Anda di halaman 1dari 48

ANTIBIOTIKA/ANTIINFEKSI

FATMA ADRIANI, S.Si, M.Si


PENDAHULUAN

Obat antiinfeksi adalah suatu zat, yang membunuh atau melumpuhkan


mikroorganisme yang berada di dalam tubuh dan efek ini berlangsung
pada konsentrasi yang tidak toksik untuk manusia maupun hewan;
yang disebut sebagai “toksisitas spesifik”, karena di sini terjadi
serangan terhadap struktur, yang tidak dimiliki organisme tuan rumah
(manusia/hewan) atau yang sangat berbeda dengan mikrorganisme.

Antibiotik dan kemoterapeutik hanya berbeda dalam hal asalnya,


keduanya memiliki efek mereduksi kuman (bakterisid, bakteriostatik).
Karena antibiotik, yang pada awalnya di dapat dari mikroorganisme,
sementara itu sudah banyak dibuat secara sintesis, maka dipilih istilah
umum “antiinfeksi”.
Antibiotik yang bekerja sebagai
antibakteri
Klasifikasi menurut lokasi serangan pada
mikroorganisme

- bekerja pada sintesis dinding sel


- bekerja pada membran sitoplasma
- bekerja pada biosintesis protein
- bekerja pada sintesis RNA atau DNA
- lain-lain
Zat-zat yang bekerja pada dinding
sel
1. Antibiotika β-laktam : penisilin, sefalosporin,
karbapenem, monobaktam

2. Basitrasin

3. Antibiotik glikopeptid: vankomisin, teikoplanin

4. Fosfomisin
Antibiotika β-laktam
• Farmakodinamik
Mekanisme kerja : menyerang pada langkah
terakhir biosintesis dinding sel, yaitu
memblokir pada proses “cross linking”
komponen-komponen lapisan murein dengan
jalan penghambatan terhadap D-alanin-
transpeptidase. Berdasarkan pada kemiripan
struktur enzim, antibiotik ini berikatan
ireversibel pada pusat aktif dari enzim,
disertai pembukaan cincin β-laktam.
Benzilpenisilin Na/K = Penicilin G

• Labil terhadap asam : Penisilin G


diinaktifkan oleh getah lambung sehingga
hanya dapat digunakan secara parenteral
• Labil terhadap β-laktamase : penisilin G
diinaktifkan oleh β-laktamase dengan
pembukaan cincin β-laktam. Kuman yang
menghasilkan β-laktamase bersifat
resisten terhadap Penisilin G.
Penggunaan terapi
• Infeksi pneumokokus dan meingokokus,
Gonore, infeksi anaerob, pneumonia,
artritis, meningitis dan otitis media yang
disebabkan oleh streptokokus, serta
sinusitis
Farmakodinamik
• Mekanisme kerja : menghambat sintesis
dinding sel pada tahap terakhir dengan
jalan inaktivasi D-alanin-transpeptidase
Farmakokinetik
• Dosis : 0,5-2 Mega-U/harinjika perlu 20-
200 Mega-U/hari
• Bentuk pemberian: i.v, i.m, tidak topikal
• Interval pemberian : 4-6 jam
• Bioavalibilitas oral : < 20% (maka
diberikan i.v)
• t1/2 : pada usia ;anjut sampai 1,5 jam
pada bayi 3 jam
• Eliminasi > 90% ginjal sebagian kecil
dengan empedu
Perpanjangan masa kerja (= mengurangi
penyuntikan) dengan jalan :
• Pemberian bersama probenesid, yang
memblokir sekresi tubular (t1/2 ↑)
• Pembentukan garam dengan basa
organik, misalnya Benzilpenisilin-prokain
atau Benzilpenisilin-benzatin (Penisilin
depot)
Zat-Zat yang Menyerang Membran
Sitoplasma
Membran sitoplasma terdiri atas lipid dan protein yang sebagian
memiliki ciri-ciri enzim. Fungsinya mengawasi berlangsungnya trasport
zat yang teratur dan reaksi-reaksi enzimatik tertentu.

Zat- zat yang bertindak pada sistem fungsional ini adalah :

1. Antibiotik polipeptida Efek inhibitor


Tirosidin Berdasarkan pada struktur amphiifilnya, zat-zat ini
Gramisidin dapat terhimpun di membran dan mengganggu
Polimiksin pertukaran arus ke luar secara masif dari, misalnya
Baasitrasin asam-asam amino , derivat purin dan pirimidin.
Hilangnya unsur-unsur esensial ini mengakibatkan
terhentinya rekasi biosintetik dan pada akhirnya
kematian sel
2. Antibiotik polien
Nistatin (antimikotika) Melalui interaksi dengan berbagai steroid
Amfoterisin B (antimikotika) membran, polien terhimpun di sitoplasma membran
sehingga mengganggu transport aktif
Zat-zat yang mempengaruhi
biosintesis protein
Titik tangkapnya adalah satuan 30S dan 50S dari ribosom
Satuan 30S Satuan 50S
Aminoglikosid : Streptomisin Kloramfenikol
Neomisin Azidamfenikol
Gentamisin Tiamfenikol
Kanamisin
Amikasin Asam fusidat
Sisomisin
Tobramisin
Spektinomisin
Linkosamida : Klindamisin
Linkomisin
Tetrasiklin : Tetrasiklin Makrolid : Eritromisin
Oksitetrasiklin Josamisin
Klortetrasiklin Spiramisin
Aminoglikosid : Streptomisin (Strepto-Fatol),
Gentamisin (Refobacin®), Kanamisin
(Kanamytrex®)
• Penggunaan terapi : antibiotik untuk indikasi
khusus
• Farmakodinamik :
Mekanisme kerja: penghambatan biosintesis
protein (inisiasi dan elongasi) melalui ikatan pada
subunit 30S. Selain itu menyebabkan salah baca
pada pada mRNA yang mengakibatkan
pembentukan protein ‘nonsense’. Namun efek
bakterisid senyawa-senyawa ini disebabkan oleh
gangguan permeabilitas dari membran sitoplasma
Farmakokinetik
• Absorpsi : secara oral tidak diabsorpsi
• Ikatan protein plasma : kecuali
streptomisin, 30-35% praktis terikat
• t1/2 : 2-3 jam
• Eliminasi : di ginjal
• Aminoglikosid menembus sawar plasenta
dan mencapai fetus. Kadar tercapai di ASI
rendah (±2%)
Zat-zat yang mempengaruhi
sintesis RNA atau DNA
1. Penghambat Girase
AKIBAT GANGGUAN GIZI

A. Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh


Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:
1. Pertumbuhan
2. Produksi tenaga
3. Pertahanan tubuh
4. Struktur dan Fungsi Otak
5. Perilaku

B. Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh


1. Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas.
2. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam
bentuk lemak.
3. Kegemukan adalah salah satu faktor terjadinya berbagai penyakit
degeneratif seperti: hipertensi, diabetes melitus, jantung koroner, hati
dan kandung empedu.
INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN

Interaksi obat dan makanan terjadi bila makanan


mempengaruhi bahan dalam obat yang diminum sehingga
obat tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda,
dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat
sampai efek samping.
Makanan juga dapat menunda, mengurangi atau
meningkatkan penyerapan obat. Itulah sebabnya mengapa
beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1
jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan
beberapa obat lain sebaiknya diminum bersamaan dengan
makanan.
Interaksi obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan
yang dimakan mempengaruhi obat yang sedang kita
gunakan sehingga mempengaruhi efek obat tersebut,
contoh reaksi yang dapat timbul :
- Makanan dapat mempercepat/memperlambat efek obat
- Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan
mineral tidak bekerja secara tepat.
- Menyebabkan hilang/bertambah nafsu makan
- Obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh
Jenis obat dan makanan yang dapat berinteraksi : salah
satu contoh keasaman dari jus buah dapat menurunkan
efektivitas antibiotik, susu dapat membentuk kelat apabila
diminum bersama tetrasiklin
Dasar yang menentukan apakah obat diminum sebelum, selama atau
setelah makan tentunya adalah karena absorpsi, ketersediaan hayati
serta efek terapeutik obat bersangkutan, yang amat tergantung dari
waktu penggunaan obat tersebut serta adanya kemungkinan interaksi
obat dengan makanan itu sendiri.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya
interaksi obat dengan makanan adalah :
 Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan
pengosongan
lambung dari saat masuknya makanan.
 Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu,
 Perubahan suplai darah di daerah di mukosa saluran cerna,
 Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses absorpsi dan
pembentukan kompleks,
 Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan,
 Perubahan biotransformasi dan eliminasi.
Dari semua pengaruh ini, pengaruh yang terbesar pada interaksi obat
dan makanan adalah laju pengosongan lambung
Berkurangnya ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan
perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang
diabsorpsi (ketersediaan hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang
digunakan sebagai basis terapeutika dalam menangani reumatik, jika
digunakan setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil
dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung
kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju pengosongan lambung
terhadap absorpsi obat.

Pengaruh pH
Jika kita lihat pH lambung dan usus dua belas jari setelah makan, maka
di lambung (sebagai akibat netralisasi lambung oleh makanan) dalam
waktu satu jam pH akan bergeser ke pH yang lebih tinggi, maksimum
sekitar pH 5. Sebaliknya di usus dua belas jari pH akan turun dan dalam
waktu 0,5 sampai 3 jam setelah makan, rata-rata pH sekitar 5,5. Jika
obat diminum setelah makan tentu saja di samping memperlambat
absorpsi obat, perubahan pH ikut berpengaruh.
• Pada antibiotika seperti penisilin, eritromisin, rifampisin,
ketersediaan hayatinya lebih kecil karena sebagian senyawa ini
tidak stabil dalam suasana asam, atau seperti pada tetrasiklin dan
rifampisin pada pH di atas 3 kelarutannya akan berkurang.
Kurangnya kelarutan pada pH di atas 3 ini juga berlaku untuk
ktokonazol dan diazepam.
• Pada digoksin dan turunannya asetildigoksin atau metil- digoksin
pH di bawah 3 akan menyebabkan hidrolisis shg akan
mengurangi absorpsinya.

Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks atau khelat dapat pula memperkecil
ketersediaan hayati obat-obat yang diminum setelah makan. Contoh
yang paling dikenal adalah berkurangnya absorpsi tetrasiklin jika
diminum bersama atau setelah makanan yang kaya kalsium, seperti
susu atau produk-produk susu. Juga dengan antasida misalnya gel
aluminium hidroksida, kerja tetrasiklin akan berkurang karena
terhambatnya absorpsi.
Kekecualian pada doksisiklin yang ketersediaan hayatinya hanya
sedikit dipengaruhi oleh susu. Kadar serum maksimum praktis tidak
berubah, hanya eliminasinya lebih cepat.
Terganggunya transport
Contoh lain berkurangnya ketersediaan hayati jika diminum setelah
makan, adalah obat anti parkinson levodopa. Mekanisme kerjanya
agak berbeda dengan kebanyakan obat yang diabsorpsi secara pasif,
levodopa diabsorpsi secara aktif (pembawa asam amino), juga
digunakan oleh asam amino lain, sehingga jika banyak asam amino
dalam makanan akan terjadi kompetisi dengan pembawa ini. Jadi
makanan kaya protein, akan menurunkan kadar serum dan akibatnya
akan terjadi apa yang kita namakan fenomena onoff
Beberapa contoh interaksi obat dan makanan
 Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat
sehingga mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan
pengaruh obat, jika obat diabsorpsi lebih dari yang diharapkan, obat
tersebut akan memiliki efek berlebihan.

- Obat hipertensi dpt menurunkan tekanan darah terlalu rendah.


- Obat penurun kolesterol juga meningkatkan absorpsi bahan
aktifnya dan menyebabkan kerusakan otot yang parah.
- Obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas
dan asam di perut.
- Suplemen yang mengandung zat besi akan sangat bermanfaat karena
vitamin
C yang ada dalam jus akan meningkatkan penyerapan zat besi

Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu


dan produk susu lainnya dapat mengurangi absorpsi tetrasiklin.
• Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam,
alpukat, selada) jika bersama terapi antikoagulan
(warfarin), harus dibatasi konsumsinya. Sayuran itu
mengurangi efektivitas pengobatan dan meningkatkan
risiko trombosis (pembekuan darah).
• Efek sebaliknya terjadi dengan vitamin E, bawang dan
bawang putih, karena bahan-bahan ini menghasilkan efek
yang mirip dgn efek warfarin. makanan ini dapat
menyebabkan efek warfarin meningkat.

•Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu


(enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).Untuk menghindari
keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi,
hindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.
Beberapa makanan dapat menginduksi atau inhibisi enzim-enzim,
baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang
dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan menginduksi enzim, obat
akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi
kurang efektif. Jika makanan menginhibisi enzim, obat akan berada
lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping
yang tidak dikehendaki.

Makanan yang mengandung zat tiramin (seperti bir, anggur,


alpukat, beberapa jenis keju, tempe, hati, ekstrak ragi dan berbagai
daging olahan) menginduksi kerja enzim yang memetabolisme
obat inhibitor MAO (sejenis obat antidepresi), dapat menyebabkan
efek yang berbahaya termasuk tekanan darah tinggi yang serius.
Inhibitor monoaminoksidase ini menghambat penguraian
noradrenalin endogen dan dengan ini meningkatkan kadar
noradrenalin di sistem saraf pusat dan di perifer. Simpatomimetika
tak langsung seperti tiramin membebaskan juga noradrenalin.
Dengan demikian jelaslah mengapa dapat timbul gangguan
kardiovaskular seperti diterangkan di atas
• Aspirin atau derivat salisilat - Protein dan Karbohidrat
Absorbsi aspirin terhambat. Makanan juga menghambat
pengosongan lambung. Maka jika diperlukan efek analgesik yang
cepat, aspirin harus diberikan tanpa makanan, tapi jika aspirin
dibutuhkan untuk jangka waktu lama, maka dengan adanya
makanan dapat membantu untuk melindungi mukosa lambung.

• Dekstropropoksifen (propoksifen) - protein dan


karbohidrat
Dapat menghambat absorpsi dekstropropoksifen, tapi secara total
absorpsi justru meningkat. menyebabkan sedikit peningkatan total
dari jumlah propoksifen yang diabsorpsi.

• Alkohol – Obat
umumnya penggunaan akut akan menginhibisi enzim sehingga
eliminasi obat diperlambat, sedangkan penggunaan kronis akan
berakibat sebaliknya.
Umumnya penggunaan obat bersama makanan akan
memperlambat absorpsi sebagai contoh :
1. Aspirin,
2. Parasetamol,
3. Indometasin,
4. Tenoksikam,
5. Amoksisilin,
6. Sefaleksin,
7. Kaptopril,
8. Pentoksifilin,
9. asam valproat.
Peningkatan absorpsi yang mengakibatkan peningkatan
ketersediaan hayati terjadi misalnya pada :
1. Griseofulvin,
2. Nitrofurantoin,
3. Propranolol,
4. Metoprolol,
5. Fenitoin,
6. Karbamazepin,
7. Senyawa litium,
8. Etretinat.
Bagi preparat analgetika dan antiflogistika yang pada
panggunaan dalam keadaan lambung kosong senantiasa
menyebabkan keluhan gastrointestinal, penggunaan
bersama makanan adalah usaha yang terbaik.
Pemblok reseptor H2 seperti simetidin, ranitidin dan
famotidin, untuk menurunkan sekresi asam pada malam
hari diberikan sebelum tidur.
Beberapa antibiotika seperti penisilin, sefalosporin atau
eritromisin jika pasien tahan sebaiknya diberikan dalam
keadaan lambung kosong bersama banyak air untuk
meningkatkan kadar obat dalam serum.
Obat yang diminum dalam keadaan perut kosong
(sebelum makan)
1. Ampisilin,
2. Bisacodyl,
3. Captopril,
4. Dicloxacilin,
5. Lansoprazol
6. Rifampicin,
7. Sulfametoxazol-trimetoprim,
8. Sulfadiazin,
9. Tetracyclin
Obat yang diminum dalam keadaan perut penuh (
sesudah makan)
1. Alopurinol,
2. Augmentin,
3. Aspirin,
4. Chloroquin,
5. Cimetidin
6. Griseofulvin,
7. Metronidazol,
8. Piroxicam,
9. Prednison
Selain itu ada beberapa jenis obat yang yang dapat
berinteraksi bila diminum dengan jus buah terutama anggur :
1. Alprazolam,
2. Atorvastin,
3. Benzodiazepin,
4. Carbamazepin,
5. Claritromycin,
6. Codein,
7. Dextrometorphan,
8. Diazepam,
9. Estrogen,
10. Eritromisin,
11. Lovastatin,
12. Nifedipin,
13. Progesteron,
14. Simvastatin.
Interaksi obat dan makanan

Nama Obat Makanan Hasil Interaksi


Enalapril Sejenis gula-gula yang Komponen yang
Captopril dibuat dari Succus liquiritae terdapat dalam akar
Calan-SR Makanan yang banyak licorice alami
Capoten mengandung garam menyebabkan retensi
Inderal garam dan air yang
Lopressor dapat meningkatkan
Vasotec tekanan darah.
Imidapril
Spironolacton
INTERAKSI OBAT-MAKANAN

Obat MAO inhibitor Makanan tinggi tiramin Hasil interaksi


Isocarboxazid (Marplan®) Keju (cheddar) Makanan yang mengandung
Tranylcypromine sulfate Hati ayam tiramin jika dikombinasi
(Parnate®) Minuman cola dengan obat MAO inhibitor
Phenelzine sulfate (Nardil®) Makanan kaleng (daun/sayuran) dapat menyebabkan sakit
Pisang kepala yang hebat, palpitasi,
Bir mual, muntah, dan
Buncis peningkatan tekanan darah.
Kafein Berpotensi mengakibatkan
Ekstrak ragi stroke mematikan dan
Daging serangan jantung.
Coklat
Ikan kecil, Ikan asin/yg diawetkan
Alpukat
Jamur
Kismis
Sosis (peperoni)
Sour cream
Saus kedelai
Wine: Chianti
Minuman anggur
Vitamin C dosis tinggi dan kolesterol
Menurunkan kadar kolestesterol, mekanisme :
• Memperlebar arteri sehingga memperkecil deposit
kolesterol pada dinding arteri
• Meningkatkan aktifitas fibrinolisis, yang
bertanggungjawab untuk memindahkan penumpukan
kolesterol dari arteri
• Mengeliminasi kelebihan kolesterol dalam aliran
darah dengan membawa ke empedu
PENGANTAR FARMAKOLOGI
PENDAHULUAN

Arti Kata secara etimologi :


- Farmakon : Obat
- Logos : Ilmu
Farmakologi : Ilmu yang mempelajari khasiat / efek dari obat

DEFINISI-DEFINISI :
1. Farmakologi : Ilmu yang mempelajari seluruh aspek obat, yaitu
menyangkut sifat-sifat kimia dan fisiknya, kegiatan
fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organ hidup.

2. Farmakognosi : Pengetahuan dan pengenalan obat-obatan berasal dari


bahan alam (Tanaman, hewan dan mineral ) serta zat-
zat aktif yang dikandungnya

3. Biofarmasi : Menyelidiki pengaruh formulasi obat terhadap efek


terapetiknya, dalam bentuk sediaan mana obat harus dibuat
agar menghasilkan efek yang optimal.
4. Farmakokinetika : Menyelidiki nasib obat dalam tubuh, mulai
dari saat pemberiannya, resopsi, transpormasi
dan distribusi ke tempat kerja, inaktivasi, dan
eksresi.

5. Farmakodinamika : Mempelajari kegiatan obat terhadap organisme


hidup, terutama mekanisme kerja, reaksi
fisiologi serta efek terapetik yang
ditimbulkannya.

6. Toksikologi : Mempelajari tentang efek racun dari obat


terhadap tubuh organisme.

7. Farmakoterapi : Mempelajari penggunaan obat untuk mengobati


penyakit dan gejala-gejalanya.
SEJARAH PERKEMBANGAN OBAT

1. Sumber Obat : - Nabati Menyembuhkan, Meringan-


- Hewani kan gejala, atau mencegah
- Kimiawi penyakit dan gejalanya.

Obat Nabati : - Langsung digunakan


- Rebusan / seduhan
- Extrax
Contoh : Atropin - Atropa Beladona
Ephendrin - Ephedra Vulgaris
Morfin - Papaver Somniverum
Obat Hewani : - Organ hewan
- Metabolit / produk
Contoh : Minyak Ikan - Ikan Hiu
Penisilin - Penisilium Crisogenum
Kimiawi / sintetis : Diperoleh dari hasil reaksi kimia setelah mengetahui
struktur dari zat berkhasiat.
Contoh : Antalgin, Paracetamol, CTM, dll.
NAMA OBAT DAN PENGGOLONGANNYA
1. Obat Generik : Obat yang diberi nama sesuai dengan nama
generik dari zat berkhasiatnya.
Contoh : Antalgin, Paracetamol, CTM, Amoxisilin, dll.
2. Obat Paten : Obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang
dilindungi hukum (Hak Paten), yaitu merk yang
terdaftar.
Contoh : Paramex, Inza, Amoxan, Lapimox, dll.

Pengelompokan berdasarkan tingkat keamanannya :

1. Obat Bebas : Kelompok obat-obatan yang nilai dosisnya aman


walaupun digunakan berlebih.
( Bertanda Lingkaran berwarna Hijau )
Contoh : Obat Gosok, Minyak kayu putih, dll.
2. Obat Bebas Terbatas : Kelompok obat-obatan yang nilai dosisnya relatif
aman tetapi dalam penggunaannya tetap harus
memperhatikan dosis lazim.
( Bertanda Lingkaran berwarna Biru )
Contoh : Paramex, Inza, Neozep, dll.
3. Obat Keras : Obat-obat yang boleh diberikan dengan resep
dokter karena perlu pengawasan selama pengobatannya.
( Bertanda lingkaran berwarna Merah ).
Contoh : Gol. Antibiotik, Obat Suntik, Antihistamin, dll.

4. Obat Keras Tertentu / OKT : Obat-obat yang mempengaruhi sifat psikis dari
pasien. (Bertanda lingkaran berwarna Merah ).
Contoh : Diazepam, Luminal, dll.

5. Obat Narkotika : Obat-obat yang dapat menimbulkan ketagihan / adiksi.


( Bertanda lingkaran + Palang Merah ).
Contoh : Morfin, Pethidin, dll.
Pengelompokan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaanya :

1. Tablet / Kaplet / Kaptab ;


- Tablet Biasa
- Tablet Salut Gula
- Tablet Salut Enterik / Salut Selaput.
- Tablet Lepas Lambat / Sustain Release.
- Tablet Sublingual
- Tablet Vaginal / Tablet Sisip

2. Kapsul ; 3. Sirup ;
- Soft Kapsul - Larutan
- Hard Kapsul - Suspensi
- Emulsi
- Elixir
- Sirup Kering

4. Semi Solid ; 5. Suppositoria


- Salep 6. Ovulla
- Cream 7. Injeksi
- Jell 8. Infus
- Enema
Pengelompokan Obat Berdasarkan Khasiatnya :

1. Kemoterapetik : - Antibiotik
- Fungistatika dan Virustatika
- Sulfonamida dan Antiseptik Sal. Kemih
- Obat Tuberculosis
- Obat Lepra
- Obat Malaria
- Sitostatika
- Antiseptik dan Desinfektan

2. Obat Gangguan Lambung-Usus :


- Antasida
- Obat-obat Pencernaan
- Antiemetik
- Obat Diare
- Obat Amoebiasis
- Obat cacing
- Obat Pencahar
3. Obat-obat Saraf Sentral :
- Analgetika
- Hipnotika
- Anestetika
- Obat Epilepsi
- Psikofarmaka
- Neuroleptika

4. Obat Susunan Saraf Otonom :


- Adrenergik dan Adrenolitik
- Kolinergik dan Antikolinergik

5. Obat Gangguan Jantung-Pembuluh :


- Diuretika
- Obat-obat Jantung
- Obat penurun kolesterol
- Vasodilatasia
- Obat Hipertensi
- Antikoagulansia
- Hematika
6. Obat gangguan Saluran Pernafasan :
- Obat Asma dan Bronchitis
- Obat Batuk

7. Hormon-hormon : - Hormon Hipofisis dan Hipotalamus


- Hormon Kelamin
- Hormon Tiroid dan Tiroistatika
- Kontraseptik Oral
- ACTH dan Kortikosteroida
- Insulin dan Antidiabetik Oral

8. Obat-Obat lainnya : - Antihistaminika


- Vaksin dan Serum
- Vitamin dan Mineral
- Obat Encok dan Rematik
- Obat Migrain
ASPEK-ASPEK BIOFARMASI

DEFINISI :

Biofarmasi : Ilmu yang mempelari tentang pengaruh pembuatan


sediaan farmasi terhadap kegiatan obat di dalam tubuh.

Proses - proses yang dialami obat :

Obat Obat Interaksi


Tablet / Tablet Pecah, tersedia Resorpsi tersedia dengan
Granul pecah Metabolisme Reseptor EFEK
Kapsul Zat aktif untuk Distribusi untuk di tempat
terlepas dan resorpsi Eksresi bekerja kerja
terlarut

Fase Fase Fase


Biofarma Farmako Farmako
si kinetik dinamik
Formulasi Obat dan Farmaceutical Availability
Formulasi Obat : adalah Formula atau komposisi suatu obat dalam sediaan
( Tablet, kapsul, Sirup, Injeksi dll. )

Faktor-faktor Formulasi yang dapat mempengaruhi efek obat dalam tubuh :


- Bentuk fisik zat aktif ( kristal atau amorf, kehalusan )
- Keadaan kimiawi (Ester, garam, komplex, dsb. )
- Zat-zat pembantu ( Zat pengisi, zat pelekat, zat pelicin, zat
pelindung ).
- Proses / teknik pembuatan sediaan ( Tekanan mesin tablet, alat
emulgator )

Farmaceutical Availability : adalah ukuran untuk bagian obat yang dilepas


dari bentuk sediaan untuk proses resorpsi

Mekanisme Pelepasan Zat Aktif :

oooooo ..........
oooooo ..........
oooooo ...........
Tablet Granul-granul Zat aktif terlepas zat aktif melarut

Anda mungkin juga menyukai