Anda di halaman 1dari 16

ASSALAMUALAIKUM WR,WB

NAMA :
1. DEDI SAHPUTRA
2. IFROH AMALIA
3. MIFTAHUL JANNAH
4. MUTI’ATUN NAFISAH
5. TUTIK HIDAYATI
GGK (GAGAL GINJAL
KRONIK)
DEFINISI

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang


progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak
mampu memelihara meta-bolisme ,keseimbangan cairan, dan
elektrolit yang berakibat pada peningkat-an ureum. Pada pasien
gagal ginjal kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap,
tidak bisa disembuhkan, dan memerlukan pengobatan berupa
trans-plantasi ginjal, dialisis peritoneal, hemodialisis, dan rawat
jalan dalam jangka waktu yang lama (B & Hawk, 2014).
ETIOLOGI
Kondisi lain yang dapat mempengaruhi ginjal yaitu:
• Glomerulonefritis, yang merupakan kumpulan penyakit yang menyebabkan
inflamasi dan kerusakan pada unit penyaring pada ginjal.
• Penyakit bawaan seperti penyakit ginjal polikistik, yang mana dapat
menyebabkan pembentukan kista pada ginjal dan merusak jaringan di
sekitarnya.
• Lupus dan penyakit lain yang dapat mempengaruh sistem kekebalan tubuh
• Obstruksi yang disebabkan karena batu ginjal, tumor atau pembesaran
kelenjar prostat pada pria serta,
• Infeksi saluran kencing yang berulang
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:
• Sesuai penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus
eritomatous sistemik (LES), dan lain sebagainya
• sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer,
pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
• Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida).
PATOFISIOLOGI
penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi
kurang lebih sama. Ginjal mempunyai kemampuan untuk beradaptasi,
pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang
di perantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan tekanan
kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat,
kemudian terjadi proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang
progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
LANJUTAN

Adanya peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-


aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap terjadinya progresifitas Penyakit ginjal kronik
KOMPLIKASI
Kelebihan cairan pada pasien HD dapat menimbulkan
komplikasi lanjut seperti hipertensi, aritmia, kardiomio-pati,
uremik perikarditis, efusi perikardial, gagal jantung, edema
pulmonal, nyeri uremik lung, dan sesak nafas. Indikator
keberhasilan pasien HD mengelola cairan adalah dengan
mengontrol kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan dalam
waktu singkat dapat berarti peningkatan jumlah cairan dalam
tubuh (Bots, et al,2005).
PENATALAKSANAAN

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang menderita gagal ginjal


kronik yang menjalani hemodia-lisa. Teknik pengambilan sampel mengguna-
kan purposive sampling dengan kriteria inklusi adalah pasien yang menderita
gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa secara rutin 2 (dua)
kali perminggu dan bersedia menandatangani informend consent sebagai
responden. Jumlah sampel penelitian ini adalah 68 responden; 34 responden
untuk kelompok intervensi dan 34 responden untuk kelompok kontrol.
Kelompok intervensi diberikan perlakuan menghisap slimber ice yang telah
disediakan dengan volume 30 ml tiap pasien selama proses dialisis
berlangsung dalam 1 (satu) sesi.
JURNAL 1
Konsep Teknik Menghisap Slimber Ice Terhadap Intensitas Rasa
Haus Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa

Kelompok intervensi diberikan perlakuan menghisap


slimber ice yang telah disediakan dengan volume 30 ml tiap pasien
selama proses dialisis berlangsung dalam 1 (satu) sesi. Sebelum
diberikan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pendekatan dan
penjelasan kepada pasien cara menghisap slimber ice serta
diberikan pre-test. Kelompok kontrol diberikan penyuluhan
kesehatan tentang cara pembatasan cairan serta manajemen rasa
haus secara berkelompok pada setiap jadwal pertemuan
hemodialisa dimana terdapat 3 (tiga) kali pertemuan pada
kelompok kontrol dengan jeda waktu 1 (satu) hari yaitu senin,
JURNAL 2
MENGUNYAH PERMEN KARET RENDAH GULA
PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS.

Penelitian Yahrini (2009, hlm.67) yang melibatkan 40 pasien yang menjalani


hemodialisis di RSUD Kota Langsa tahun 2009 menujukkan bahwa permen karet dapat
meningkatkan jumlah sekresi saliva untuk mengurangi rasa haus dan xerostomia dengan
jumlah rata – rata 2,7 mL per menit dan 2,8 mL per menit. Estimasi yang sama juga
dikemukakan oleh Veerman, dkk (2005, hlm.9) bahwa mengunyah permen karet merupakan
terapi alternatif yang dapat diberikan untuk merangsang kelenjar ludah atau terapi paliatif
pada pasien yang menjalani hemodialisis. Pasien yang mengeluh mengalami haus, mulut
kering dan mengunyah permen karet ditemukan lebih banyak mengalami pengurangan rasa
haus (60%) dibandingkan yang mendapat terapi saliva pengganti (15%).
JURNAL 3
MENGULUM ES BATU TERHADAP PENURUNAN
RASA HAUS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL
KRONIS.

Penggunaan es batu dengan cara dikulum. Penggunaan es batu dengan


cara dikulum juga efektif untuk perawatan mulut dan mengatasi mulut kering
(xerostomia) (Grace & Borley. 2005. hal 349). Mengulum es batu dinilai efektif
untuk mengurangi rasa haus yang dialami oleh pasien yang mengalami
hemodialisis. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanny pada pasien
penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dengan diberikan intervensi
berupa mengulum es batu dinilai efektif untuk mengurangi rasa haus yang
dirasakan pada pasien (Salemihardja, 2010, ¶ 24).
WASSALAMUALIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai