Direncanakan 2. Mendefinisi Pengembangan Organisasi 3. Tujuan-Tujuan dari Perubahan Organisasi 4. Sasaran dan Tujuan Program Pengembangan Organisasi 5. Pengembangan Organisatoris 6. Teknik Pengembangan Organisatoris PERUBAHAN YANG DIRENCANAKAN
Era modern dicirikan oleh apa yang dinamakan "munculnya spirit
rasional", yakni keyakinan bahwa ilmu pengetahuan dapat membantu kita dalam hal memperbaiki sistem-sistem hidup. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan bidang hubungan-hubungan antar manusia dan perilaku organisasi yang muncul, dalam hal mencapai perbaikan-perbaikan pada organisasi-organisasi manusia. Proses perubahan yang direncanakan mencangkup: Sebuah agen perubahan (a change agent) Sebuah sistem klien (a client system) Upaya kerjasama (Kolaboratif) Untuk memanfaatkan pengetahuan yang tepat terhadap problem-problem klien yang bersangkutan. Bennis, Benne dan Chin membedakan perubahan yang direncanakan dari perubahan-perubahan jenis lainnya apabila ia mencangkup: Penetapan tujuan secara bersama Rasio kekuatan yang sama Pertimbangan-pertimbangan pada kedua belah pihak Perubahan yang direncanakan berbeda dibandingkan dengan "Operations Research" yang merupakan jenis upaya perubahan yang lain. Adapun perbedaannya sebagai berikut: 1. Tipe-tipe Perubahan tersebut berbeda sehubungan dengan pengidentifikasian variabel-variabel strategis, maksudnyanya variabel- variabel meningkatkan timbulnya perbedaan dalam hasil pekerjaan sistem yang bersangkutan. 2. Perubahan yang direncanakan berbeda dibandingkan dengan Operations Research sehubungan dengan pentingnya hubungan dengan pihak klien. 3. Operations Research sebagai perubahan yang direncanakan memusatkan perhatian pada pengimplementasian, melalui aktivitas, konseling, pelatihan, rencana-rencana pengembangan manajemen dan sebagainya. 4. Perubahan yang direncanakan kurang mementingkan ide sistem dalam hal pendekatannya dibandingkan dengan operations research. 5. Ide sebuah tim interdisipliner, yang merupakan intisari dari operations research, kiranya tidak merupakan bagian dari program-program perubahan yang direncanakan. MENDEFINISIKAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
Pengembangan organisasi (Organisation Development = Od)
berhubungan dengan suatu strategi, sistem, proses-proses guna menimbulkan perubahan organisatoris sesuai dengan rencana, sebagai suatu alat guna menghadapi situasi situasi yang berubah yang dihadapi oleh organisasi modern, dan yang berupaya untuk menyesuaikan diri (mengadaptasi) dengan lingkungan mereka. Menurut W. G. Bennis, pengembangan organisasi merupakan sebuah reaksi terhadap perubahan, dan ia merupakan strategi pendidikan kompleks, yang bertujuan untuk mengubah keyakinan, nilai-nilai dan struktur-struktur organisatoris, agar dapat menyesuaikan diri secara efektif dengan teknologi-teknologi baru, pasar-pasar yang berubah dan tantangan-tantangan yang muncul, dan tingkat perubahan yang tidak menentu R. Beckhard mendefinisi pengembangan organisasi sebagai sebuah pengembangan yang direncanakan yang mencangkup seluruh organisasi dan yang dimanajer dari puncak, dan yang bertujuan untuk memperbesar efektivitas dan kesehatan suatu organisasi melalui intervensi-intervensi yang terencana, dalam proses organisatoris dengan memanfaatkan pengetahuan yang dicapai dari ilmu tentang perilaku (behavioral science). W. French berpendapat bahwa pengembangan organisasi merupakan sebuah upaya jangka panjang, guna memperbaiki kemampuan memecahkan problem suatu organisasi, dan kemampuan untuk menghadapi unsur perubahan dalam lingkungan eksternalnya dengan bantuan perilaku-perilaku perubahan (change agents). Perlu diingatkan bahwa pengembangan organisasi berbeda dengan pengembangan manajemen. Pengembangan manajemen diperlukan untuk mengembangkan para manajer secara individual untuk mencapai hasil pekerjaan lebih baik dalam kerangka kerangka organisatoris, sedangkan pengembangan organisasi, melangkah satu langkah lebih maju, dan ia bertujuan untuk mengubah seluruh iklim organisatoris di mana para manajer bertugas. TUJUAN-TUJUAN DARI PERUBAHAN ORGANISASI
Greiner dan Barnes mengategorikan tujuan-
tujuan yang paling umum seperti misalnya: Hasil pekerjaan yang lebih baik Penerimaan teknik-teknik baru Motivasi yang meningkat Inovasi lebih banyak Kerjasama yang meningkat Absennya pekerja dalam jumlah lebih sedikit Di belakang tujuan-tujuan tersebut terdapat dua macam sasaran dasar sebagai berikut: Perubahan-perubahan dalam tingkat penyesuaian suatu organisasi terhadap lingkungannya Perubahan-perubahan dalam pola-pola perilaku internal para pekerja. SASARAN-SASARAN DAN TUJAAN-TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN ORGANISASI
Sasaran dan tujuan demikian tergantung pada diagnosis
kebutuhan-kebutuhan suatu organisasi, karena upaya pengembangan organisasi berkaitan dengan metode metode merangsang perubahan yang terpusatkan pada klien. Beberapa diantara tujuan tujuan normatif pengembangan organisasi adalah: 1. Perbaikan dalam kompetensi antar-pribadi 2. Perubahan dalam sistem sistem nilai demikian rupa, hingga faktor- faktor manusia dan perasaan-perasaan dapat dianggap sah 3. Pengembangan pemahaman antar kelompok dan intra-kelompok guna mengurangi ketegangan ketegangan (misalnya kapasitas dari kelompok-kelompok fungsional untuk bekerja efektif) 4. Pengembangan metode-metode lebih baik dalam hal penyelesaian konflik dibandingkan dengan metode-metode birokratik yang biasanya dilaksanakan 5. Pengembangan sebuah sistem organik dan bukan sistem mekanikal. Secara komprehensif, tujuan-tujuan dasar pengembangan organisasi berhubungan dengan upaya memperbaiki kesehatan organisasi, perbaikan dalam kemampuannya untuk memecahkan masalah-masalah; dan perbaikan dalam kemampuannya untuk menghadapi kondisi kondisi lingkungan yang mengalami perubahan terus menerus. PENGEMBANGAN ORGANISATORIS (ORGANIZATIONAL DEVELOPMENT) MENURUT DAVID R. HAMPTON Makin dihargainya peranan dinamika kelompok (group dynamic) dalam aktivitas organisatoris, telah menyebabkan munculnya suatu gerakan yang aktif dan yang makin meluas dalam bidang manajemen. Adapun tujuannya menerapkan pengetahuan dari bidang ilmu tentang perilaku (behavioral-science knowledge) untuk membentuk proses-proses kelompok dan hubungan-hubungan antar kelompok, demikian rupa, hingga mereka membantu efektivitas organisatoris. Gerakan ini biasanya dinamakan orang "Pengembangan Organisatoris" atau "Organizational Development” dengan singkatan OD. Adapun premis pokoknya adalah bahwa oleh karena organisasi-organisasi merupakan himpunan-himpunan kelompok- kelompok yang tumpang tindih (Clusters Of Overlapping Groups), maka apabila kelompok-kelompok tersebut dapat dibuat demikian rupa sehingga mereka dapat berfungsi lebih efektif, maka efektivitas yang meningkat bagi organisasi total akan timbul. Organisasi-organisasi harus mengembangkan reaksi cepat atas lingkungan-lingkungan yang berubah dan alat-alat efektif guna menghadapi konflik. Untuk melakukan hal tersebut, maka organisasi organisasi perlu membantu pemimpin-pemimpin dan para anggotanya dalam hal mengembangkan hubungan-hubungan kerjasama, mencapai hasil prestasi tinggi, dan memecahkan konflik-konflik yang terjadi. Premis mengembangkan organisatoris adalah bahwa diperlukan pembaharuan organisasi-organisasi secara konstan, agar mereka lebih memuaskan dan lebih produktif. TEKNIK-TEKNIK PENGEMBANGAN ORGANISATORIS
Dalam situasi tertentu, para konsultan pengembangan organisatoris
bekerja sama dengan sebuah tim manajemen untuk mempersatukan kelompok yang ada, dan kemudian para anggota kelompok diminta untuk menilai diri mereka sendiri melalui sebuah skala, yang merefleksi dimensi-dimensi pengembangan tim. Mungkin, konsultan lain, menyatukan kelompok-kelompok yang sedang berkonflik untuk kemudian meminta mereka menyampaikan persepsi mereka tentang diri mereka masing-masing dan tentang masing- masing pihak Mungkin pula konsultan lain, lebih senang mempersatukan sejumlah bawahan, guna mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi mereka dengan pihak atasan mereka dan kemudian pihak atasan tersebut diberikan informasi yang dicapai. Ada pula konsultan yang mungkin mensurvai para karyawan tentang problem-problem organisatoris, untuk kemudian data yang dicapai disampaikan kepada pihak manajemen. Ada lagi konsultan, yang memanfaatkan laboratoria latihan kepekaan (sensitivity training laboratories), di mana para partisipan bekerja untuk menjadi sensitif (peka) terhadap perilaku mereka dan dampaknya atas pihak lain. Pada manajemen kontemporer, penggunaan teknik-teknik tersebut yang berlandaskan ilmu tentang perilaku, adalah analog dengan teknik-teknik yang berdasarkan ilmu fiskal yang direncanakan penggunaannya untuk mendesain sistem-sistem produksi. Pengetahuan tentang ilmu perilaku, semakin tumbuh dan berkembang sehubungan dengan proses-proses kelompok efektif. Jadi, secara merangkumkan dapat kita mengatakan bahwa beberapa diantara teknik teknik pengembangan organisatoris adalah: Pembentukan tim Pertemuan-pertemuan konfrontasi Survai-survai dan feedback Laboratoria latihan-latihan STUDI KASUS PT POS INDONESIA PT pos indonesia merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang jasa, pos indonesia menyelenggarakan layanan pos bagi masyarakat baik di dalam maupun luar wilayah indonesia. PT pos indonesia saat ini adalah PT pos yang berbeda dengan PT pos sebelum tahun 2009. PT pos yang ada saat ini adalah PT pos dengan semangat baru, dengan manajemen yang jauh lebih baik, didukung oleh infrastruktur yang lebih canggih yang bertujuan untuk mengutamakan kepuasan pelanggan. Dalam dunia bisnis, PT pos indonesia (PT pos) merupakan contoh nyata, bagaimana suatu perusahaan tetap berdiri kokoh bak karang di laut lepas meski berkali-kali dihantam badai perubahan. Ancaman-ancaman
Ancaman Perubahan pertama tatkala perusahaan yang berdiri pada tanggal
26 Agustus 1746 atau 265 tahun lalu ini dipaksa mengubah jenis badan usahanya dari jawatan menjadi perusahaan umum (perum), dan lantas rubah lagi jadi perseroan terbatas (PT) pada tahun 1995. Perubahan ini membawa konsekuensi berat. Pasalnya, sebagai perusahaan jawatan, peran PT Pos semata-mata diarahkan sepenuhnya memberikan pelayanan publik hingga tidak bersifat komersial atau mencari untung. Sementara sebagai BUMN berbentuk PT maka perusahaan berlogo burung merpati ini dituntut meraup profit, dengan tetap berkewajiban melayani layaknya perusahaan jawatan. Namun setelah beroperasi selama sekitar 250 tahun sebagai perusahaan non profit dan kini dipaksa mengubah diri berorientasi laba, tentu jauh dari kata mudah. Perubahan dan Pengembangan yang Dilakukan Oleh Pt Pos Indonesia Reinventing Goverment atau wirausaha birokrasi, pemerintah dengan bergaya wirausaha ini menjadi cara yang efisien dan efektif untuk menghindari kebangkrutan suatu birokrasi. Birokrasi yang digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya, akan lebih efektif dan efisien. Dengan mendudukan misi organisasi sebagai tujuan, mereka dapat mengembangkan sistem anggaran dan peraturan sendiri yang memberi keleluasaan kepada karyawannya untuk mencapai misi organisasi tersebut. Organisasi yang digerakkan oleh misi lebih efektif, efisien, inovatif, fleksibel, dan semangat yang tinggi dari pada organisasi yang digerakkan oleh peraturan. PT Pos yang ada saat ini adalah PT Pos yang digerakkan oleh misi. Dengan misi, PT Pos akhirnya menyusun target-target untuk mencapai misinya. PT Pos digolongkan menjadi organisasi terbuka karena selalu mempertimbangkan situasi lingkungan luar untuk memutuskan kebijakan yang akan diambil. Lingkungan luar yang dijadikan pertimbangan antara lain perkembangan teknologi informasi, perubahan budaya masyarakat yang tidak lagi sering mengirimkan surat untuk menjalin komunikasi antar individu, pesaing yang ada, serta mitra yang ada. Pos Indonesia bertransformasi seperti pada gambar 3, dari perusahaan persuratan (postal company) menjadi perusahaan jaringan (network compay). Dengan adanya perubahan ini, pos membuat berbagai diferensiasi produk dan lini bisnis baru sejalan dengan kompetensi yang dibangunnya. Pos Indonesia membuat perencanaan strategis dengan mengintegrasikan sumber daya dan kompetensi yang dimiliki. Salah satu pukulan yang paling keras adalah kemunculan teknologi pesan pendek (short massage service/ SMS) dan surat elektronik (e-mail). Kecepatan, kemudahan, dan murahnya biaya jasa berbasis teknologi informasi (TI) tersebut ketimbang berkirim surat via pos mengubah perilaku konsumen terhadap layanan pos. Belum lagi sepenuhnya pulih, lagi-lagi PT Pos harus menerima pukulan lain yang berlangsung belum lama berselang. Tepatnya saat pemerintah melakukan perubahan aturan (deregulasi) bisnis jasa Pos. Melalui UU No. 38/2009, pemerintahan meliberalisasikan bisnis ini tidak lagi memberikan hak monopoli kepada PT Pos, seperti tahun- tahun sebelumnya. Keberhasilan setelah adanya perubahan dan pengembangan Dengan berjalannya waktu, Pos Indonesia kini telah mampu menunjukkan kreativitasnya dalam pengembangan bidang perposan Indonesia dengan memanfaatkan infrastruktur jejaring yang dimilikinya yang mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100% kota atau Kabupaten, hampir 100% kecamatan dan 42% kelurahan atau desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring dengan perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, jejaring Pos Indonesia sudah memiliki 3.700 Kantor Pos online, serta dilengkapi elektronic mobile pos di beberapa kota besar. Semua titik merupakan rantai yang terhubung satu sama lain secara Solid dan terintegrasi. Sistem kode pos diciptakan untuk mempermudah processing kiriman pos di mana tiap jengkal daerah di Indonesia mampu diidentifikasi dengan akurat.