat perlindungan dari ketiga
kaedah tadi.
 Kaidah hukum ditujukan pada tindakan konkrit,
bukan untuk penyempurnaan manusia, melainkan
untuk ketertiban masyarakat.
Kaidah Hukum
 Isi kaidah hukum ditujukan pada sikap lahir manusia.
Kaidah hukum mengutamakan perbuatan lahir, apa
yang dibatin/difikirkan tidak menjadi urusan hukum.
Seorang tidak dapat dihukum karena apa yang ada
dalam fikiran/batinnya (cogitationis poenam nemo
patitut).
 Pada hakekatnya hukum itu tidak mempersoalkan
sikap batin manusia.
Kaidah Hukum
 Hukum tidak memberi pedoman tentang bagaimana
seharusnya batin manusia itu.
 Setelah terjadi suatu perbuatan lahir yang relevan bagi
hukum, kemudian hukum mencampuri sikap batin
manusia (misal, ada/tidaknya kesengajaan,
perencanaan, itikad baik).
 Kaidah hukum berasal dari luar diri manusia
(heteronom).
Sollen – Sein dalam hukum
 Kaidah hukum mrpkn ketentuan atau pedoman
tentang apa yang seyogya atau seharusnya dilakukan.
 Kaidah hukum berisi kenyataan normatif : das sollen
dan bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa
konkrit: das sein.
 Dalam hukum yang penting bukanlah apa yang
terjadi, tetapi apa yang seharusnya terjadi. Perbuatan
korupsi (sein) seharusnya (sollen) dihukum.
Sollen – Sein dalam hukum
 Koruptor dihukum bukan akibat dari korupsi yang
dilakukan tetapi, koruptor harus dihukum
berdasarkan undang-undang yang melarangnya. Jadi
dalam hukum tidak berlaku hukum sebab akibat.
Arti Hukum
 Berbagai arti yang diberikan oleh masyarakat pada
hukum:
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni
pengetahuan yang disususn secara sistematis atas
dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran
tentang kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi
3. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau
patokan sikap tindak atau perikelakuan yang
pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur
dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum
yang berlaku pada suatu waktu dan tempat
tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-
pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum
(“law-enforcement officer”)
6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil
proses diskresi yang menyangkut: “ ...decision making
not strictly governed by legal rules, but rather with a
significant element of personal judment.”
Diskresi adalah: “an authority confered by law to act
in certain conditions or situations in accordance with
an official’s or an official agency’s own considered
judment and conscience. It is an idea of morals,
belonging to the twilight zone between law and morals.”
7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu
proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur
pokok dari sistem kenegaraan. Artinya hukum
dianggap sebagai: “A command or prohibition
emanating from the authorized agency of the
state..., and backed up by the authority and
capacity to exercise force which is characteristic of
the state”. (Henry Pratt et.al. 1976). Dalam hal ini
hukum juga diartikan sebagai: “...the normative live
of a state and its citizens, such as legislation,
litigation, and adjudication.” (Donald Black, 1976).
8. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan
yang “teratur”. Yaitu perikelakuan yang diulang-ulang
dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk
mencapai kedamaian .
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari
konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap
baik dan buruk.
Hukum sebagai sistim kaidah
 Kaidah hukum dari sudut daya cakup maupun
hierarki meliputi kaidah abstrak atau umum dan
kaedah hukum konkrit atau individuil.
 Teori “stufenbau” Hans Kelsen
 Konstitusi merupakan kaedah tertinggi dari tertib
nasional. Sahnya konstitusi bukanlah didasarkan
pada suatu kaedah hukum posifif, akan tetapi
didasarkan pada suatu kaedah yang dirumuskan
oleh pemikiran yuridis, yang menrupakan suatu
kaedah dasar yang hipotetis.
Ajaran Kelsen

 Suatu tata kaidah hukum merupakan sistim


kaidah-kaidah hukum secara hierarkis .
 Susunan kaidah-kaidah hukum yang
disederhanakan dari tingkat terbawah ke atas
adalah:
a. Kaidah-kaidah individuil dari badan-
badan pelaksana hukum, terutama pengadilan,
b. Kaidah-kaidah umum di dalam undang-
undang atau hukum kebiasaan,
c. Kaidah-kaidah konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai