Agama Islam I Chap XII
Agama Islam I Chap XII
Pengertian Umroh
Secara etimologi Umrah berarti mengunjungi. Kalimat “i’tamarahu” semakna
dengan zarahu, mengunjungi. Umrah disebut juga dengan Haji kecil, karena punya
kesamaan dengan haji dalam hal ihram, thawaf, sa’i, dan mencukur atau memotong
rambut.
Secara arti syara’ Umrah adalah ziarah ke Baitul Haram dengan mekanisme tertentu.
Yaitu ihram, thawaf, sa’i dan tahallul. Umrah bisa dilakukan kapan saja.
Syarat Haji dan Umroh
Adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan keduanya sekaligus, Ihram
wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani maupun miqat makani. Sunnah sebelum
memulai ihram diantarnya adalah mandi, menggunakan wewangian pada tubuh dan
rambut, mencukur kumis dan memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki
dan perempuan berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak
bertutup kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali
muka dan telapak tangan).
2. Wukuf (hadir) di Arafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap seorang yang
Haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Wukuf
adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak dilaksanakan dengan alasan
apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan harus diulang pada waktu
berikutnya. Pada waktu wukuf disunnahkan untuk memperbanyak istighfar, zikir, dan
doa untuk kepentingan diri sendiri maupun orang banyak, dengan mengangkat kedua
tangan dan menghadap kiblat.
3. Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran dengan tata cara yang khusus.
Syarat Thawwaf :
5. Mencukur rambut
Mencukur atau mengunting adalah rukun haji sebagai penghalal terhadap hal yang
diharamkan dalam Haji. Dalam mencukur rambut sedikitnya adalah tiga helai rambut, dan
bagi perempuan tidak perlu dicukur melainkan hanya dipotong saja.
f) Tertib
Tertib berurutan, mendahulukan yang semestinya paling utama. Yaitu mendahulukan
Ihram dari rukun yang lain, mendahulukan Wukuf dari Thawaf, mendahulukan sa’i
daripada bercukur.
Perbedaan Haji dan Umroh
Dilihat dari waktu pelaksanaan, Haji memiliki waktu-waktu tertentu yakni ketika syawal,
dzulqo'dah, dan 10 hari pertama dari bulan dzulhijjah. Sedangkan Umrah, yaitu boleh
melaksanakannya setiap waktu, kecuali waktu-waktu haji bagi orang yang berniat ihram haji
saja di dalamnya.
Beberapa perbedaan antara Haji dan Umrah, yaitu sebagai berikut :
Ibadah umrah tidak memiliki waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan waktu.
Umrah tidak ada melontar jumrah tidak ada wukuf di Arafah dan tidak ada pula singgah
di Muzdalifah.
Tidak adanya jamak antara dua shalat seperti dalam pelaksanaan ibadah haji. Demikian
menurut Ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Sedangkan ulama Syafi'iyah
berpendapat diperbolehkannya jamak dan qashar. Karena menurut mereka, haji dan
umrah bukanlah sebab bagi bolehnya jamak antara dua shalat, melainkan sebabnya
adalah karena dalam kondisi safar (perjalanan).
Miqat umrah untuk semua orang adalah Tanah Halal. Sedangkan dalam ibadah haji,
miqat bagi orang Makkah adalah Tanah Haram.
Dalam Umroh tidak adanya pelakasanaan thawaf qudum dan tidak ada pula khutbah.
Menurut pendapat ulama Malikiyah dan Hanafiyah, hukum ibadah umrah adalah
sunah muakkad sedangkan haji hukumnya adalah fardhu. Menurut ulama Hanafiyah,
pada ibadah umrah tidak ada Thawaf Wada sebagaimana dalam pelaksanaan ibadah
haji.
Membatalkan umrah dan melakukan thawaf dalam keadaan junub tidak diwajibkan
membayar denda seekor unta yang digemukkan (al-badanah) sebagaimana
diwajibkan dalam pelaksanaan ibadah haji.
Praktek Haji dan Umroh
Dalam Praktek Haji dan Umroh Terdapat Beberapa hal yan harus diperhatikan, seperti wajib ,sunah
serta larangan dan denda didalam pelaksanna ibadah haji dan umroh
1. Wajib Haji
Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji. Wajib Haji tidak
menentukan sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan Haji tetap sah, namun dikenakan
dam (denda).
Berikut adalah beberapa wajib haji, yaitu :
Miqat adalah tempat dan waktu yang disediakan untuk melaksanakan ibadah Haji. Ihram dari Miqat
bermaksud niat Haji ataupun niat Umrah dari miqat, baik miqat zamani maupun miqat makani.
Miqat makani adalah tempat awal melaksanakan ihram bagi yang akan Haji dan Umrah.
B. Bermalam di Muzdalifah
Dilakukan sesudah wukuf di arafah (sesudah terbenamnya matahari) pada tanggal 9 dzulhijjah. Di
Muzdalifah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya’ melakukan jamak dan qasar karena suatu
perjalanan jauh. Di Muzdalifah inilah kita dapat mengambil kerikil-kerikil untuk melaksanakan Wajib
Haji selanjutnya (Melempar Jumrah) kita bisa mengambil sebanyak 49 atau 70 butir kerikil.
Pada tanggal 10 dzulhijjah di Mina dilaksanakannya melempar jumrah sebanyak tujuh butir kerikil
sebanyak tujuh kali lemparan. Waktu paling utama untuk melempar jumrah ini yaitu waktu Dhuha,
setelah melakukan ini kemudian melaksanakan tahalul pertama (mencukur atau memotong rambut).
Melempar ketiga jumrah ini dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah, diuatamakan sesudah
tergelincirnya matahari. Dalam hal ini ada yang melaksanakan hanya pada tanggal 11 dan 12 saja
kemudian ia kembali ke mekkah, inilah yang disebut dengan nafar awal. Selain nafar awal ada juga
yang dissebut nafar sani, yaitu orang yang baru datang pada tangal 13 dzulhijjah nya, orang-orang ini
E. Bermalam di Mina
Pada tanggal 11-1 dzulhijjah ini lah yang diwajibkan bermalam di Mina. bagi yang nafar awal
diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal 11-12 saja.
F. Thawaf wada’
Sama dengan Thawaf sebelumnya, Thawaf wada’ dilakukan disaat akan meninggalkan Baitullah
Makkah.
Menghindari dari berbagai larangan yang sudah ditentukan karena orang-orang yang melanggar
aturan ini akan dikenakan dam (denda).
2.Sunnah-sunnah Haji
Hal-hal yang dimaksud larangan ini adalah yang diharamkan dilakukan bagi yang
berihram, haram bukan artian sebagai perbuatan yang menjadikan dosa, karena
belum pernah ada pendapat ulama tentang pelanggar larangang-larangan ini
mendapatkan dosa. Sebagai contoh pelanggaran suatu hajat, tidak mencukur
rambut dikarenakan memiliki penyakit yang jika rambutnya dicukur bisa mengurangi
kesehatan seorang haji, maka ini hukumnya tidak dosa. Adapun jika larangan ini
sengaja dilanggar maka ia akan berdosa.
Beberapa larangan tersebur diantaranya, yaitu:
Dilarang membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Firman Allah SWT: “...Dan
diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat selama kamu dalam ihram...” (Al-
Maidah: 96).
4. Dam (Denda) dalam Haji
Dam (denda) inilah hukuman bagi para pelanggar larangan- larangan pada pembahasan diatas.
Dam hukumnya wajib dilakukan, bagi yang melanggar larangan-larangan Haji. Berikut ini
adalah larangan beserta Hukuman Dam (dendanya) :
A)Bersetubuh dalam keadaan ihram sebelum melaksanakan tahalul yang pertama,
dendanya adalah memilih salah satu diantara tiga berikut ini:
1)Menyembelih satu ekor unta, atau lembu, atau tujuh ekor kambing, dan Hajinya wajib
diulang.
2)Bila yang pertama tidak mampu, maka ia wajib memberikan sedekah makanan seharga satu
ekor unta pada fakir miskin
3)Bila tidak mampu keduanya, maka diwajibkan berpuasa dengan perhitungan 0,8kg daging
unta setara dengan satu hari berpuasa.
B)Memburu dan membunuh hewan darat. Dendanya adalah memilih salah satu
diantara tiga berikut ini:
1)Menyembelih hewan yang setara dengan yang diburu atau dibunuhnya
2)Bersedekah sebanyak (seharga) hewan tersebut pada golongan fakir miskin
3)Bila tidak mampu keduanya, maka diwajibkan berpuasa dengan perhitungan 0,8kg daging
unta setara dengan satu hari berpuasa.
C) Melakukan larangan sebagai berikut: Mencukur rambut, Memotong kuku,
memakai pakaian berjahit (laki-laki), berminyak rambut, memakai wangi-
wangian, bersetubuh setelah tahalul pertama, maka dikenakan denda
dengan pilihan sebagi berikut:
1)Menyembelih satu ekor kambing
2)Berpuasa selama tiga hari
3)Bersedekah sebanyak (9,3liter) makanan pada enam orang gologan fakir miskin
E) Disaat melanggar salah satu Wajib Haji, maka dikenakan denda yang sama
dengan melakukan haji tamattu’ atau qiran.
Terimakasih & untuk Sesi Pertanyaan Kami Buka