Anda di halaman 1dari 45

CSS

PNEUMOTHORAX
Rafa Zhafirah Amaani
Reni Sari Hartini
Henny Oktavianti
M. Dony Ardiansyah
IpanYustiarta
Preseptor:
dr. Ihsan Soemanto, Sp.B. FINA CS.

SMF Bedah
RSUD Al Ihsan
2017
ANATOMI
• Dinding Thoraks :
• Kulit

• Fascia

• Otot dada

• Jaringan
neurovascular

• Kerangka dada
OTOT
• OTOT INSTRINSIK
• M. interkostalis eksternus, internus, dan intimus

• M. levator kostarum

• M. subkostalis

• M. transversus kostalis

• OTOT EKSTRINSIK
• Otot ekstremitas superior

• Otot dinding abdomen

• Otot punggung
FISIOLOGI
PERNAPASAN
• FAKTOR DALAM PERNAPASAN
• Elastisitas dinding dada

• Kekenyalan jaringan paru


(compliance)

• Tekanan intraabdomen

PNEUMOTHORAKS
Udara masuk ke rongga pleura sehingga pleura
visceralis terlepas dari pleura parietalis dan
paru tidak lagi mengikuti gerak nafas dinding
dada dan diaphragma
PNEUMOTHORAKS
KLASIFIKASI
• Spontaneous Penumothoraks
• Primary : terjadi akibat pecahnya sub pleural bleb

• Secondary : Underlying disease : COPD, cystic lung disease, etc

• Traumatic Pneumothoraks
• Open pneumothoraks

• Tension pneumothoraks
Saat inspirasi, udara masuk melalui luka dan menggeser mediastinum ke sisi
yang sehat. Sedangkan saat ekspirasi, mediastinum pindah ke sisi yang luka
Adanya one-way valve menyebabkan saat ekspirasi udara tidak dapat keluar. Merupakan
keadaan emergensi karena dapat menyebabkan gangguan aliran balik ke jantung
MANIFESTASI KLINIS
TENSION PNEUMOTHORAKS
DAN EMFISEMA

Udara masuk ke jaringan lunak mediastinum karena tekanan tinggi dan naik
melalui leher ke jaringan lunak
GAMBARAN RADIOLOGI
PENATALAKSANAAN
• Setelah observasi penderita dapat dipulangkan dan datang kembali ke rumah sakit
bila terdapat gejala klinik yang memberat.

• Observasi tidak dilakukan pada penderita denagan pekerjaan atau kondisi yang
mengandungresio tinggi terjadinya rekurensi.
• Basic therapy untuk pneumothorax, yaitu:
 Mengeluarkan udara

 Menutup kebocoran

 Mencegah atau menurunkan risiko

• Pemilihan terapi berdasarkan :


 Status klinis pasien.

 Penyebab pneumothorax.

 Penyakit paru yang menyertainya.

 Riwayat pneumothorax sebelumnya.

 Risiko kekambuhan.
Needle Aspiration

• Lokasi puncture pada ICS 2 di midclavicular line.

• Oleskan daerah puncture dengan betadine/ alkohol.

• Tusukkan large – bore angiocath (14 G untuk orang dewasa, atau 20


G untuk infant) di posterior rib.

• Pastikan jarum menembus ke pleura cavity.

• Setelah itu lepaskan jarum.


• Kemudian pastikan angiocath (kateter) tetap berada pada posisi yang benar.

• Kemudian pasang tube thoracostomy untuk pasien dengan volume udara yang besar.

• Chest radiographic  jika aspirasi pertama tidak berhasil, lakukan kembali 24 jam
kemudian.

• Jika tetap tidak berhasil lakukan tube thoracostomy


Tube Thoracostomy / WSD
• Prinsip  menempatkan kateter ke dalam rongga pleural dan menghubungkannya ke
pleural drainage system.

• Untuk uncomplicated pneumothorax gunakan no. 16- hingga 24- Fr.

• Untuk pneumothorax dengan darah atau liquid gunakan no. 26 hingga 32- Fr.

• Jika kebocoran menetap hingga 72 jam  pembedahan dengan atau tanpa pleurodesis.

• Observasi 12-24 jam.

• Variasi  Hemlich flutter valve (long term catheterization tanpa pembedahan tetapi
berpotensi untuk blockage).
Tata Laksana
• Tata Laksana di ruang emergensi (IGD) meliputi :
 Periksa Kondisi ABC ( Airway, breathing, Circulation) dari pasien.

 Periksa saturasi Oksigen

 Periksa tanda vital

 Berikan Oksigen 3-4L dengan nasal kanul


Lakukan pemeriksaan untuk mengetahui luas paru yang mengalami
pneumothoraks.

 Apabila pneumotoraks < 15% dan pasien asimtomatis, terapi


pilihan observasi disertai dengan pemberian oksigen.
 Pneumotoraks > 15% ( Diperkirakan Luas), terapi pilihan yaitu
udara perlu dikeluarkan dengan Water Sealed Drainage (WSD).
 Pasien Pneumotoraks sekunder dengan penyakit dasar yang berat
perlu dilakukan trakeostomi
 Pleurodesis dilakukan setelah paru mengalami reinflasi untuk
mencegah rekurensi.
• Indikasi Tindakan pembedahan pada pasien
Pneumotoraks :
 Pneumotoraks rekuren pada sisi ipsilateral.
 Pneumotoraks Bilateral.
 Pasien dengan kebocoran udara persisten lebih
dari 7 hari.
 Pneumotoraks pertama pada pasien yang
memiliki pekerjaan dengan resiko tinggi
(penyelam, pilot)
Pengobatan Tambahan
• Secondary Pneumothorax :
Ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya :
proses TB paru  OAT,
bronkhitis dengan obstruksi saluran napas  antibiotik dan bronkodilator
• Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat
• Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti
emfisema
• Follow Up :
 Pasien denganPneumothoraks harus FU kembali setelah
2 minggu keluar dari RS. FU meliputi : PE, Chest X-Ray.
Jika sebelum 2 minggu pasien mengalami sesak kembali
maka harus segera kembali ke RS.
TENSION PNEUMOTHORAX
• Ciri:
Chest pain, air hunger, respiratory distress,
Vital sign: HR meningkat, BP turun
Inspeksi: deviasi trakea, cembung hemithorax tanpa
pergerakan nafas, distensi vena leher
Auskultasi: VBS turun unilateral

• Treat: needle thoracostomy (ICS 2 garis midclavicular), chest


tube (ICS 5, setinggi papila mamae garis midclavicular)
Tensions Pneumothorax
Open Pneumothorax

• Treat: Menutup defek dengan sterile occlusive dressing


dengan plastic wrap/petrolatum gauze (3 sisi tertutup, 1 sisi
terbuka), segera dilakukan chest tube
Open Pneumothorax
3 sided occlusive dressing
Komplikasi
• Recurrence. Biasanya terjadi rekurensi dalam 3 tahun pertama.
• Low blood oxygen levels (hypoxemia)
• Cardiac arrest. Jika udara terus meningkat, akan terjadi
peningkatan yang dapat menekan jantung dan pembuluh darah ke
arah paru yang tidak kolaps.
• Respiratory failure. Hal ini terjadi ketika kadar oksigen dalam
darah terlalu rendah, dan kadar karbon dioksida menjadi terlalu
tinggi. Level oksigen yang terlalu rendah dapat memicu terjadinya
aritmia dan kehilangan kesadaran, terlalu tingginya karbon
dioksida dapat mengakibatkan kebingungan, mengantuk dan
koma.
• Shock
• Infeksi Sekunder dari penggunaan WSD
Prognosis
• Prognosis dari pneumothorax tergantung pada luasnya dan tipe dari
pneumothorax.
• Spontaneous pneumothorax umumnya hilang dengan sendirinya tanpa
perawatan.
• Secondary pneumothorax membawa angka kematian sebesar 15%.
• Secondary pneumothorax memerlukan perawatan darurat dan segera.
• Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax
adalah kira-kira 40%;
• kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun

Anda mungkin juga menyukai