Terapi Diet Saluran Cerna

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 45

Nama : JOKO CAHYONO, SST Gizi, M. Adm.

Kes, RD
Pendidikan : Akademi Gizi Malang (Amd.Gizi)

PS Gizi Klinik FK UNIBRAW Malang (SST Gizi)

Magister Administrasi Pelayanan Kesehatan

Program Pasca Sarjana STIA LAN Makassar


(M. Adm. Kes)

Sertifikasi Profesi Dietitien DPP PERSAGI (RD)

Pekerjaan : Ka. Instalasi Gizi RSUD A.W. Sjahranie Samarinda

Dosen Tetap FKM UWIGAMA Samarida

Dosen Tidak Tetap Di Perguruan Tinggi Kesehatan

Sekretaris DPD PERSAGI Kalimantan Timur

Dewan Penasehat DPD AsDI Kalimantan Timur


 Saluran Cerna : saluran yg berfungsi
untuk mencerna makanan,
mengabsorpsi zat-zat gizi, dan
mengekskresi sisa-sisa pencernaan.
 Saluran cerna terdiri atas mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar dan anus.
1. Makanan  mulut 
esofagus  lambung  usus
 diolah menjadi bahan-
bahan yang dapat diangkut ke
seluruh tubuh untuk
digunakan sebagai tenaga,
cadangan dan sisanya akan
dibuang.
2. Proses pencernaan makanan
dimulai dari Lambung, usus
kecil/ usus halus (duodenum,
jejunum, ileum), hati, dan
usus besar.
3. Organ tubuh yang membantu
proses pencernaan makanan
adalah pankreas, kandung
empedu, serta hormon insulin
dan glukagon
 Gangguan dapat terjadi pada proses
menelan, mengosongkan lambung
absorpsi zat-zat gizi dan proses BAB
(defekasi).
 Terjadi karena : infeksi atau inflamasi,
gangguan motilitas, perdarahan atau
hematemesis-melena, kondisi saluran
cerna pasca bedah, dan keadaan
tumor atau kanker.
 Penyakit yg sering
terjadi : stenosis
esofagus, gastritis,
hematemesis-melena,
ulkus peptikum,
gastroesophageal
reflux disease,
divertikulosis,
inflammatory bowel
disease, hemoroid,
diare dan konstipasi.
 Manifestasi yg terjadi : berupa

disfagia, dispepsia, diare, konstipasi,

hematemesis-melena dan

hematokesia.
 Kesulitan menelan karena adanya
gangguan aliran makanan pada
saluran cerna yang terjadi karena
kelainan sistem saraf menelan, pasca
stroke, adanya massa yang menutupi
saluran cerna.
 Menurunkan resiko aspirasi akibat
masuknya makanan ke dalam saluran
pernafasan.
 Mencegah dan mengoreksi defisiensi
zat gizi dan cairan.
 Cukup energi, protein dan zat gizi
lainnya.
 Mudah dicerna, porsi makan kecil dan
sering diberikan.
 Cukup cairan.
 Bentuk
makanan tergantung pada
kemampuan menelan.
 Cara pemberian makanan dapat
per oral atau per sonde (NGT).
 Bila makanan diberikan per sonde,
makanan diberikan dalam bentuk
Makanan Cair Penuh.
 Bila diberikan per oral, makanan
diberikan dalam bentuk Makanan Cair
Kental, Saring atau Lunak.
 Adalah keadaan muntah dan
buang air besar berupa darah
akibat luka atau kerusakan pada
saluran cerna.
 Memberikan makanan secukupnya
yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna, mengurangi resiko
perdarahan ulang.
 Mengusahakan keadaan gizi sebaik
mungkin.
 Tidak merangsang saluran cerna.
 Tidak meninggalkan sisa.
 Pada fase akut diberikan makanan parental
saja.
 Diet diberikan jika perdarahan sudah tidak
ada.
 Diet diberikan dalam bentuk Makanan Cair
Jernih, tiap 2 – 3 jam pasca perdarahan.
 Meliputi : gastritis akut dan
kronis, ulkus peptikum, pasca-
operasi lambung dan kanker
lambung.
 Gangguan berupa sindroma
dispepsia yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah,
nyeri epigastrum, kembung, nafsu
makan berkurang dan rasa cepat
kenyang.
 Memberikan makanan dan cairan
secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta
mencegah dan menetralkan
sekresi asam lambung
 Mudah cerna, porsi kecil tapi sering.
 Energi dan protein cukup, sesuai dgn
kemampuan pasien.
 Lemak rendah, ditingkatkan secara
bertahap.
 Rendah serat, ditingkatkan secara bertahap.
 Cairan cukup, terutama bila ada muntah
 Tidak merangsang.
 Laktosa rendah bila ada gejala
intoleransi laktosa.
 Pada fase akut diberikan makanan
parenteral saja untuk memberi
istirahat pada lambung.
Diet Lambung I
 Diberikan
pada penderita gastritis
akut, ulkus peptikum, pasca
pendarahan dan tifus abdominalis
berat.
 Makanan diberikan dalam bentuk
saring dan merupakan perpindahan
dari diet pasca hematemesis-melena
atau setelah masa akut teratasi.
Diet Lambung II
 Diberikan sebagai perpindahan dari diet
lambung I, kepada pasien ulkus
peptikum atau gastritis dan tifus
abdominalis ringan.
 Makanan berbentuk lunak, porsi kecil
tapi sering yaitu 3 kali makanan lengkap
dan 2 – 3 kali makanan selingan.
 Sumber KH ; beras dibubur, kentang dipure,
makaroni direbus, roti dipanggang, biskuit,
krekers, mie, bihun, tepung-tepungan
dibuat bubur.
 Sumber Protein ; daging sapi empuk, hati,
ikan, ayam digiling atau dicincang, telur
ayam direbus, diceplok air dan dicampur
dalam makanan, susu, tempe, tahu direbus,
ditim, kacang hijau direbus atau
dihaluskan.
 Sayuran ; sayuran yang tidak banyak serat dan
tidak menimbulkan gas.
 Buah-buahan ; pepaya, pisang, jeruk manis,
sari buah dll.
 Lemak ; margarin dan mentega, minyak dan
santan encer.
 Minuman ; sirup, teh encer.
 Bumbu ; gula, garam, kunci, kencur, jahe,
kunyit dll.
 Sumber KH ; beras ketan, jagung, ubi,
singkong, talas.
 Sumber Protein ; daging, ikan, ayam
yg diawet, daging babi, telur diceplok
atau digoreng, tahu, tempe digoreng.
 Sayuran ; sayuran mentah, sayuran
berserat tinggi dan menimbulkan gas.
 Buah-buahan ; buah berserat tinggi
dan menimbulkan gas, seperti jambu
biji, nanas, apel, kedondong, durian,
nangka.
 Lemak ; lemak hewan, santan kental.
 Minuman ; minuman yang
mengandung soda dan alkohol.
 Bumbu ; cabe, merica, cuka dll.
 Diberikan sebagai perpindahan dari
diet lambung II pada pasien dengan
ulkus peptikum, gastritis kronik atau
tifus abdominalis yang hampir
sembuh.
 Makanan berbentuk lunak atau biasa
bergantung pada toleransi pasien.
Makanan ini cukup energi dan zat gizi
lainnya.
 Sumber KH ; beras ketan, jagung, ubi,
singkong, tales, kentang digoreng,
dodol.

 Sumber Protein ; daging, ikan, ayam


yang dikaleng, dikeringkan, diasap,
diberi bumbu-bumbu tajam, daging
babi, telur goreng, tahu, tempe
digoreng.
 Sayuran ; sayuran dikeringkan.
 Buah-buahan ; buah tinggi serat dan
menimbulkan gas.
 Lemak ; lemak hewan, santan kental.
 Minuman ; minuman yang
mengandung alkohol dan soda.
 Bumbu ; cabe, merica, cuka, dan
bumbu lainnya yang tajam.
 Peradangan terutama pada ileum dan
usus besar dengan gejala diare,
disertai darah, lendir, nyeri abdomen,
bb berkurang, anoreksi, demam dan
kemungkinan terjadi steatorea
(adanya lemak dalam feses).
 Memperbaiki ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit.
 Mengganti kehilangan zat gizi dan
memperbaiki status gizi kurang.
 Mencegah iritasi dan inflamasi lebih
lanjut.
 Mengistirahatkan usus pada fase akut
 Pada fase akut dipuasakan.
 Bila fase akut teratasi, diberi makanan
secara bertahap, mulai dari bentuk
cair, meningkat menjadi diet sisa
rendah.
 Bila gejala hilang dapat diberikan
makanan biasa.
 Energi dan protein tinggi, bisa
diberikan suplemen vitamin dan
mineral yaitu vit. A, C, D, asam folat,
B12, kalsium, Fe, magnesium dan Zn.
 NE rendah laktosa atau bebas laktosa
dan asam lemak MCT dapat diberikan
karena sering terjadi intoleransi
laktosa dan malabsorpsi lemak.
 Cukup cairan dan elektrolit.
 Makanan bergas dihindari.
 Diet rendah sisa dan secara bertahap
kembali ke makanan biasa.
 Sesuai dengan gejala panyakit, dapat
diberikan Makanan Cair, Lunak, Biasa
atau Diet Rendah Sisa dgn modifikasi
Low Laktosa atau menggunakan asam
lemak MCT.
Terdiri dari :
 Penyakit Divertikulosis dan;
 Penyakit Divertikulitis.
 Penyakit Divertikulosis yaitu adanya
kantong-kantong kecil yang terbentuk
pada dinding kolon yg terjadi akibat
tekanan intrakolon yg tinggi pada
konstipasi kronik. Biasa terjadi pada
usia lanjut yang makannya rendah
serat.
1. Meningkatkan volume dan
konsistensi feses.
2. Menurunkan tekanan intra luminal.
3. Mencegah infeksi.
1. Kebutuhan energi dan zat gizi
normal.
2. Cairan tinggi (2 – 2,5 liter sehari).
3. Serat tinggi.
 Penyakit Divertikulitis terjadi bila
penumpukan sisa makanan pada
divertikular menyebabkan
peradangan.
 Gejalanya antara lain kram pada
bagian kiri bawah perut, mual,
kembung, konstipasi atau diare,
menggigil dan deman.
1. Mengistirahatkan usus untuk
mencegah perforasi.
2. Mencegah akibat laksatif dari
makanan berserat tinggi.
1. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat
gizi cukup sesuai dengan batasan diet
yang ditetapkan.
2. Bila ada perdarahan, dimulai dengan
makanan cair jernih.
3. Makanan diberikan secara bertahap, mulai
dari DRS I ke DRS II dengan konsistensi
yang sesuai.
4. Hindari makanan yang banyak
mengandung biji-biji kecil, seperti tomat,
jambu biji dll, yang dapat menumpuk
dalam divertikular.
5. Bila perlu diberikan ME Low atau Free
Lactose.
6. Untuk mencegah konstipasi, minum
minimal 8 gelas perhari.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai