Anda di halaman 1dari 29

RHINITIS VASOMOTOR

OLEH :
dr. Sitti Hajar Malika, S.ked

Mengetahui
Supervisor :
dr. Nani Iriani Djufri, Sp.THT-KL(K)., FICS
Pembimbing Internship :
dr. Wildani, S.ked
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

• Identitas Pasien
• Nama : BP. S
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 42 tahun
• Alamat : Jal, Mesjid Raya, Tompobatang
• Agama : Islam
• Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
• Pekerjaan : PNS
• Tanggal Pemeriksaan: 23 Oktober 2019
Anamnesis
• Keluhan Utama
Hidung tersumbat pada kedua sisi
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat pada kedua sisi yang dirasakan
oleh pasien terus menerus sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan ini bertambah berat
terutama saat pasien terkena hawa dingin terutama saat pagi hari dan ketika
terpapar asap kendaraan. Pasien merasa hidung yang sebelah kanan lebih ringan
daripada yang kiri. Selain hidung tersumbat, pasien juga mengeluh pilek yang
tidak sembuh-sembuh dengan keluar ingus bening dari hidung yang juga
memberat saat terkena udara dingin dan asap.
Keluhan gatal hidung (-), nyeri pada hidung (-), mimisan (-), gangguan
penghidu pada hidung kiri, namun bisa menghidu ketika aromanya
menyengat. Pasien tidak mengeluh batuk, pasien juga mengatakan sering
pilek kambuh-kambuhan, yang kambuhnya jika terkena udara dingin dan
debu, batuk kambuh-kambuhan (-), sering batuk saat kecil (-), keluhan
telinga nyeri (-/-), telinga berdengung (-/-), penurunan pendengaran (-/-),
telinga gatal (-/-), telinga terasa penuh (-/-), telinga seperti kemasukan air (-/-
), keluar cairan dari telinga (-/-), sering dikorek-korek pakai cutton bud (-/-),
kemasukan air saat mandi (-/-), keluhan nyeri tenggorok (-/-), nyeri telan (-),
nyeri telan kambuh-kambuhan (-), sulit menelan (-), sulit membuka mulut (-),
sakit gigi (-), keluar ludah banyak (-), nafas bau (-), bau mulut (-), bicara
seperti orang sengau (-), seperti ada yang mengganjal ditenggorokan (-),
pusing (-), lemas (-), sesak (-), gatal setelah minum obat tertentu (-), gatal
setelah makan makanan tertentu (-).
• Riwayat Penyakit Dahulu • Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat DM : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat allergi : disangkal Riwayat asma : disangkal
Riwayat benturan kepala : disangkal Riwayat DM : disangkal
Riwayat trauma sebelumnya : disangkal Riwayat allergi : disangkal
Riwayat paparan suara keras : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat merokok : ada
Riwayat penyakit serupa sebelumnya: ya, sering
kambuh-kambuhan.
• Pemeriksaan Fisik
 Status Lokalis
o Telinga
• Inspeksi
AD : bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-), bengkak (-), hiperemis (-),sekret (-).
AS : bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka (-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret (-).

• Palpasi
AD : tragus pain (-), manipulasi aurikula tidak sakit
AS : tragus pain (-), manipulasi aurikula tidak sakit

• Otoskopi
AD : CAE oedem (-), hiperemis (-), secret (-), serumen (+),
membran timpani tampak utuh, discharge (-).
AS : CAE oedem (-), hiperemis (-), serumen (+),
sekret (-), membran timpani tampak utuh, discharge
• Garpu Tala
AD : Rinne : positif, webber : tidak terdapat lateralisasi, schwabach : sama dengan pemeriksa.
AS : Rinne : positif, webber : tidak terdapat lateralisasi, schwabach : sama dengan pemeriksa.
o Hidung dan Paranasal
• Inspeksi, Palpasi
• Inspeksi : deformitas (-), bekas luka (-), secret (-)
• Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-)
o Rhinoskopi anterior
• ND : mukosa hiperemis (+), concha media dan inferior hipertrofi (+),
hiperemis (+), secret (+), discharge (-), septum nasi deviasi (-), oedem (-),
massa rongga hidung (-).
• NS : mukosa hiperemis (+), concha media dan inferior hipertrofi (+),
hiperemis (+), secret (-), discharge (-), septum nasi deviasi (+), oedem (-),
massa dirongga hidung (-).
o Nasofaring (Rinoskopi posterior)
• Dinding belakang : tidak ada kelainan
• Muara tuba eustachii : tidak ada kelainan
• Adenoid : tidak ada kelainan
• Tumor : tidak ada

o Tenggorokan dan Laring


• Inspeksi : mukosa faring hiperemis (-), granulasi (-), tonsil tidak membesar (-),
tonsil hiperemis (-), uvula tidak membengkak, palatum mole tidak
membengkak (-).
• Palpasi : limfadenopati (-), nyeri tekan (-)
o Laring (Laringoskopi Indirek)
• Epiglotis : Dbn
• Aritenoid : Dbn
• Gerak plika vokalis : Dbn
• Subglotis : Dbn
• Tumor : Dbn

o Kepala dan Leher


• Kepala : dbn
• Leher : dbn
• Pemeriksaan Penunjang
Rencana foto rontgen sinus paranasal.
• Differensial Diagnosis
Rhinitis kronis ec rhinitis vasomotor dengan septum deviasi kiri
• Terapi
o Efedrin Spray
o Prednison Tab 5 mg 3x1
o Cetirizine Tab 10 mg 1x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• ANATOMI HIDUNG
• FISIOLOGI HIDUNG

Jalan nafas

Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Penyaring udara
Fungsi

Indra penghidu

Resonansi suara

Turut membantu proses suara

Reflex nasal
RHINITIS

ALERGI NON-ALERGI
RHINITIS NON-
ALERGI

Rhinitis Rhinitis
Rhinitis Atrofi
Vasomotor Medikamentosa
Rhinitis vasomotor
• PENGERTIAN

Rhinitis vasomotor adalah infeksi kronis lapisan mukosa


hidung yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan
sistem saraf parasimpatis dan simpatis
Etiologi Obat-obatan (Ergotamin, chlorpromazin, obat
anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.)

Faktor fisik

Faktor endokrin

Faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.


PATOMEKANISME

memicu
ketidakseimbangan
vasodilatasi dan
Adanya paparan sistem saraf otonom
edema pembuluh hidung tersumbat
terhadap suatu dalam mengontrol
darah mukosa dan rinore.
iritan pembuluh darah
hidung
dan kelenjar pada
mukosa hidung
GEJALA KLINIS

• Hidung tersumbat
• Rinore yang hebat dan bersifat mukus atau serous sering dijumpai.
• Bersin-bersin tidak begitu nyata bila dibandingkan dengan rhinitis
alergi
• Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur
• Gejala memburuk saat perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab,
dan juga karena asap rokok
• Post nasal drip
DIAGNOSIS
Riwayat penyakit a. Tidak berhubungan dengan musim.
b. Riwayat keluarga (-)
c. Riwayat alergi sewaktu anak-anak (-)
d. Timbul sesudah dewasa
e. Keluhan gatal dan bersin
Pemeriksaan THT 1. Struktur abnormal (-)
2. Tanda-tanda infeksi (-)
3. Pembengkakan pada mukosa (+)
4. Hipertrofi konka inferior sering dijumpai.
Radiologi x-Ray/ CT a) Tidak dijumpai bukti kuat keterlibatan sinus.
b) Umumnya dijumpai penebalan mukosa.
Bakteriologi Rhinitis bakterial (-)
Tes Alergi IgE total Normal

Prick test Negatif atau positif lemah

RAST Negatif atau positif lemah


TATALAKSANA
Menghindari penyebab (Avoidance therapy )

Farmakoterapi

• Dekongestan atau obat simpatomimetik


• Anti histamin
• Kortikosteroid topikal
• Anti kolinergik

Terapi operatif

• Kauterisasi konka
• Diatermi submukosa konka inferior
• Bedah beku konka inferior
• Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection).
• Turbinektomi dengan laser ( laser turbinectomy ).
• Neurektomi n. vidianus ( vidian neurectomy)
KOMPLIKASI
• Sinusitis
• Eritema pada hidung sebelah luar
• Pembengkakan wajah

PROGNOSIS
• Prognosis dari rhinitis vasomotor bervariasi.
DEVIASI SEPTUM

• Definisi
Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari
septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh

• Etiologi
Penyebab paling sering adalah trauma
• Klasifikasi
Deviasi septum dibagi atas bebebrapa klasifikasi berdasarkan letak
deviasi, yaitu:
• Diagnosis
Deviasi septum biasanya sudah dapat dilihat melalui inspeksi
langsung pada batang hidungnya. Namun, diperlukan juga
pemeriksaan radiologi untuk memastikan diagnosisnya. Dari
pemeriksaan rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan
septum ke arah deviasi jika terdapat deviasi berat, tapi pada
deviasi ringan, hasil pemeriksaan bisa normal.
• Tatalaksana
oReseksi Submukosa (Submucous septum resection SMR)
oSeptoplasti atau reposisi septum
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien pada kasus ini didiagnosis rhinitis kronis yang disebabkan


rhinitis vasomotor dengan septum deviasi. Diagnosis itu ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari hasil
anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat
pada kedua sisi yang dirasakan pasien terus menerus sejak 2 bulan
yang lalu. Keluhan ini bertambah berat terutama saat pasien terkena
hawa dingin terutama saat pagi hari dan ketika terpapar asap
kendaraan. Keadaan tersebut hingga menyebabkan pasien merasa
sesak nafas.
Pasien merasa bahwa hidung yang sebelah kanan lebih ringan daripada
yang kiri. Selain hidung tersumbat, pasien juga mengeluh pilek yang
tidak sembuh-sembuh dengan keluar ingus bening dari hidung yang
juga memberat saat terkena udara dingin dan asap keluhan gatal pada
hidung (-), nyeri pada hidung (-), mimisan (-), gangguan penghidu pada
hidung kiri, namun masih bisa menghidu ketika aroma kuat. Pasien
tidak mengeuh batuk. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya sering
pilek kambuh-kambuhan yang kambuhny jika terkena udara dingin dan
debu, batuk kambuh-kambuhan (-), sering batuk saat kecil (-), pasien
tidak memiliki gangguan telinga.
Pada pemeriksaan status lokalis hidung didapatkan mukosa hiperemis (+),
concha media dan inferior hipertrofi (+), hiperemis (+), secret (+) pada kedua
sisi. Namun terdapat deviasi pada rongga hidung sebelah kiri. Hal ini
semakin diperkuat dengan adanya perasat coutel (+) pada sisi sebelah kiri.
• Pengobatan rhinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada vaktor
penyebab dan gejala yang menonjol. Secara garis besar. Pengobaatan
dibagi dalam:
o Menghindari penyebab/pencetus
o Pengobatan konservatif (farmakoterapi)
o Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi keluhan
hidung tersumbat, rinore, dan bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi local
yang disebabkan oleh mediator vasoaktif.
o Antikoliergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan.
o Analgesik : untuk mengurangi rasa sakit.
o Dekongestan untuk mengurangi sekresi cairan hidung.
DAFTAR PUSTAKA

• Asnir,A.R. 2004. Rinitis Atrofi. Available from :http://www.kalbe.co.id . Accessed : 2019, Desember
22. Sumber : Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004.2.
• Soedarjatni.1977. Foetor Ex Nasi. Available from :http://www.kalbe.co.id . Accessed : 2019,
Desember 22. Sumber : Cermin Dunia Kedokteran No. 9, 19
• Al–fatih, M. 2007. Rinitis Atrofi (Ozaena). Accessed : Accessed : 2019, Desember 22.
• Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Jakarta
:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
• Arif, M., et al. 2006. Rhinitis Atrofi (Ozaenea) : Available From : http://www.geocities.com.
Sumber : Buku Kapita SelektaKedokteran. Ed. III, cet. 2. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.
• Adams. L. G., et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Penerbit BukuKedokteran EGC.
Jakarta Ed. ke-6. Penerbit BukuKedokteran EGC. Jakarta
• Endang, M. & Nusjirwan, R. 2006. Rinorea, Infeksi Hidung dan
SinusBuku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai