2. Feronika lumolos 17011104051 3. Junita saroinsong 17011104052 4. Silvana pinontoan 17011104058 5. Cindy limpong 17011104072 Keracunan pada anak merupakan masalah kegawatan yang penting dan merupakan masalah di dunia. Saat ini keracunan pada anak telah menjadi subjek penelitian yang cukup besar dalam dekade terakhir di Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Inggris. Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan fungsi tubuh. Jika hal tersebut terjadi, maka mengakibatkan penurunan kesehatan yang akan membahayakan jiwa terutama bila pertolongan terlambat diberikan. keracunan makanan terjadi dan terlaporkan di Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan RI ada 1.800 lebih, membuat lebih dari 7.000 orang dirawat di rumah sakit dan 11 meninggal dunia. Data nasional yang dirangkum Badan POM juga menjelaskan bahwa industri jasa boga dan produk makanan rumah tangga memberikan kontribusi yang paling besar (31%) dibandingkan dengan pangan olahan (20%), jajanan (13%), dan lain-lain (5%) (Lestari, 2009). Lembaga Perlindungan Konsumen Surabaya mencatat lebih dari 1.000 kasus keracunan produk makanan, terjadi sejak Januari hingga Oktober 2013 di Jawa Timur. Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia). Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian. Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia. (Brunner and Suddarth, 2010). Pemeriksaan laboratorium Uji fungsi ginjal Elektrokardiogram CT-scan a. Penatalaksanaan syok bila terjadi. b. Pantaulah tanda vital secara berkala. c. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit. d. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah. e. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi dan kejang. f. Bila pasien merasa mual dan ingin muntah, anjurkan untuk memiringkankepalanya ke samping. g. Kompres hangat pada perut. Hal ini akan meringankan kejang dan nyeri di perut dan kecenderungan untuk muntah. • Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 94–98 • Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media • Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,vol: 3. Jakarta: EGC • Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2. Jakarta : Salemba Medika, 2006 • Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC, 2002.