Anda di halaman 1dari 93

TUTORIAL SKENARIO C

BLOK 17
KELOMPOK 3
Tia Nurul Hidayah 702013066
maryani 702014012
Ona putra karisna 702014019
Taschiro yuliarta 702014031
Tharisa Kurnia
702014032
Jhuvan Zulian Fernando
702014034
Nurfrida aini 702014035
Puja Arga Marandika 702014043
Dwi puji lestari 70201465
Aisyah Azani 702014066
Muhamad abdillah 702014082
Skenario C
• Ny. Z berusia 38 tahun, G5P4A0, hamil 34 minggu, dibawa
keluarganya ke IGD RSMP dengan keluhan kejang-kejang. Menurut
suami, Ny.Z mengalami kejang seluruh tubuh sekitar 1jam yang lalu.
Frekuensi kejang 1x, dengan lama kejang 1 menit dan setelah kejang
ny. Z tidak sadar. Saat tiba di rumah sakit Ny.Z mengalami kejang
kembali dan ditatalaksana oleh dokter jaga.
• Dari hasil alloanamnesis diketahui sejak 4 jam yang lalu Ny.Z
mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang disertai keluar darah
lendir dari jalan lahir. Ny Z tidak menderita epilepsi, tidak ada kejang
dan demam sebelumnya, serta tidak menderita darah tinggi selama
kehamilan Ny.Z tidak pernah melakukan pemeriksaan ANC.
• Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : sakit berat, sensorium: somnolen, GCS:13
• Tanda vital : TD 200/110 mmHg, Nadi :88x/menit, RR:24x/menit,
Temp:36,8C
• Kepala : konjungtiva tidak anemis
• Thoraks :cor dan pulmo dalam batas normal
• Ekstremitas : edema tungkai (+/+)
• Pemeriksaan obstetri
• Pemeriksaan luar : tinggi fundus uteri 4 jari dibawah procesus
xiphoideus (27cm), memanjang, punggung kiri, terbawah kepala,
penurunaan 4/5, his 2x10menit/25 detik, DJJ I 100x/menit DJJ II
90x/menit, DJJ III 110x/menit.
• Pemeriksaan dalam : portio lunak, medial, pendataran 50%,
pembukaan 2 cm, kepala hodge I-II, penunjuk ubun-ubun kecil kiri
lintang, ketuban masih utuh.

• Pemeriksaan laboratorium
• Darah rutin : Hb:10,9 g/dl, Leukosit : 9000/mm, trombosit :85.000/mm
• Urin rutin :protein (+++)
Klarifikasi istilah
Identifikasi masalah
• 1. Ny. Z berusia 38 tahun, G5P4A0, hamil 34 minggu, dibawa keluarganya
ke IGD RSMP dengan keluhan kejang-kejang. Menurut suami, Ny.Z
mengalami kejang seluruh tubuh sekitar 1jam yang lalu. Frekuensi kejang
1x, dengan lama kejang 1 menit dan setelah kejang ny. Z tidak sadar. Saat
tiba di rumah sakit Ny.Z mengalami kejang kembali dan ditatalaksana oleh
dokter jaga.
• 2. Dari hasil alloanamnesis diketahui sejak 4 jam yang lalu Ny.Z mengeluh
perut mules yang menjalar ke pinggang disertai keluar darah lendir dari jalan
lahir. Ny Z tidak menderita epilepsi, tidak ada kejang dan demam
sebelumnya, serta tidak menderita darah tinggi
• 3. selama kehamilan Ny.Z tidak pernah melakukan pemeriksaan ANC.
• 4. Pemerikaan fisik
• Keadaan umum : sakit berat, sensorium: somnolen, GCS:13
• Tanda vital : TD 200/110 mmHg, Nadi :88x/menit, RR:24x/menit,
Temp:36,8C
• Kepala : konjungtiva tidak anemis
• Thoraks :cor dan pulmo dalam batas normal
• Ekstremitas : edema tungkai (+/+)
• 5. Pemeriksaan obstetric
• Pemeriksaan luar : tinggi fundus uteri 4 jari dibawah
procesus xiphoideus (27cm), memanjang, punggung kiri,
terbawah kepala, penurunaan 4/5, his 2x10menit/25 detik,
DJJ I 100x/menit DJJ II 90x/menit, DJJ III 110x/menit.
• Pemeriksaan dalam : portio lunak, medial, pendataran 50%,
pembukaan 2 cm, kepala hodge I-II, penunjuk ubun-ubun
kecil kiri lintang, ketuban masih utuh.

• 6. Pemeriksaan laboratorium
• Darah rutin : Hb:10,9 g/dl, Leukosit : 9000/mm, trombosit
:85.000/mm
• Urin rutin :protein (+++)
Analisis masalah
1. Ny. Z berusia 38 tahun, G5P4A0, hamil
34 minggu, dibawa keluarganya ke IGD
RSMP dengan keluhan kejang-kejang.
Menurut suarni, Ny.Z mengalami kejang
seluruh tubuh sekitar 1jam yang lalu.
Frekuensi kejang 1x, dengan lama kejang 1
menit dan setelah kejang ny. Z tidak sadar.
Saat tiba di rumah sakit Ny.Z mengalami
kejang kembali dan ditatalaksana oleh
dokter jaga.
•a. Bagaimana anatomi dan histologi dari
organ yang terlibat ?
Jawab :
• Uterus
• Plasenta
• Proses pembentukkan struktur dan jenis plasenta disebut
plasentasi.
• Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai.
Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah
fertilisasi.
• Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, tropoblast
invasive telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah
endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah
yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul
ruangan-ruangan interviler dimana vili korialis seolah-olah terapung-
apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya
plasenta.
• Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat
diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi
darah janin ini berakhir dilengkung kapiler (capillary loops) di
dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan
darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan
dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis ini akan
bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta
• Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah cavum
ureri disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil
konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis;
b. Apa hubungan usia ibu, usia kehamilan
dan status gravida dengan keluhan utama
?
Jawab :
• Usia 38 tahun : Usia kehamilan yang ekstrim
merupakan faktor risiko terjadinya
hipertensi dalam kehamilan (HDK)
• Status gravida : multigravida juga merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan (HDK) yang dapat
mengakibatkan eklampsia pada
kehamilan 20 minggu ke atas.
• Usia kehamilan 34 Minggu : Berhubungan dengan
fase inpartu yang
dialami pasien ketika
usia kehamilan 34
minggu, ketika fase
inpartu maka terjadi
peningkatan tekanan
darah, frekuensi
pernafasan, dll 
meningkatkan tekanan
darah  hipertensi 
iskemik otak  kejang
C. Apa faktor pencetus yang
menyebabkan kejang pada kasus ?
•Jawab :
1. Perdarahan otak
2. Hipertensi
3. Hipertermia
4. Lesi otak
5. Kelainan metabolik
6. Eklampsia
7. Meningitis
8. Epilepsi iatrogenik
D. Apa interprestasi Ny. Z kejang seluruh
tubuh, frekuensi 1x, dengan lama kejang 1
menit, dan setelah kejang Ny.Ztidak sadar?
•Jawab :
kejang seluruh tubuh, frekuensi 1x, dengan
lama kejang 1 menit dan setelah kejang Ny.
Z tidak sadar adalah Ny. Z mengalami
kejang tonik klonik diikuti penurunan
kesadaran yang dimungkinkan merupakan
manifestasi klinis eklampsia
•E. Apa interprestasi Ny.Z tiba kerumah sakit
mengalami kejang-kejang kembali ?
Jawab :
•terjadi periode episodik/berulang pada kejang.
• Pada kasus eklampsia bila tidak segera diberi
obat-obat antikejang maka akan segera disusul
dengan episode kejang berikutnya .
f. Bagaimana tatalaksana awal untuk kejang
?
• Jawab :
Penanganan Kejang
• Infus Intravena Kontinu:
• Berikan dosis awal magnesium sulfat sebesar 4-6 g yang
diencerkan dalam 100 mL cairan IV dan diberikan selama 15-20
menit.
• Mulai infus rumatan 2g/jam dalam 100 mL cairan IV.
• Pantau toksisitas magnesium:
• Periksa reflesi tendon secara berkala
• Ukur kadar magnesium serum jika kadar kreatinin serum > 1,0
mg/dL
• Pemberian magnesium sulfat dihentikan 24 jam pasca
pelahiran.
• Injeksi Intramuskular Intermitten:
• Berikan 4 g magnesium sulfat sebagai larutan 20% secara
intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.
• Lanjutkan segera dengan 10 g larutan magnesium 50%,
separuhnya disuntikkan profunda di kuadran kanan luar kedua
bokong menggunakan jarum ukuran 20 sepanjang 3 inci. Jika
kejang menetap 15 menit, berikan kembali magnesium sulfat
dalam larutan 20% dengan dosis hingga 2 g dan kecepatan
tidak melebihi 1 g/menit.
• Setelah itu, tiap 4 jam berikan 5 g larutan magnesium sulfat
50% yang disuntikkan profunda di kuadran kanan luar bokong
kanan dan kiri secara bergantian, tetapi dilakukan setelah
memastikan:
• Refleks patella positif
• Respirasi tidak tertekan
• Keluaran urin dalam 4 jam terakhir melebihi 100 mL
• Pemberian magnesium sulfat dihentikan 24 jam
pascapelahiran.
•G. Bagaimana patofisiologi kejang pada
kehamilan ?
• Jawab :
Kegagalan invasi trofoblas pada lapisan otot a. spiralis
dan jaringan matriks  lapisna otot a. spiralis kaku dan
keras  lumen arteri kesulitan untuk distensi dan
vasodilatasi  a. spiralis mengalami vasokontriksi 
kegagalan remodeling a. spiralis  aliran darah
uteroplasenta berkurang  hipoksia dan iskemia plasenta
 terbentuk oksidan (radikal hidroksil)  membrane sel
endotel rusak  disfungsi endotel  ↑ produksi bahan
vasopresor (tromboksan)  ↓ Nitrit oksid, ↑ endotelin 
↑ vasokontriksi pembuluh darah seluruh tubuh 
hipertensi iskemik cerebri  Kejang
H. Bagaimana klasifikasi dari kejang?
• Jawab :
1. KEJANG PARSIAL :
 Parsial sederhana
 Parsial kompleks (kesadaran terganggu)
2. KEJANG MENYELURUH (GENERALISATA)
 Tonik – klonik
 Tonik
 Klonik
 Mioklonik
 Atonik
 Absence
•i. Apa dampak kejang pada ibu dan janin ?
Jawab :
Dampak kejang pada kehamilan pada ibu :
• kerusakan neurologis secara permaneN
• perdarahan intracranial
• insufisiensi ginjal & penyakit ginjal akut
• gangguan hematologi
• kerusakan hepar, ruptur hepar
• kematian maternal

Dampak kejang pada kehamilan pada fetal/janin:


• pertumbuhan janin terhambat
• abrupsio plasenta
• oligohidramnion
• kematian fetal
2. Dari hasil alloanamnesis diketahui sejak
4 jam yang lalu Ny.Z mengeluh perut
mules yang menjalar ke pinggang disertai
keluar darah lendir dari jalan lahir. Ny Z
tidak menderits epilepsy, tidak ada kejang
dan demam sebelumnya, serta tidak
menderita darah tinggi.
•a. Apa interprestasi dari sejak 4 jam yang
lalu Ny.Z mengeluh perut mules yang
menjalar ke pinggang disertai keluar darah
lendir dari jalan lahir ?
• Jawab :
• 1. Perut mules yang mejalar dari pinggang =
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor
pains)  Tanda his
• 2. Keluar darah lendir dari jalan lahir = Serviks
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show) 
Karena robekan-robekan kecil pada serviks.
•b. Bagaimana patofisiologi perut mules
yang mejalar dari pinggang disertai keluar
darah lendir dari jalan lahir?
• Jawab :
Perut mules yang menjalar ke pinggang
• Pada saat akan terjadi persalinaan terjadi ↓
progesterone, peningkatan estrogen dan oksitosin
 kontraksi uterus  kompresi pembuluh darah
(arteri spiralis)  iskemik dalam korpus uteri 
perasangan serabut saraf nociceptor pada uterus 
perut terasa mules/nyeri  diteruskan pada saraf
sensorik di plexus hipogastrikus  nyeri dijalarkan
 ke serabut sensorik kulit  nyeri menjalar ke
pinggang .
• Disertai keluar darah dan lendir dari jalan lahir.
Adanya kontraksi uterus (His)  mendorong uterus
untuk mengeluarkan janin  terbukanya serviks dan
datar  pecahnya pembuluh darah kapiler di sekitar
kanalis serviks  keluarnya darah dan lendir (bloody
show).
•c. Apa tanda-tanda inpartu?
•Jawab :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih
kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih
banyak karena robekan- robekan kecil pada
serviks.
c. Dapat disertai ketuban pecah dini.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan
terjadi pembukaan serviks

•D. Apa interprestasi Ny.Z tidak menderita
epilepsi, tidak ada kejang dan demam
sebelumnya, serta tidak ada menderita darah
tinggi ?
• Jawab:
Riwayat tersebut dapat digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding keluhan kejang akibat epilepsi.
•3. Selama kehamilan Ny.Z tidak pernah
melakukan pemeriksaan ANC.
a. Apa tujuan pemeriksaan ANC ?
• Jawab :
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas
kesehatan
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi
dikandungannya
3. Memperoleh informasi tentang kesehatan ibu dan
kehamilannya
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang
akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
kandungannya
b. Apa saja prosedur pemriksaan ANC
?
Jawab :
• Menurut Badan Litbanges Depkes RI, standar minimal
pelayanan ANC adalah 14T, yaitu:
1. Tanyakan dan menyapa ibu dengan ramah
2. Tinggi badan dan berat badan ditimbang
3. Temukan kelainan / periksa daerah muka dan leher
(gondok, vena jugularis externa), jari dan tungkai (edema),
lingkaran lengan atas, panggil (perkusi ginjal), dan refleks
lutut
4. Tekanan darah diukur
5. Tekan / palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara,
senam payudara, tekan titik (accu pressure) peningkatan
ASI
6. Tinggi fundus uteri diukur
7. Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan denyut jantung
janin
8. Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa
9. Tentukan kadar Hb dan periksa laboratorium (protein dan
glukosa urin), sediaan vagina, dan VDLR (PMS) sesuai indikasi
10. Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya
sesuai indikasi (gondok, malaria, dll)
11. Tetanus toxoid imunisasi
12. Tingkatkan kesegaran jasmani (accu pressure) dan senam
hamil
13. Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan) : makanan
bergizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, petunjuk agar tidak
terjadi bahaya pada waktu kehamilan dan persalinan
14. Temu wicara konseling
•C. Apa dampak ny Z tidak pernah
melakukan ANC ?
•Jawab :
dampak tidak dilakukannya ANC pada kasus ini yaitu Ny.
Z tidak dapat mengetahui, memprediksi, maupun memberi
tatalaksana sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
kelainan di masa kehamilan. Mengingat eklampsia selalu
didahului oleh preeklampsia (hipertensi, proteinuria, dan
edema).
•4. Pemeriksaan fisik
•Keadaan umum : sakit berat, sensorium:
somnolen, GCS:13
•Tanda vital : TD 200/110 mmHg, Nadi
:88x/menit, RR:24x/menit, Temp:36,8C
•Kepala : konjungtiva tidak anemis
•Thoraks :cor dan pulmo dalam batas
normal
•Ekstremitas : edema tungkai (+/+)
•a. Apa interprestasi dari pemeriksaan fisik ?
b. Bagaimana patofisiologi abnormal dari
pemeriksaan fisik dikasus ?
•Jawab:
 Faktor risiko (usia >35 tahun)---faktor imunologis →
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna (HLA-G menurun) →
gangguan invasi sel-sel trofoblast ke lapisan otot
arteri spiralis → vasokonstriksi arteri spiralis →
iskemia plasenta → terbentuknya oksidan →
disfungsi endotel pembuluh darah →
vasokonstriksi → hipertensi

 Hipertensi  peningkatan aliran darah pada organ


pusat (otak)  vasospasme pembuluh darah
serebri  hipoperfusi serebri  iskemia otak
mild brain injury  Sakit berat, somnolen,
penurunan kesadaran ringan
 Ekstrimitas: edema (+/+)
Faktor resiko (usia >35 tahun)---faktor imunologis →
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna (HLA-G menurun) → gangguan
invasi sel-sel trofoblast ke lapisan otot arteri spiralis →
vasokonstriksi arteri spiralis → iskemia plasenta →
terbentuknya oksidan → disfungsi endotel pembuluh
darah → ke ginjal gangguan filtrasi glomerulus →
protein lolos melalui urin → proteinuria →
hipoalbuminemia→ tekanan onkotik terganggu →
perpindahan cairan ke jaringan interstisial → edema
•C. Bagaimana klasifikasi dari Hipertensi dalam
Kehamilan ?
• Jawab :
1. Hipertensi kronik, adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-
kejang dan/atau koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau
hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension)
adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia
tetapi tanpa proteinuria
•5. Pemeriksaan obstetric
•Pemeriksaan luar : tinggi fundus uteri 4 jari
dibawah procesus xiphoideus (27cm),
memanjang, punggung kiri, terbawah kepala,
penurunaan 4/5, his 2x10menit/25 detik, DJJ I
100x/menit DJJ II 90x/menit, DJJ III
110x/menit.
•Pemeriksaan dalam : portio lunak, medial,
pendataran 50%, pembukaan 2 cm, kepala
hodge I-II, penunjuk ubun-ubun kecil kiri
lintang, ketuban masih utuh.
•a. Bagaimana interprestasi pemeriksaan
obstetri ?
1 Tinggi Fundus Uteri 4 jari bawah procesus Menandakan:
xipoideus (27cm), memanjang - Usia janin yang telah memasuki
masa persalinan 34 Minggu
- Tafsir berat janin menurut Johnson -
Thousack Berat janin:
(27– 12) x 155 = 1.860 gram

2 Punggung kiri, terbawah kepala, penurunan Presentasi janin adalah presentasi kepala
4/5 dengan kepala janin sudah memasuki pintu
atas panggul

3 DJJ I 100x/menit DJJ II 90x/menit, DJJ III DJJ normal (120 – 160 x/menit)
110x/menit.

4 HIS 2x/10 menit/25 detik Sudah ada tanda kontraksi inpartu


5 Inspekulo: - Normal pada wanita hamil
Portio : Lunak - Tanda Goodell (Perubahan
Konsistensi menjadi lunak pada
vulva vagina dan serviks)

6 Pembukaan 2cm Sudah memasuki fase inpartu kala I fase


laten

7 Kepala Hodge II Kepala janin sudah memasuki bagian bawah


simfisis

8 Ketuban masih utuh Ketuban belum pecah


•B. Bagaimana patofisiologi abnormal dari
pemeriksaan laboratorium ?
• Gangguan pertumbuhan janin
Cytotrophoblast menginvasi ke Arteri Spiralis 
lapisan endometrium kaku (faktor resiko usia dan
primgravida)  Reaksi imunilogi yang menyebabkan
trophoblast dianggap benda asing  invasi dangkal
dan lumen tidak distensi  Arteri Spiralis tetap
kontraksi  kegagalan remodelling Arteri spiralis 
Aliran darah Uteroplasenta menurun  Nutrisi untuk
janin berkurang  Janin tidak berkembang secara
normal  perlambatan pertumbuhan janin
•6. Pemeriksaan laboratorium
•Darah rutin : Hb:10,9 g/dl, Leukosit : 9000/mm,
trombosit :85.000/mm
•Urin rutin :protein (+++)
•a. Bagaimana interptersi dari pemeriksaan
laboratorium ?
Keadaan pada kasus Keadaan Normal Interpretasi

Hemoglobin 10,9 gr/dl >10,9 gr/dl Normal

Leukosit 9.000 /mm3 5.000 – 12.000 /mm3 Normal

Trombosit 85.000 /mm3 150.000 – 450.000 /mm3 trombositopenia

Protein purin +++ - Protrinuria


•B. Bagaimana patofisiologi abnormal dari
pemeriksaan laboratorium ?
• Faktor resiko (usia >35 tahun)---faktor imunologis →
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna (HLA-G menurun) →
gangguan invasi sel-sel trofoblast ke lapisan otot arteri
spiralis → vasokonstriksi arteri spiralis → iskemia
plasenta → terbentuknya oksidan → disfungsi endotel
pembuluh darah → ke ginjal gangguan filtrasi
glomerulus → protein lolos melalui urin →
proteinuria
• Platelet menurun
invasi trofoblast abnormal  miometrium yang gagal
remodeling tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spiralis tidak distensi dan vasodilatasi  terjadi gangguan
aliran darah di daerah intervilli  penurunan perfusi darah ke
plasenta  hypoxia dan iskemik plasenta  merangsang
pembentukan radikal bebas yaitu lipid peroksida (radikal OH)
yang sangat toksik terhadap sel endotel  Merusak membran
sel, nukleus, dan protein sel endotel  disfungsi endotel
vaskuler Kerusakan endotel  meningkatnya aktivasi
platelet, agregasi dan konsumsi platelet untuk memperbaikin
endotel yang rusak  trombositopenia
7. Bagaimana cara mendiagnosis ?
8. Bagaimana Differential Diagnosis pada
kasus ini ?
Jawab :
•Eklampsia
•Preeklampsia
•Epilepsi
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada
kasus ini ?
Jawab :
• Pemeriksaan fungsi hepar (LDH, SGOT, SGPT)
• Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, keratinin
serum)
• Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
• CT SCAN (untuk melihat apakah terjadi edema
cerebri)
10. Bagaimana working diagnosis pada
kasus ini ?
Eklampsia
11. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini ?
1. Penanganan Kejang
Magnesium sulfat dapat diberikan secara intravena melalui infus
kontinu atau secara intramuskular melalui injeksi berkala.
• Infus Intravena Kontinu:
1. Berikan dosis awal magnesium sulfat sebesar 4-6 g yang
diencerkan dalam 100 mL cairan IV dan diberikan selama 15-20
menit.
2. Mulai infus rumatan 2g/jam dalam 100 mL cairan IV.
3. Pantau toksisitas magnesium:
4. Periksa reflesi tendon secara berkala
5. Ukur kadar magnesium serum jika kadar kreatinin serum > 1,0
mg/dL
6. Pemberian magnesium sulfat dihentikan 24 jam pasca
pelahiran.
• Injeksi Intramuskular Intermitten:
1. Berikan 4 g magnesium sulfat sebagai larutan 20% secara
intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/menit.
2. Lanjutkan segera dengan 10 g larutan magnesium 50%,
separuhnya disuntikkan profunda di kuadran kanan luar kedua
bokong menggunakan jarum ukuran 20 sepanjang 3 inci. Jika
kejang menetap 15 menit, berikan kembali magnesium sulfat
dalam larutan 20% dengan dosis hingga 2 g dan kecepatan tidak
melebihi 1 g/menit.
3. Setelah itu, tiap 4 jam berikan 5 g larutan magnesium sulfat 50%
yang disuntikkan profunda di kuadran kanan luar bokong kanan
dan kiri secara bergantian, tetapi dilakukan setelah memastikan:
Refleks patella positif
Respirasi tidak tertekan
Keluaran urin dalam 4 jam terakhir melebihi 100 mL
4. Pemberian magnesium sulfat dihentikan 24 jam pascapelahiran
2. Penanganan umum
• Turunkan TD (hidralazin 5 mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai
TD turun; atau nifedipine 5 mg sublingual, jika respon tidak baik
setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual.
• Pasang infuse RL dengan jarun besar (16 gauge atau >)
• Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
• Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
• Jika jumlah urin < 30 ml per jam:
• Infuse cairan dipertahankan 1L/8 jam
• Pantau kemungkinan edema paru.
• Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
• Observasi tanda-tanda vital, reflex dan DJJ setiap jam.
• Auskultasi paru untuk mencari edema paru (krepitasi), jika ada, stop
pemberian cairan, dan berikan diuretic misal Furosemide 40 mg IV.
• Nilai pembekuan darah dengJOan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terjadi
koagulopati.
12. Bagaimana komplikasi pada kasus ini ?
Bagi ibu ;
• Perdarahan otak
• Dekompensasio kordis
• Edema paru-paru
• Payah ginjal
• Masuknya isi lambung ke dalam jalan napas waktu kejang
• Kehilangan penglihatan untuk sementara
• Perdarahan retina
• Nekrosis hati
• Sindroma HELLP
• Anuria sampai gagal ginjal
• Lidah tergigit, trauma, dan fraktura karena jatuh akibat kejang
• DIC
• Hipofibrinogenemia
Bagi janin :
• Prematuritas
• Solusio plasenta
• Hipoksia intrauterine
• Kematian janin intrauterine
• Intrauterine fetal growth restriction
• Sindrom distress napas
13. Bagaimana prognosis pada kasus ?
• Jawab :
• Quo ad Vitam : Dubia ad malam
• Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam
14. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum
pada kasus ?
• 3B “Gawat darurat”
• “ Lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter
juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.”
15. Bagaimana NNI pada kasus ?
• “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi
dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A`râf [7]:
205).
Kesimpulan
Ny. Z berusia 38 tahun, G5P4A0, Hamil 34
minggu mengalami kejang-kejang
diseluruh tubuh akibat menderita
eklampsia.
TERIMA KASIH

WASSALAMUALIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai